Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2018

PERSISTENSI

"Ah, aku dulu juga sudah pernah jadi agen asuransi. Nggak minat gabung lagi, susah kerjanya pakai target",Kata orang di depan saya. Pernah ketemu orang seperti ini ? Saya bisa memastikan, orang ini tidak berhasil di bisnis asuransi. Karena, bila berhasil dia akan bertahan di sana. Target? Oke, saya akan bicara dari satu sisi yang jarang awam tahu. Selain target penjualan (karena ini terkait langsung dengan "income"), seorang agen asuransi memiliki target lain, namanya : Persistensi. Persistensi adalah persentase yang menunjukkan Berapa banyak nasabah yang dilayaninya Loyal, dan tetap melanjutkan pogram asuransi yang diikutinya sejak pertama dia tanda tangan kontrak. Makin besar angka persistensi, makin baik. Biasanya perusahaan asuransi menetapkan target persistensi tertentu agar hak para agen bisa diterima penuh, seperti bonus tahunna atau bonus travelling. Persistensi yang tinggi didapatkan dari cara penjualan yang baik. Banyak agen asurans

RELIJIYES NAMUN CEMEN

"Mas, situasi di kantor mulai nggak kondusif. Tahun depan mau ada pengurangan karyawan gede-gedean. Aku pengen punya usaha, tapi bingung mau usaha apa",katanya sendu. "Cara gampang cari ide usaha : keluar rumah dan perhatiin apa masalah orang. Ada orang bermasalah dengan kelebihan berat badan, maka ada ide usaha menguruskan badan. Ada orang kesulitan cari tambal ban pas bocor, maka bikin usaha tambal ban. Setiap masalah orang lain, adalah peluang bisnis buat orang yang lain lagi",kata saya, sambil nyeruput kopi. "Tapi saya khawatir pandangan orang mas, kayaknya ntar kalau misalnya kepepet modal, terus mampunya baru bikin usaha gorengan, kayaknya status kok turun banget",katanya lagi. "Status itu bukan di pandangan orang bro, bukan juga karena jenis kerjaan : status otomatis naik kalau kita bisa melakukan apapun (asal halal) supaya orang rumah tercukupi kebutuhan serta keinginannya. Lebih keren lagi kalau orang di sekeliling kita bisa sejahtera k

TIGA GOLONGAN

“Bro, sebentar lagi kan musim liburan nih. Gimana yang ya caranya biar bisa posting foto liburan kayak orang-orang”, Tanya seorang teman. “Caranya gampang, ya kamu pergi liburan ke suatu tempat, foto-foto dan posting deh di media sosial”, Jawab saya, pertanyaan yang enteng. “Halah...maksudku, gimana caranya bro supaya bisa kayak orang-orang bisa rutin pergi liburan tiap akhir tahun begini”, Katanya jengkel mendengar jawaban saya. “Menurutku begini, kami tinggal pilih salah satu dari tiga GOLONGAN ini”, Kataku sambil menggambar. Golongan 1, GOLONGAN MENYISIHKAN. Dia menerima pendapatan, memotong atau menyisihkan dulu sebagian dari pendapatannya untuk antisipasi kejadian di masa depan yang terjadinya mendadak dan perlu biaya besar. Seperti Biaya untuk kesehatan dan warisan buat anak istri. Sisanya (bila ada) baru dipakai buat liburan. Golongan ini, walau nggak bisa kelihatan berlebih atau wah, relatif “peace of mind” karena nggak terlalu risau soal kejadian di masa depan.

MASUK PMDK, LULUS PMDK

Ini adalah "keadaan" saya ketika kuliah dulu. Beruntung saya diterima di sebuah Perguruan Tinggi bagus di Indonesia melalui jalur PMDK (Penelusuran Minat dan Kemampuan) alias jalur tanpa test. Ketika kuliah saya bukanlah tipe mahasiswa "ambis". Istilah ini diperkenalkan oleh anak saya yang saat ini sedang kuliah. Definisi mahasiswa ambis adalah datang kuliah murni hanya untuk belajar. Dari kost-kostan jalannya lurus sampai ruang kuliah, sampai ruang kuliah membaca diktat sambil menunggu dosen datang, dan selesai dosen memberi materi mereka mengambil jalan lurus pulang ke kost-an : belajar supaya semua nilai di transkrip berisi A, paling mentok B. Tidak ada organisasi, tidak ada extra kurikuler. Murni belajar. Kost-an saya sempit, pengap terutama kalau siang hari. Jadi alih-alih seperti para mahasiswa ambis yang bisa pulang ke kost dan belajar, saya tidak. Maka Ruang Sekretariat Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) atau Senat adalah tempat yang enak sela

RUMAH UNTUK MILLENIAL

"Anakku sudah mau beres semua sekolahnya, Bas. Yang paling gede, tahun depan beres S-2, yang tengah udah tingkat 3, yang kecil baru tingkat 1. Dana pendidikan aku sudah siap. Buat apalah Asuransi lagi?", Katanya. seperti biasa, senjata andalan saya bekerja : Ipad. Saya tunjuukan artikel ini, artikel tentang sebuah Bank "berniat" memberikan KPR khusus untuk millennial. "Baca artikel ini dan bayangkan kejadian ini", Kata saya. Metika anakmu lulus dan mungkin mulai bekerja, dia akan berfikir akan menikah dan memiliki rumah sendiri. Usianya 25 tahun. Katakan, karena anak millennial pengennya yang praktis-praktis, dia memilih tinggal di apartemen. Mumpung sekarang banyak apartemen TOD (Transit Oriented Development) yang terintegrasi dengan Stasiun Kereta Api. Harga apartemen SAAT INI sekitar Rp 500 juta, dengan promosi DP ringan (misal 10%), maka pokok hutang KPA dia adalah Rp 450 juta. Dengan asumsi bunga pinjaman 12% per tahun, dicicil selama

HATI-HATI KESAMBER PESAWAT

Dengan sangat percaya diri, kelompok ini -berempat orang- mempresentasikan Proposal Usaha Mereka. Mereka mengolah salah satu komoditi buah yang berlimpah di kota asal mereka menjadi buah olahan yang bernilai tambah. Setiap tahun IPB menggelar Program Mahasiswa Wirausaha untuk menjaring bakal entrepreneur baru di masa depan. Mereka membuat proposal usaha, membuat prototype hasil usaha dan untuk pemenang dengan konsep yang "masuk akal", IPB memberikan modal usaha. Ini adalah tahun keempat saya menjadi mentor program keren ini. Dan ada saja ide hebat para peserta. "Oke, idemu bagus. Visimu membantu petani dan memberi nilai tambah buah itu bagus. Tapi lihat sekali lagi laporan keuangan kalian", Ujar saya sembari membuka lembar lapiran keuangan. Mereka membuka lembar itu. Saya bertanya pada juru bicara kelompok itu ",Setiap bulan, kamu mendapat kiriman berapa dari orang tuamu?" "Antara Rp 1-1.5 juta, pak", Jawabnya. "Oke, kalau dili

KAYA SAJA TIDAK CUKUP

Saya perhatikan wajah peserta kelas "Perencanaan Waris", seorang bapak, yang duduk di pojok kiri belakang mendadak tegang. Dengan peserta hanya 20 orang di kelas, postur dan raut muka para peserta bisa saya cermati. Tiba-tiba dia mengacungkan tangan, bertanya. "Pak, terkait hutang pewaris, bukannya kewajiban ahli waris menyelesaikan hanya sebatas porsi harta waris yang dia terima? Tapi mengapa penting punya Program Asuransi untuk membereskan hutang Pewaris?", Tanyanya, sambil tetap bermuka cemas. "Betul, kata saya. Itu acuan yang berlaku menurut Hukum Waris", Jawab saya. Saya buka slide tentang berita Sita Rumah Warisan. Cerita nyata namun tak sepenuhnya persis seperti kasus pada gambar di berita itu. Seorang ayah memiliki istri dengan tiga orang anak. Menjelang pensiun, dia terfikir untuk memulai punya usaha peternakan ayam petelor. Karena modalnya cukup besar, tabungan tak cukup, dia mengajukan pinjaman ke Bank sebesar Rp 400 juta (de