Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2017

WARISAN ITU BERKAH ATAU MASALAH ?

Sebut saja namanya Fulan. Orangtua Fulan kaya raya, pengusaha suplai besi untuk beton dan pekerjaan sejenisnya. Jelas, hartanya banyak termasuk sebuah rumah megah dua lantai di sebuah Perumahan elit di Semarang. Nilai taksirannya -kata Fulan- sekitar Rp 1.5 miliar. Rumah senilai segitu di Semarang, jelas lumayan elit. Hingga cerita ini dimulai. Alkisah orang tua Fulan meninggal dunia, meninggalkan usaha (yang belakangan Fulan tak bisa mengelola dan meneruskannya, karena tak pernah terlibat di dalamnya), dan rumah mewah itu. Karena tak lagi meneruskan usaha, membiayai rumah sebesar itu tentu menjadi beban berat bagi Fulan. Tagihan listrik bengkak luar biasa (hampir diputus) dan Fulan memutuskan untuk menjual rumah, dengan putus asa. Persoalan timbul saat akan menjual rumah "mahal" itu adalah adanya biaya-biaya yang timbul, proses notaris, pajak jual beli, balik nama sertifikat, dan biaya lain Rumah senilai Rp 1.5 miliar butuh biaya untuk proses jual

BENAR APA KATA BANG HAJI RHOMA

Calon nasabah saya kali ini termasuk golongan "duit tak berseri". Orang sibuk yang tak sempat mengikuti isu bangkitnya PKI. Usianya baru awal limapuluh, tapi bisnisnya sudah menggurita. Punya beberapa apartemen yang sekitar segitiga emas CBD Jakarta, disewakan pada ekspatriat itu juga salah satu pundi uangnya. "Aku dari dulu nggak percaya (asuransi) Unit Link, Bas. Biaya Akuisisinya gede banget",katanya membuka dialog. Ya, beliau sela ... ma ini memilih memiliki banyak Asuransi Term Life dan memisahkan portfolio investasi dalam Reksadana, kadang jual beli saham serta properti. "Kalau kamu bisa yakinkan aku Unit Link itu bagus, menguntungkan : aku ambil. Berapapun preminya",lanjutnya. Mempreteli Unit Link dalam bentuk Asuransi Term Life dan Reksadana mungkin memang baik. Tapi tetap saja itu dua elemen yang terpisah, tak bisa saling melengkapi. Asuransi memberikan uang Pertanggungan (dengan iuran yang relatif jauh lebih murah) dan Reksadana m

OJEK ONLINE, ANGKOT dan CHATUKOOL

Suatu siang di tahun 2006 yang panas dan kering, sekelompok eksekutif perusahaan Peralatan Rumah Tangga lokal di India berkumpul. Nama Perusahaan itu Godrej&Boyce. Barangkali kalau di Indonesia mereka sebesar perusahaan yang di iklannya minta kita "mencintai ploduk-ploduk Indonesia". Mungkin lebih besar malah, mengingat jumlah penduduk (baca : pasar) India yan ... g jauh lebih banyak. Mereka yang sedang berkumpul sedang risau, dan berdiskusi hebat bagaimana membuat produk Kulkas...ya Kulkas, lemari es mereka bisa mengalahkan dominasi kulas bikinan Jepang, Amerika dan Korea : Sharp, LG dan GE. Di India, konon saat itu, Kulkas dimiliki oleh 15% penduduknya. Sisanya, 85% tidak memiliki kulkas, karena alasan daya listrik di rumahnya yang tidak memadai, serta kebanyakan orang India belumlah memiliki kebiasaan seperti orang Barat yang berbelanja bahan makanan seminggu sekali untuk kemudian menyimpannya di dalam kulkas. Apa yang mereka masak dan makan hari ini, adalah a

MATERI PERKAWINAN, ASURANSI dan WARIS

Bagaimana memahami Efek dari sebuah perkawinan, baik itu monogami maupun poligami bila dikaitkan dengan status hak perdata anak, serta harta dalam perkawinan. Khususnya poligami, persoalannya menjadi tidak sederhana karena status perkawinannya bisa sah menurut agama, namun bisa sah menurut negara dan bisa juga tidak. Dua-duanya memberikan efek yang berbeda saat pembagian harta waris, Asuransi adalah salah satu alat untuk mencegah sengketa waris -terutama- pada perkawinan Poligami. Dan kemarin di hadapan banyak sekali peserta (saya tak berani bilang 7 juta) kami berdiskusi soal "Peran Asuransi dalam Waris". Semoga banyak anak dan istri yang "terbantu" masa depannya. Tidak mengharap belas kasih orang lain karena makin memahami perihal Hukum Waris. Karena dalam tuntunan agama kita, meninggalkan generasi penerus yang kuat adalah jauh lebih baik daripada meninggalkan generasi penerus yang lemah. Finish Strong ! Bagi yang berminat mend

BUKAN BELI 'HANDPHONE'

Banyak orang masih membawa kebiasaannya saat membeli handphone saat ingin memiliki produk Asuransi Kesehatan. Menanyakan harga, bukan fitur dan manfaatnya. Pertanyaan pertama yang diajukan justru "Preminya mulai dari berapa" atau "Premi paling murah berapa". Memiliki produk asuransi -apapun jenis asuransinya- seharusnya lebih menekankan dari sisi MANFAAT, dan baru berfikir soal "berapa harga yang harus dibayar". Khusus produk Asuransi kesehatan, setidaknya ada dua opsi manfaat : 1. Manfaat yang dibatasi oleh plafon harga kamar rawat inap. Di Opsi manfaat ini, semua servis rumah sakit mengacu pada batasan harga kamar. Naik kelas kamar, berarti semua biayanya juga naik. Kerepotan memiliki Produk dengan manfaat jenis ini adalah, bila kamar kelas tersebut tak tersedia atau harga kamarnya naik. Maka ketika harga kamar naik, layanan yang kita terima PASTI TURUN (atau kalau mau tetap ya harus siap nombok). 2. Manfaat yang dibatasi oleh

BUKU YANG 'BERBAHAYA'

Adolf Hitler memulai menulis buku ini ketika berada dipenjara karena dakwaan pengkhianatan setelah gagalnya pemberontakan "Bee Hall" Munich tahun 1923. John Murphy, yang kakeknya pertama kali menerjemahkan buku ini dalam bahasa Inggris berkata ",Ini adalah buku tentang sejarah menyepelekan. Dan orang-orang menyepelekan buku ini". Satu dasawarsa setelah buku ini ditulis, penulis yang idenya disepelekan orang ini menjadi penguasa paling berpengaruh dalam sejarah Dunia (tak cuma Jerman). Dan pada masa itu, buku ini dicetak sebanyak 12 juta eksemplar, dibagikan pada setiap pasangan yang baru menikah di Jerman : untuk menyadarkan bahwa mereka memiliki tanggung jawab melahirkan serta meneruskan "wangsa" Arya yang Uber Alles itu. Edisi lux-nya yang bersampul sepuhan emas menjadi pajangan elit para pejabat senior Nazi. Katanya buku ini adalah buku yang "berbahaya" karena memuat pemikiran-pemikiran Neo Nazi dan superioritas kaum Ary

KATA GURU

Kalau dagang barang massal, harga murah margin kecil memang harus militan. Tapi kalau dagang barang mahal, margin gede musti kreatif. Militan dan kreatif sekatnya tipis : Ilmu. Militan nggak perlu banyak ilmu yang penting gigih, muka tembok. Karena militan butuh tiap hari gelar tiker, teriak-teriak demi ngumpulin nasi sekepal dua kepal buat hari itu. Dagang kreatif perlu banyak ilmu supaya satu kali gelar dagangan untungnya bisa buat makan setahun. Maka pengen hasil gede, kerja sambil leyeh-leyeh tapi nggak mau cari ilmu? Itu semacam kisah Harry Potter naik KRL Jabotabek ke Hogwarts. Impossible, never happened. --- kata Guru.

MENTAL GEMBUS

Makanan 'faporit' anak kedua saya, pizza. Di antara banyak pilihan Pizza -maklum 'kids jaman now' beda sama bapaknya yang dikasih martabak terang bulan saja sudah girang bener - dia suka banget pizza produksi brand satu ini : Domino. Walau namanya Domino, sudah ada sertifikasi halalnya, jadi aman. Domino Pizza asal muasalnya dari Amerika, bukan dari Italia negeri di mana seharusnya Pizza lahir. Ini semacam telor mata sapi : telornya dari ayam, tapi sapi yang ngetop. Italia yang ciptain, Amerika yang dapat duit. Berdiri tahun 1960, kini lebih dari 10.000 ribu outlet tersebar di seluruh dunia, dengan sekitar 60 outletnya ada di Indonesia, dibawa oleh grup MAP yang juga membawa Starbucks dan Burger King ke sini. Dari beberapa negara yang pernah saya datangi (camkan kesombongan itu !) Model outlet Domino mirip-mirip. Jauh dari kesan fancy, ada sih beberapa yang model "gallery outlet" dimana kita bisa nontonin orang yang lagi bikin pizz