Skip to main content

Posts

Showing posts from 2019

TOP INI, TOP ITU : BUKAN JAMINAN

Kejadiannya kamis minggu lalu, di Rumah Sakit tempat saya mengantre untuk disuntik vaksin meningitis. Antrian masih agak panjang, orang menunggu untuk keperluan yang sama duduk sabar di ruang tunggu. Duduk di sebelah saya seorang wanita, membawa buku dan selembar kertas dilaminating. "Menunggu vaksin ya pak",katanya berbasa-basi. "Kenalkan saya Mawar dari XXXXXXX (menyebut sebuah perusahaan asuransi", Lanjutnya memperkenalkan diri. Oke... Setelah berbasa-basi busuk kesana kemari, dia bilang ",Bapak kan mau pergi jauh nih. Perlu proteksi pak, nanti kalau ada apa-apa sama Bapak, keluarga Bapak bisa menerima uang warisan",Katanya lagi. Okee.... Lalu dia mulai nyerocos menerangkan "produk" yang dibawanya. Kertas berlaminating adalah "Daftar Harga" alias tabel premi. "Ini ya pak, selain ada manfaat warisan, Bapak juga dicover biaya rumah sakit dan divonis kena jantung atau kanker. Ditambah lagi, ada uang tabungan yang bisa bapak tarik

ASALNYA DARI DUA ANGKA

"Mas Basri, aku kok pusing ya ngapalin Porsi Pembagian dalam Hukum Waris Islam", katanya. Sebenarnya mudah, dalam pembagian waris menurut Hukum Waris Islam pijakan (angka) porsinya hanya 1/3 dan 1/4. Lalu tinggal dibagi 2 atau dikali 2. "Lalu siapa saja yang pasti dapat?", Tanyanya lagi. Yang pasti dapat, adalah pasangan (suami/istri), orangtua dan anak (catatan : bila masih hidup). Bila tak ada lelaki di antara 3 pihak di atas, maka harta waris akan keluar dari "lingkaran" alias ada ahli waris lain yang ikut menghabiskan. Ada 17 "orang" yang terbagi dalam 3 golongan yang terbuka hak warisnya. "Siapa saja mereka, mas?",Tanyanya lagi. Oh, kalau mau detilnya, hadir saja di Acara Dialog Wanita bersama BHR Academy di Hotel Onih-Bogor, Sabtu 7 Desember 2019. "Memang kalau nggak hadir acara itu kenapa mas", katanya ngeyel. Maka, kemungkinan kamu tak menguasai ilmu Hukum Waris Islam, kemungkinan kamu akan bagi waris

TEAMWORK

Kita boleh merasa hebat, merasa kaya, merasa pintar : tapi tanpa dukungan Team yang hebat, semua itu hanya akan jadi omong kosong. Saya hari ini bersyukur, bisa bertemu dan berkumpul sebagai sebuah team dengan orang-orang ini. Mereka yang berada di balik layar produksi, mencurahkan pikiran dan kreativitasnya, memberi support hingga buku "Hartamu bukan Hartamu" hari ini bisa dibaca oleh 1.000 teman di seluruh Indonesia, dan akan terus bertambah. Alhamdulillah.

PAK MINTO, LOPER KORAN SAYA

Seperti biasa pak Minto, Loper koran sepuh yang sudah mengirim koran ke rumah saya sejak 2004, mengangsurkan koran dan majalah yang saya langgani. Saya lihat keranjangnya makin tipis. " Tinggal Bapak yang langganan koran di kompleks ini",Jawabnya kok korannya makin sedikit. "Untungnya saya sudah punya kambing buat persiapan pensiun, pak",Imbuhnya. Ya, tiap Idul Adha saya selalu memesan kambing dari peternakan pak Minto. Saya sudah melihat gejala bahwa bisnis koran (dan majalah) makin sulit tahun 2005. Ketika itu, stasiun KRL mulai banyak dilakukan penertiban, loper tak bisa bergerak sebebas akhir tahun 90-an. Perempatan jalan protokol juga mulai dijaga Satpol PP, tiap hari ada saja pengasong (termasuk loper koran) yang kena garuk. Di tingkat agen koran, bisnisnya juga makin tua, karena anak agen koran tak mau meneruskan bisnisnya. Kerjanya berat, harus bangun tiap pagi tanpa ada libur, untung kecil tapi risiko bisnis tinggi karena penerbit semakin ketat membuat atu

TIGA BAGIAN

Lukmanul Hakim berkata pada anaknya ",Wahai anakku, sesungguhnya manusia terbagi atas tiga bagian : 1/3 untuk Allah, 1/3 untuk dirinya sendiri, dan 1/3 lagi untuk belatung. Untuk Allah (akan kembali ke Allah) adalah rohnya. Untuk dirinya sendiri adalah amalnya (ilmu yang bermanfaat), adapun yang untuk (dimakan) belatung adalah jasadnya. **Makalah ke 36, Terjemah kitab "Nashaihul Ibad". Sharing Perencanaan Waris untuk teman-teman di Asuransi Zurich Topas Life, Jakarta 12 Desember 2019

AMARAH

Amarah adalah mekanisme pertahanan diri paling dasar yang dimiliki manusia. Maka, orang yang marah, sebenarnya pada tahap mempertahankan diri (atau pendapatnya) Sehingga lihatlah jika ada orang yang selalu marah, itu karena dia selalu terancam (pertahanan) dirinya. Orang yang selalu terancam itu karena dia sedikit ilmu dan amalnya. ** Kajian kitab Ihya Ulumuddin (Imam Al Ghazali), 13/12/2019

RUWET HITUNGAN dan DOSANYA

Bapak A meninggal tahun 2012 meninggalkan 2 anak perempuan dan satu anak lelaki, setelah tahun tahun 2000 bercerai dengan ibu B. Tahun 2002 Bapak A menikah lagi dengan ibu C yang masih memiliki ibu (Ibu D). Dengan ibu C, Bapak A memiliki satu anak perempuan dan satu anak lelaki. Dengan alasan Ibu C (sebagai istri) masih hidup, warisan tidak segera dibagikan hingga kemudian pada tahun 2018 Ibu F (anak pak A dan bu B) meninggal dunia. Akhirnya, ibu C bersitegang dengan bu E, bu K dan G karena persoalan harta waris Bp A. Saya diminta bantuan menghitung pembagian warisnya. Bayangkan dampak sebuah PENUNDAAN pembagian waris. Ruwet itu baru menghitung soal pembagian hartanya, belum soal dosa orang-orang tua yang "menahan dan memanfaatkan" hak anak-anak yatim, yaitu anak-anak Almarhum. Seandainya Bapak A memiliki uang Pertanggungan sebesar Nilai Assetnya, maka saat dia meninggal Ibu C tinggal membagikan pencairan Uang Pertanggungan itu pada ahli waris lain sesuai porsi mereka, seba

PARA JURU BICARA

Alhamdulillah, sudah lulus dari Batch 1 kelas "Train the Speaker" Perencanaan Waris dan Wakaf menurut Hukum Islam yang dihajat oleh BHR Academy. Kelas ini bertujuan menciptakan "Juru Bicara" program Perencanaan Waris yang handal dan menguasai masalah Hukum Waris Islam yang dianggap rumit (dan akhirnya ditinggalkan) di negeri paling relijiyes sedunia ini. Kelas berlangsung dari pukul 09.30 - 17.00 yang terbagi dalam tiga sesi. Sesi Dasar-Dasar Hukum Waris Islam, Sesi Bedah Kasus dan Sesi Role Play. Selamat untuk Kang Gegie , bu Qurotul'Ain Sadiqah , bu Erdayeni Rifai , Octanisa Sylvana dan pak Derisman. Jadikan ilmu ini bermanfaat, disampaikan ke khalayak . Agar ibarat pohon kurma, menjadi pohon kurma yang berbuah lebat, tak hanya berdaun rimbun.

AKU BELAGU

Setahun sebelum MISTERBLEK coffee berdiri, saya dan istri pernah mencoba peruntungan dengan berjualan Produk Jelly dan Nata de Coco. Nama perusahaan ala-ala yang kami dirikan : Cahaya Sinar Esok. Saat itu saya masih bekerja di harian Seputar Indonesia, sebagai buntut Naga. Nama Cahaya Sinar Esok itu kami pilih, karena kami berharap usaha ini bisa menjadi cahaya di masa depan, sebagai pengganti mata pencaharian saya yang sudah merasa jenuh kerja kantoran serta melihat bahwa masa depan usaha media massa (tempat saya bekerja waktu itu) bakal surut seiring zaman. Apa yang kami lakukan? Kami mendapatkan produk dari seorang teman yang kebetulan memiliki pabrik pengolahan produk ini. Polanya konsinyasi : kami ambil barang, distribusikan ke warung-toko-pasar, menagih yang laku dan meretur barang yang tak laku. Setiap Sabtu dan Minggu, saya dan istri (kadang anak-anak ikut) kanvassing ke warung-warung bahkan sampai ke Pasar Ciawi dan Pasar Leuwiliang. Bagasi mobil penuh dus minuman jelly. Hal

QADHA, QADAR dan ASURANSI

... Dalam pembahasan tentang asuransi dengan hakikat qadha dan qadar atau taqdir, misalnya, masih banyak kalangan cendekiawan yang melihat bahwa berasuransi sama dengan melawan taqdir dan mengurangi tawakal kepada Allah SWT. Ini jelas kesalahan besar yang sangat fatal akibatnya. Untuk meluruskan kesalahan ini perlu didudukkan secara jelas apa yang dimaksud dengan berasuransi dan bagaimana kaitannya dengan urusan taqdir terutama yang berkaitan dengan kematian. Dalam pandangan Islam, kematian adalah urusan Allah dan manusia tidak memiliki secuil kemampuan pun untuk memajukan atau menahan kedatangannya. Satu satunya yang manusia mampu mengantisipasi hanyalah "dampak finansial" yang muncul bila pencati nafkah utama meninggal dunia. Yang diasuransikan bukanlah jiwanya, karena jiwa milik Allah. Apa yang diupayakan untuk diminimalkan adalah risiko keuangan sepeninggal almarhum. Oleh karena itu, penamaan asuransi jiwa merupakan kesalahan terbesar dalam dunia asuransi. Yang benar ad

EH, KOK RUMAH DIJUAL?

Saya harus bilang, ini film yang bagus. Film yang punya "nilai". Ceritanya berkisar pada to koh bernama Rara yang merasa "insecure" dengan kondisi badannya yang "berlebih". Perasaan insecure itu yang sebenarnya menghancurkan diri dan karirnya, ditambah lagi kebiasaan lingkungannya yang suka melakukan "body shaming". Padahal -ceritanya- Rara ini pinter. Di luar adegan yang kocak, diseling dialog yang menyentil perilaku-perilaku kekinian penduduk +62, ada satu "scene" yang menurut saya menarik. Sesaat setelah Bapaknya Rara meninggal, ditampilkan adegan ibunya Rara berdiri di depan rumah mereka yang sudah ditempelin banner "Rumah Dijual". Mengapa "scene" ini menarik? Andaikan harga rumah itu Rp 2 Miliar, sertifikatnya atas nama Bapaknya Rara. Saat Bapaknya masih hidup, semua hidup tentram damai dalam rumah yang megah dan hangat itu. Namun, keadaan berubah saat Bapaknya Rara meninggal, secara Hukum Waris Islam, Rumah

MENCERAHKAN, BUKAN MENYESATKAN

"Jadi, milikilah Produk Asuransi Jiwa sebagai Legitimate Portie anda. Karena Ibu sebagai istri akan mendapat kepastian hak yang dperoleh sesuai yang dituliskan dalam Polis Asuransi", Demikian tulis seorang teman -sesama agen asuransi- yang sedang belajar menjadi pembicara soal Perencanaan Waris. Tulisan itu saya baca di wall fesbuknya. Saya senang kesadaran kita soal Perencanaan Waris semakin tinggi, tapi harus diakui mempelajari perihal Hukum waris di Indonesia bukan persoalan sederhana. Selain bahwa ada tiga Hukum Waris yang berlaku, banyak istilah Hukum yang tidak mudah dipahami awam secara seketika. Salah satu contohnya : Legitimate Portie. Istilah Legitimate Portie ada dalam Hukum Waris Perdata, dimuat dalam Pasal 913 KUHPerdata. Secara definisi Legitieme Portie adalah bagian dari harta peninggalan yang harus diberikan kepada ahli waris yang berada dalam garis lurus menurut undang-undang (para Legitimaris). Jadi legitimaris dalam hal ini hanya ahli waris yang menurut u

KENA SINDIR

Lagi nunggu hasil tes penerimaan mahasiswa baru, di sebelah duduk seorang Bapak yang juga menunggu. Oh ya, ini tes saya, bukan tes anak saya... "Gimana tesnya tadi mas, bisa?", Tanya beliau berbasa-basi. Lalu kami berkenalan. Beliau adalah pemilik salah satu agency property terkenal di kota Bogor. "Kuliah lagi supaya nggak pikun mas", Jawabnya saat saya tanya ngapain repot kuliah lagi (padahal sudah kaya raya). Beliau senang mendengar bahwa saya juga mengelola agency bisnis asuransi. "Cara mengelola bisnisnya sama mas, mengelola manusia yang banyak maunya", Sambungnya. Kebetulan kami mau mengambil kelas yang sama, tapi jurusan yang berbeda. Pas wawancara, ditanya pengen umroh? jawabnya : Pengen banget pak. Pengen penghasilan besar supaya biaa nyenengin keluarga? Jawabnya : wah impian yang pengen diwujudkan banget pak. Pengen ngajak keluarga dan orangtua jalan-jalan? Jawabnya : Pasti pak. Semangat? Semangat banget pak ... Tapi tiap kali diundang Training a

HALAH...AKU SUDAH AMAN

Di sebuah arisan ibu-ibu BPJS (Bujet Pas-Pasan Jiwa Sosialita) seorang ibu yang duduk memangku tas - yang dia bilang baru beli di Singapur- berhadapan dengan seorang agen asuransi. Teman-temannya lagi sibuk negosiasi cicilan kerudung. "Halah, Jeng...nggak usahlah repot nawarin asuransi buat aku, aku sudah aman. Suamiku sudah siapin semua buat aku dan anakku. Malah apartemen sudah dia beli atas namaku. Dia juga bilang mau hibahkan rumah dan kebon buat aku juga. Aku nggak butuh asuransi", Sergahnya galak dengan hidung dan dagu mendongak. "Itu semua apartemen, rumah dan kebon kapan dibeli bu?", Tanya si agen asuransi. "Ya pas kami udah nikahlah. Kan rejeki dia dari aku. Walaupun dia yang kerja, tapi kan aku yang mendukung dari rumah, sambil shopping dan arisan", Jawab si ibu BPJS .Ketahuilah ibu, ada tiga jenis harta dalam Perkawinan : Ada Harta Bawaan (dan yang mirip sama dia Harta Perolehan), Harta Bersama dan Polis Asuransi Jiwa sebagai Harta Ketiga. Menu

JAWABAN CONTOH KASUS 4

Banyak pembaca buku saya yang bertanya, apakah jawaban contoh kasus 4 yang ada di buku "Hartamu bukan Hartamu", halaman 93. Baiklah saya akan coba jawab. Contoh kasus ini jamak terjadi di masyarakat kita. Kira-kira kasusnya seperti ini : Asset yang dimiliki Almarhum Bapak A dan Ibu C adalah sebuah rumah yang mereka tinggali sejak tahun 1990, deposito atas nama Bapak A sebesar Rp 250 juta, Reksadana dan Obligasi pemerintah sejumlah Rp 300 juta dan tiga buah kendaraan senilai Rp 450 juta. Apa hubungan Bapak A harus memiliki Asuransi Jiwa dengan Kasus di atas? Dan detil struktur keluarganya ada dalam illustrasi. Biasanya apa yang dilakukan di masyarakat kita (bahkan di keluarga yang sangat "relijiyes" sekalipun)? Pertama, menunda pelaksanaan pembagian waris, menunggu asset cair atau terjual. Padahal Pembagian Waris harus dilakukan segera akan harta bisa secara akurat dibagi dan tidak ada saling memakan harta yang bukan haknya Kedua, Ah sudahlah bagi rata aja, nggak us

HIDUP BUKAN IKLAN FUJI FILM

Menonton berita di tivi pagi ini, ada supporter ngamuk karena kesebelasan yang didukungnya kalah. Ada juga tawuran di Manggarai yang mengganggu jadwal kereta. Di lini masa sosial media tak kalah seru. Mulai soal kecewanya pendukung capres yang kini jadi menhan, sampai perseteruan antara golongan pro dan kontra mas menteri mendiknas. Dari sekedar saling mencela, hingga sumpah serapah mengandung nama binatang komplit ada semua. Maka, bagi yang sedang ramai-ramai banyak temannya : dia akan ngamuk di dunia nyata. Yang sendiri kesepian hanya ditemani gajet akan marah-marah di sosial media. Kesebelasan kalah, capres tak terpilih atau mas menteri yang suka wefie hanyalah pemicu semata, semacam sumbu yang menunggu disulut. Bila diibaratkan mercon : Kekecewaan para pengamuk (di dunia nyata dan dunia maya) itu sudah dikumpulkan bagai bubuk mesiu. Dan bubuk mesiunya adalah berbagai macam "kekalahan hidup", terutama kalah secara sosial-ekonomi. Kenapa kekalahan hidup menjadi semacam mesi

HALAMAN 28-29

Alhamdulillah, cetakan pertama buku "Hartamu bukan Hartamu" sudah ludes terkirim kepada para pemesan. Cetakan kedua sedang dalam proses, sehingga Bapak dan Ibu yang memesan selepas tanggal 10 Oktober mohon bersabar menunggu. Ini ada sebuah kisah di belakang penerbitan buku ini. Dalam prosesnya, saya tak bisa melepaskan diri dari peran besar Desainer buku ini ( Prishan Chaylissa ) dan kang Eka Saepudin (pemilik SAE Printing). Dari awal, konsep buku ini akan dibuat berbeda dengan buku tentang Perencanaan Waris sebelumnya, yaitu sebagai "Infographics Book" artinya lebih banyak Info dalam bentuk gambar, ketimbang teks yang melelahkan. Pembuatan illustrasi, bagan dan gambar inilah yang sebenarnya agak menyita waktu, tenaga dan pikiran. Karena kami ingin, buku tak hanya berguna bagi Agen Asuransi (yang notabene pernah -bahkan sering- belajar soal Perencanaan Waris) namun juga bagi nasabahnya yang awam. Dalam pertemuan pembahasan desain final dua minggu lalu, kang Eka

CERITA DI BALIK BUKU

SUDAH JATUH, TERTIMPA EMBER

Dalam setiap kelas "Perencanaan Waris" yang saya isi, saya selalu menyampaikan bahwa setidaknya ada 7 kategori anak, yang berdampak pada tidak setiap kategori anak itu memiliki hak waris. Salah satu aturan dalam KUHP yang DIUSULKAN diubah melalui R-KUHP adalah soal perzinaan. Mengapa saya perlu menulis ini, karena anak (hasil) dari perbuatan Zina ini memiliki masalah dalam Proses Waris. Definisi Zina menurut KUHP (yang masih berlaku saat ini) adalah : adalah perbuatan persetubuhan yang dilakukan oleh laki-laki atau perempuan yang telah kawin dengan perempuan atau laki-laki yang bukan istri atau suaminya (Pasal 284, KUHP). Defini ini juga merujuk pada pasal 27 KUHPerdata, soal Perkawinan. Jadi, syarat terjadi perzinaan adalah salah satu dari lelaki atau perempuan itu sudah menikah. Hal yang berbeda dengan definisi awam terkait zina. Dan definisi itu sudah berjalan sejak KUHP ini dipakai puluhan tahun lalu. Saya mencoba mencari definisi zina ini di RKUHP, dan tidak menemu

MERTUA BERSASAK TINGGI

Ibu Ali sudah menikah dengan pak Ali nyaris tigapuluh tahun, dan sangat berduka saat pak Ali meninggal seminggu yang lalu. Dua anak perempuan mereka datang dari rantau, menemani di rumah masa kecil mereka yang ditempati bu Ali (dan pak Ali sampai akhir hayatnya) hanya tiga hari, karena harus kembali ke kotanya, bekerja. Hanya rumah sederhana, yang mungkin kalau dijual harganya tak lebih dari Rp 1 Miliar, yang ditinggalkan pak Ali. Tidak ada asset lain yang cukup bernilai ditinggalkan. Empat hari setelah anak-anak pulang ke kotanya masing-masing, datang orangtua pak Ali (tepatnya Ibunya) bersama tiga adik lelaki pak Ali. Ibu mertua bu Ali adalah tipe mantan istri pejabat masa lalu. Walau usianya sudah 70 tahunan, tapi masih gesit dan selalu tampil dengan rambut sasak tinggi. Sepertinya, saking berat sasak rambutnya, kelihatan kalau berjalan selalu agak mendongak, dagunya mencuat ke atas. Adik pak Ali juga tipe anak yang bergantung pada (sisa) kekayaan dan kejayaan orang tua. Tak memlik

DRAMA PAGI HARI

Antrian "check in" pesawat yang akan saya tumpangi dari Bali ke Jakarta pagi ini mengular. Hanya dibuka tiga loket pagi ini, padahal banyak penumpang mulai menggerutu menunggu dalam antrian cukup lama. Tepat di depan saya berdiri tiga pasang suami istri, satu rombongan yang nampaknya baru pulang berwisata di Bali. Mereka berniat pulang entah kemana lengkap dengan bagasi yang banyak. Alih-alih mempercayakan salah satu "wakil" dari rombongan untuk mengurus "check in" mereka memilih bergerombol di depan konter. Mereka sibuk "mengganggu" petugas layanan check in dengan permintaan-permintaan khusus, seperti minta Bagasi dikelompokkan sendiri-sendiri dan berdebat untuk memperebutkan tempat di dekat jendela. Padahal jelas mereka datang dalam rombongan. Selesai? Belum. Tak berapa lama datang tiga pasang suami istri lain, membawa troli bagasi yang memaksa menerobos antrian. "Kami bagian dari rombongan itu",kata mereka. Maksudnya rombongan yang

NASI SUDAH MENJADI KERAK

"Suami saya sudah membuat SURAT WASIAT yang menyatakan 90% harta akan menjadi milik saya saat dia meninggal dunia. Jadi kenapa musti pusing punya Asuransi segala?",Tanya seorang ibu dalam sesi tanya jawab Customer Gathering di Surabaya akhir bulan lalu. Kita tahu, bahwa hati manusia soal uang tak bisa ditebak. Kita sering melihat dalam berita, banyak orang yang kelihatan selalu tampil bak "calon ahli surga" dicokok KPK karena tertangkap tangan mener ima suap. Pertanyaan ibu itu mengingatkan saya pada kisah ibu Bunga yang digugat oleh anak-anaknya, karena menerima Surat Wasiat dari almarhum suaminya atas 90% harta warisan suaminya. Ibu Bunga digugat oleh anaknya, dan Pengadilan memutuskan ibu Bunga untuk "mengembalikan" apa yang telah diterima dari (surat wasiat) atas harta waris suaminya kepada anak-anaknya. Ibu Bunga tidak mengetahui, bahwa ada batasan-batasan dalam pembuatan Surat Wasiat. Surat wasiat tidak boleh menyimpang dari asas penting

SERENA WILLIAM

"Dengan menyadari bahwa kamu tidak memiliki segalanya, akan menghindarkanmu dari kehilangan segalanya", kata Patrick Mouratoglou, pada anak bimbingnya : Serena William. Juara puluhan kali Grand Slam, dua tahun lalu menjelang Miami Open dan Indian Open. Artinya, kita harus sadar. Bahwa walaupun kaki kita sudah bisa berpijak di langit, kita pasti punya kelemahan. Punya hal yang tak tahu. Mengetahui dan menyadari kelemahan bukan berarti membuat kita lemah, tapi justru menghindarkan kita dari kerugian yang tak perlu terjadi. Minimal menghindarkan diri dari ditertawakan karena pernyataan yang justru menunjukkan kelemahan kita.

MEREDEFINISI MAKNA SUKSES

Barangkali memang benar kredo yang bilang bahwa Rezeki itu sudah diatur. Demikian juga kemarin. Kemarin saya menghadiri acara MDRT Day di ICE-BSD. Ini adalah acara tahunan para agen asuransi yang sudah atau ingin menjadi anggota MDRT (Million Dollar Round Table), organisasi profesi elit agen asuransi se-dunia. Syaratnya memang tidak mudah, ada target tinggi yang harus dicapai. Alhamdulillah, dua tahun ini saya bisa mencapainya. Acara kemarin, selain menjadi ajang reuni dengan teman-teman satu profesi di seluruh Indonesia, juga menjadi ajang belajar dari para "living legend" di Industri Asuransi.  Salah satu pembicara di "Main Platform" acara kemarin itu adalah Dr. Sanjay Tolani. Semua pelaku industri asuransi di seluruh dunia, rasanya, pasti kenal dia. Pria kelahiran tahun 1984 ini saya bilang "living legend", bukan semata karena prestasinya yang jauh melampaui standar industri, namun karena dia tak pelit berbagi ilmu. Saya melihat kelebihannya adalah : ma

MEMBAYAR IURAN BUKAN MENABUNG

Saya "capture" gambar ini di sebuah forum diskusi, tentang seorang ibu yang merasa dirugikan karena sudah membayar iuran BPJS kesehatan namun tidak di-cover biaya perawatan giginya. Dibandingkanya iuran yang disetor dengan manfaat yang didapat. Saya dulu pernah menulis bahwa BPJS Kesehatan adalah Jaminan Sosial berbasis iuran, mirip asuransi tapi bukan asuransi. Kok gitu? Ya, cara kerjanya mirip. Peserta menyetor iuran, lalu iuran yang terkumpul dipakai untuk membantu peserta yang KEBETULAN terkena risiko sakit. Bedanya, dalam asuransi ada pengelompokan (iuran) anggota berbasis kesamaan tingkat risiko para anggota tersebut berdasar kriteria umur, jenis kelamin, lokasi tinggal dan lain-lain. Itulah proses underwriting. Sedangkan BPJS kesehatan tidak seketat itu prosesnya, karena sekali lagi, ini jaminan sosial. Maka prinsip "sama rasa, sama rata" yang dikedepankan. Yang mampu membantu yang lemah.  Sehingga, bagi orang yang terlanjur punya "standar tinggi"

VITAL SIGN

Semenjak kejadian mobil mati mendadak di Bandung bulan lalu, saya memasang kelengkapan ini di mobil. Modalnya "dongle" yang dicolok ke port OBD II di mobil dan terhubung melalui bluetooth ke tablet ini. Data yang terbaca di tablet ini adalah beberapa informasi tentang kondisi komponen mobil. Data itu disuplai oleh aneka rupa sensor ECU di mobil, sehingga saya bisa tahu apakah kondi si mobil sedang bermasalah atau baik-baik saja.   Data yang terbaca itulah "Vital Signs" mobil saya. Vital Sign secara harfiah bisa diartikan : Tanda-tanda penting. Belum tentu 100% benar dan bisa dipercaya (karena bisa saja sensornya sedang error), tapi paling tidak dengan membaca data-data itu, ada perasaan "peace of mind" dalam hati : mobil "on track" atau ada yang perlu diperbaiki. Dalam usaha atau bisnis juga sama. Kita perlu peka pada Vital Sign-nya. Biasanya paling gampang ya Omzet, Cashflow, Profit, dan Turn over SDM. Ketika b

CERITA 19 EKOR SAPI

Dul Kemit, Dede dan Khomsul datang ke rumah pak Lurah sambil bersungut-sungut. Mereka mencari orang yang bisa menyelesaikan masalah mereka. Pak Lurah menyambut mereka, dan tiga bersaudara ini menyampaikan masalahnya. Ayah Dul Kemit, Dede dan Khomsul baru saja meninggal seminggu lalu. Ceritanya, almarhum ayah meninggalkan WASIAT bahwa 19 ekor sapi yang ditinggalkan dibagi untuk mereka bertiga dengan porsi : Dul Kemit 1/2 bagian, Dede 1/4 bagian dan Khomsul 1/5 bagian. Pak Lurah pusing menghitung pembagiannya, karena pesan almarhum adalah saat membagi : sapi tidak boleh disembelih, dijual atau dikurangi. Untuk itu dia minta bantuan pak Bhabin dan Babinsa. Lalu pak Bhabin bilang", Sapi ada 19. Mau dibagi untuk Anak pertama 1/2, anak kedua 1/4 dan anak ketiga 1/5 tanpa menyembelih, tanpa mengurangi". Ketiga bersaudara itu menangguk-angguk. "Oke kalau begitu, supaya tidak berantem, saya akan sumbangkan satu ekor sapi milik saya untuk MENGG

AKU ORANG SIRKULASI. AKU TAHU, TAPI TEMPE

Karir saya di dunia "perkoranan" dulu dimulai dari Bagian Sirkulasi. Dan Sirkulasi menjadi bagian yang tak terpisahkan dari 14 tahun karir saya kemudian. Semacam mendarah daging. Apa sih pekerjaan orang bagian Sirkulasi? Dia bertanggungjawab sejak koran keluar dari mesin cetak, memastikan koran terkirim ke semua jaringan penjualan dan pelanggan di seluruh Indonesia dalam waktu sama sebelum jam 6 pagi, dan siap ditagih oleh bagian keuangan. Bagian Sirkulasi berusaha jumlah koran yang dijual selalu besar, karena biaya untuk mencetak koran makin lama makin tinggi. Mereka dituntut harus kreatif menciptakan program penjualan, gimmick untuk pelanggan agar setoran uang tidak turun. Tapi belakangan saya menyadari (setelah 10 tahun menjalani karier sebagai orang sirkulasi), bahwa di organisasi penerbitan koran : orang sirkulasi paling tahu soal lapangan penjualan koran tapi tak pernah (punya kesempatan untuk) membuat keputusan soal sirkulasi. Ketika direksi berangkat dari rumahnya m

YANG KELIHATAN WAH, BELUM TENTU WAH ...

"Apa kesulitan yang kamu hadapi ketika usahamu sudah mulai jalan, Bas", tanya seorang teman yang baru saja "resign" dari kantornya. Saya tunjukkan foto ini. Foto tahun 2008, ketika MISTERBLEK berusia dua tahun. Ini adalah foto ketika kami "cari duit" dengan cara ngamen dari satu event ke event lain. Dengan pengalaman di pekerjaan dulu ikut-ikut event, sa ya tahu triknya bagaimana caranya agar peserta dan penonton event bisa "dibuat" ngantri beli dagangan kita. Laris manis, tanjung kimpul. Dagangan laris, duit ngumpul. Seneng? Pasti. Duitnya saya nikmati sendiri? Tidak. Ada karyawan yang ikut mengerjakan. "Itulah tantangannya. Kalau kita punya usaha, semua-muanya kita mau lakukan sendiri -katanya- namanya serakah. Duitnya lari ke kita semua, tapi mungkin ya kurang berkah", Jelas saya. Cobaan karena pengen "menguasai" sendiri : banyak. Pertama, Karena takut menggaji orang (karena kalau menggaji orang, kita merasa duit bagian k

ISTRI HARUS PINTAR DAN BERDAYA

Ini bukan cerita saya, tapi cerita salah satu nasabah tim saya di BHR. Nampaknya cukup pantas untuk bisa kita tarik sebagai bahan pelajaran. Setahun lalu, nasabah tim saya ini meninggal dunia, sebut saja namanya (Alm.) pak Joko Prabowo. Supaya mudah dan tak terlalu panjang, saya singkat pak Jepe. Semasa hidupnya, pak Jepe adalah ayah dan suami yang bertanggungjawab, dia pekerja keras sepanjang hidupnya. Istri pak Jepe, sebut saya bu Mawar adalah ibu rumah tangga sejati. Sejak lulus kuliah, kemudian menikah dia memutuskan mendukung suaminya di "garis belakang". Pak Jepe dan bu Mawar memiliki tiga orang anak. Dua orang anak perempuan yang sudah kuliah semester dua dan SMA kelas 3 serta "bonus" anak lelaki yang masih berusia lima tahun. Pak Jepe selain pekerja keras juga termasuk suami yang "melek" keuangan. Literasi keuangannya termasuk oke. Walau istrinya sering menghalangi -menurut cerita tim saya- tapi "diam-diam" pak Jepe sudah menyiapkan Pr