Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2019

MODAL YAKIN

Karena sedang membutuhkan frozen food untuk bekal makan siang anak, saya mencari nomor telepon seorang teman yang dulu berbisnis jualan frozen food. Ketemu nomor kontaknya, kemudian saya watsap bahwa saya memerlukan beberapa varian seafood beku yang dulu dia jual. "Aku udah nggak jualan lagi mas. Sekarang aku kerja lagi di XXXXX (menyebut nama sebuah koran gurem yang terbit di Jakarta dan tak tau beredar di mana)",jawabnya. "Lho, kenapa ditinggalin bisnisnya", Cecar saya agak kecewa. "Kayaknya aku nggak bakat jualan, mas. Profitnya nggak nutup buat kebutuhan", Jawabnya lagi. Setahu saya, standar gaji di koran XXXXX itu juga pasti tak besar. Kalau dibandingkan potensi pendapatan yang bisa dia dapat dari jualan (kalau serius) pasti nggak ada apa-apanya. Saya teringat sekitar dua tahun lalu dia datang ke tempat saya, minta "advis" supaya bisnisnya maju. Advis yang bisa saya berikan cuma satu : Bangun Nama (Brand) mu. Lakukan

JEBAKAN OPERASIONAL

Di salah satu Forum grup entrepreneur yang saya ikuti berisi pengusaha dari berbagai tingkatan. Dari yang omzet besar sampai besar banget, dari yang pemula sampai yang sudah "klothokan". Tiap hari ada saja topik yang didiskusikan. Dan Jebakan Operasional adalah salah satu topik yang menarik. Tipikal pengusaha "pemula" adalah "bangga" pada banyaknya jumlah outlet/cabang yang mereka kelola atau miliki. Hal yang jarang lihat atau dengar dari pengusaha klothokan. Tahun 2006, keluar dari dunia kerja saya memulai bisnis jualan kopi dan burger di emperan toko. Dari satu outlet, dalam kurun kurang dari setahun sudah menjadi lima outlet. Bangga? Waktu itu iya. Kepala udah segede gunung batu. Tapi ketika sudah menjadi lima outlet itu, belakangan, saya sadar bahwa usaha saya "stuck" di situ saja. Omzet dan Keuntungan sih NAMBAH, tapi TIDAK NUMBUH. Setelah perenungan yang dalam, saya baru sadar bahwa saya masuk dalam "Jebakan Operasion

KARENA HARTAKU BUKAN HARTAKU

"Mas, itu bu Eri yang punya rumah sebelah kontak lagi. Tadi nawarin, kalau misalnya mau, rumah sebelah ditawarin ke kita harga spesial. Rp XXX juta saja. Daripada kosong katanya", Kata istri saya dua hari lalu. Kami tinggal di komplek-komplekan yang bukan dibangun oleh developer. Hanya tanah kavlingan yang dibangun masing-masing oleh pemiliknya. Jadinya modelnya belang-blentong beda-beda, sesuai kemampuan ekonomi dan level cita rasa estetika masing-masing. Sebelah rumah saya, dulu ditinggali oleh Pak dan bu Eri. Tapi sudah sejak lima tahun lalu, rumah itru dibiarkan kosong karena mereka pindah ke rumah mereka yang lain di Kawasan Gadog, Puncak-Bogor. Dan bolak-balik beliau tawarkan pada kami. "Memiliki rumah lagi, tidak ada dalam "Perencanaan Asset" kita kan",Jawab saya pada istri. Anda sudah tahu (situasi) silsilah keluarga saya di sini : http://www.basriadhi.com/…/02/contoh-hitungan-hukum-waris.h… Saya termasuk orang tua yang memiliki

CUMI-CUMI ASURANSI PENGHEMAT PAJAK

"Asuransi bisa buat menghemat Pajak?". Itu salah satu pertanyaan yang selalu mengemuka dalam berbagai sesi pertemuan, baik kelas maupun Customer Gathering. Termasuk sesi Customer Gathering yang saya isi untuk nasabah sebuah Lembaga Jasa Keuangan di Bandung, Rabu lalu. "Pak, agen asuransi saya bilang : Bu, ibu bikin saja program Asuransi. Nanti yang bayarin kantor, untuk menghemat pajak ibu. Daripada uang perusahaan dikasih ke Ibu dalam bentuk bonus, mending suruh bayarin langsung sebagai premi aja", Kata seorang ibu, sebut saja namanya bu Mawar, pemilik (sekaligus Direktur) sebuah perusahaan pengolahan pakan ternak di Tasikmalaya. Lalu, akhirnya atas saran agen asuransi tersebut, si bu Mawar meminta Manajer keuangannya mentransfer XXX juta premi asuransi ke perusahaan asuransi untuk sebuah program asuransi dengan Pemegang Polis dan tertanggung bu Mawar serta penerima manfaat ahli waris yang ditunjuk si Ibu. Benarkah saran agen asuransi ini akan menghemat

MENGAPA REINO MENIKAHI SYAHRINI?

Jawabannya, ya pasti karena memang jodohnya. Saya bukan geng Luna maupun geng Princess, saya Perencana Waris yang netral. Maka kita lihat perkawinan lain yang mirip seperti ini dari sisi yang berbeda. Walau tak sedikit orang kaya menikahi orang biasa, tapi Mengapa orang kaya memiliki kecenderungan menikah dengan orang kaya juga? Dalam Manajemen Risiko dikenal tindakan bernama "Risk Avoidance". Ini adalah semua tindakan yang perlu dilakukan untuk menghindari Risiko menimpa pribadi atau organisasinya. Dalam UU Perkawinan kita (UU no 1 tahun 1974 pasal 35) dan KUH Perdata pasal 119, dikenal ada dua macam Harta dalam Perkawinan, yaitu Harta Bawaan dan Harta Bersama (dalam perkembangannya nanti ada pula Harta Perolehan). Harta Bawaan adalah harta yang dibawa sebelum terjadi pernikahan, tanggung jawab pengelolaannya menjadi hak si pemilik...pasangan tak bisa mengotak-atik. Harta Bersama, adalah harta yang diusahakan oleh salah satu atau bersama-sama ketika sudah t

BIAYA PENDIDIKAN

Beberapa hari lalu saya posting tentang seorang teman yang minta dihitungkan biaya pendidikan untuk cucunya. Saya sudah hitung, dan saya sertakan hitungan ini pula dalam postingan. Ada yang tanya, apa nggak kegedean tuh asumsinya, biaya kuliah 850 juta? Begini, kita pakai hitungan "real cost" kuliah saat ini. Saya pakai biaya kuliah anak saya di UNPAD. Biayanya terdiri dari SPP : Rp 6.500.000/semester, biaya kost yang layak Rp 6.000.000 per semester, biaya hidup bulanan (untuk makan, fotokopi, pulsa, transportasi, tabungan/investasi) Rp 18.000.000 per semester. Total sekitar Rp 30.500.000,- per semester. Atau Rp 60jutaan per tahun. Biaya di atas tidak jauh dengan biaya SPP semesteran temannya yang kuliah di Arsitektur Trisakti (tidak nge-kost) yang berkisar di Rp 17-18 juta per semester. Dalam hitungan itu, cucu teman saya usianya baru 1 tahun, artinya dia baru akan kuliah kurang lebih 17 tahun lagi. Maka dengan kalkulator plus asumsi kenaikan biaya pendidikan 15%