Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2020

GEMBALA YANG BAHAGIA

Seperti biasa, lepas subuh bila sedang malas membaca buku, saya gunakan waktu untuk nonton tivi. Kali ini saya memilih menonton liputan dokumenter "Wild Shepherdess" oleh reporter Kate Humble (BBC) ke Koridor Wakhan, di sela pegunungan antara Afghanistan dan Tajikistan. Diapit Pegunungan Pamir di Utara dan Pegunungan Karakoram di Selatan. Kate Humble, bagi yang suka nonton dokumentasi BBC, meliput kehidupan para penggembala di daerah-daerah sangat terpencil di dunia. Dia meliput hingga ke pojok terpencil negeri Peru selain ke Afghanistan. Kate sendiri memutuskan meliput kehidupan para penggembala, karena dalam film dokumenternya yang pertama, dia sendiri memutuskan memilih menjadi peternak di pinggiran kota Wales, Inggris. Liputan dibuat dalam 3 episode, dan saya menonton episode pertama dari tiga episode saat Kate mengunjungi masyarakat Wakhi. Para Wakhi sudah hidup ribuan tahun dalam tradisi beternak di pinggang gunung yang ganas karena hanya memiliki dua cuaca : di

BANYAK MEMBERI, BARU MEMINTA

Mas, setahun lalu aku ikut kelas Meningkatkan Penjualan melalui Media Sosial. Sudah aku ikutin, tapi kok omzet penjualanku nggak naik-naik ya”, Kata Fulan, seorang teman. Saya buka halaman media sosialnya. Betul, dia banyak beriklan. Bahkan kalau saya lihat linimasa media sosialnya lebih mirip katalog belanja, karena isinya iklan semua. Nyaris tak ada informasi lain, selain pamflet, poster, flyer jualan produk. “Di dunia ini berlaku Hukum Kekekalan Energi. Itu dulu kita pelajari pas sekolah dalam pelajaran Fisika”, jawab saya. “Maksudnya, mas? Tanyanya bingung, karena jawaban saya nggak nyambung dengan pertanyaannya. Tanya jualan kok dijawab pelajaran fisika. “Di dunia ini energi tidak hilang, hanya berubah bentuk. Berapapun energi energi yang kita keluarkan, akan kembali pada kita sebesar itu juga, namun mungkin dalam bentuk yang berbeda”, Jawab saya lagi. Sok bijak seperti biasa. Dia makin bingung, kelihatannya. “Ada tiga tipe orang beriklan di media (sosial)”, Sambung saya. Pertam

MAU BUKA WARUNG BARU

  Masih suka melihat ada yang teman yang "kritis" banget mempersoalkan hutang luar negeri, atau hutang kita ke luar negeri? Baiklah saya mau cerita sedikit. Saya jualan kopi. Ada keinginan saya memperbesar usaha, katakan menambah jumlah outlet. Karena dengan menambah outlet, maka saya berpotensi menambah perputaran uang usaha (otomatis dampak ekonomi nambah) juga nambah karyawan... alias mengurangi pengangguran. Tapi saya tak memiliki cukup uang atau modal untuk membangun -misalnya- 10 outlet sekaligus. Karena membangun 10 outlet langsung, dibandingkan dengan membangun 1 outlet kerepotannya sama tapi biaya per unitnya bisa lebih murah (karena borongan). Saya harus cari uang dari luar perputaran usaha saya. Cara cari uangnya bisa dalam bentuk : jual (saham) kepemilikan, jual surat hutang atau pinjam ke pihak lain. Jual saham, artinya mengurangi "kekuatan" saya mengatur usaha. Apalagi kalau ketemu pemodal besar yang siap ambil porsi besar. Saya belum siap. Membuat

INTERVIEW MARTABAK

Disarikan dari sebuah sesi interview daring, melalui Zoom. "Oke, boleh ceritakan mengapa anda melamar ke lowongan yang saya buka di XXXXX.com ", Tanya saya. "Baik pak. Saya baru saja kena PHK karena perusahaan melakukan pengurangan karyawan. Saya tertarik karena saya sudah lihat di website, ini perusahaan besar", Jawabnya. "Apakah pekerjaan ini akan sangat urgent buat anda?",Tanya saya lagi. "Sangat pak. Karena suami juga sudah tiga bulan nganggur, perusahaan leasing tempat dia bekerja melakukan PHK besar-besaran", Jawabnya lagi. "Tahukah anda, perusahaan yang anda maksud ini adalah perusahaan asuransi dan posisi yang anda lamar adalah sebagai agen asuransi", Tanya saya. Wanita di seberang terdiam sejenak, dan tiba-tiba terdengar suara lelaki di sebelahnya ", Nggak usah diterusin Mih, ngapain jadi agen asuransi. Malu-maluin, malu sama tetangga". Eh, ada yang nguping rupanya... Sesi interview selesai. Betul, sebagai pengganggur

INTERVIEW GETHUK

Ini juga dari sebuah sesi interview daring, melalui aplikasi Zoom. Saya rekam apa adanya. "Seberapa penting tawaran kerjasama usaha sebagai Konsultan Waris dan Wakaf ini nantinya buat anda?", tanya saya, dan ini pertanyaan standar. "Penting pak, saya sudah lama pengen punya usaha sendiri. Pas kondisi seperti ini (catatan : jobless alias nganggur), saya pengen mencoba tantangan baru. Tapi saya bicara sama istri saya dulu ya pak", katanya. "Istri lagi ada di dekat anda, saya tak bisa nunggu lama", Jawab saya. "Ada pak, sebentar saya ngobrol sama Istri saya",katanya. Hening sejenak di seberang sana. "Pak, saya sudah ngobrol sama Istri. Istri saya keberatan, karena bisnis asuransi nggak ada bentuknya", Jawabnya. "Oke mas, nggak masalah. Terimakasih", Saya tutup sesi Interview dengan sisa pertanyaan dalam hati ... Sebenarnya orang mau berbisnis itu cari DUIT apa cari BENTUK sih?

BISNIS PENOLAKAN

T Tadi malam, saya diberikan kepercayaan oleh mantan atasan, sekaligus mentor : Ibu Maria Goretti Limi Xu mengisi sesi IG Live beliau. Kalau bicara Sales dan Marketing di dunia media massa, beliau termasuk salah satu “legend”, masternya master. Kami pernah satu kantor ketika di Seputar Indonesia, sekitar tahun 2005-2006. Salah satu pertanyaan yang beliau ajukan adalah “,Ngapain nyemplung ke dunia asuransi jiwa (syariah), sebuah dunia bisnis yang penuh penolakan”. Saya teringat salah satu tulisan di buku “Blink” yang ditulis oleh Malcolm Gladwell. Dia menulis soal Perilaku bernama “Priming”, yaitu perilaku memberikan “label” atau “stereotyping” berdasar suatu hal tertentu, misalnya Ras. Kalau kita mendengar kata “orang Batak” maka berbeda bayangan kita bila disebut kata “orang Jawa” atau “orang Ambon”. Padahal perilaku asli orang per orangnya bisa jadi jauh dari karakter yang kita bayangkan. Orang Batak bisa lebih njawani dari orang Jawa, demikian sebaliknya misalnya. Itulah Priming,