Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2018

STRATEGI DANA PENSIUN PAKAI ASURANSI? OH, YA?

Minggu lalu, sehari sebelum berangkat mengajar di Lampung, saya menemani salah satu team BHR melakukan presentasi untuk sebuah perusahaan Fintech rintisan baru di daerah Pasar Minggu. Kami diundang melakukan presentasi terkait rencana mereka menyiapkan Program Dana Pensiun untuk Staf dan manajemen inti perusahaan. Tadinya saya pikir staf dan manajemen intinya terdiri dari banyak orang, sehingga saya sudah siapkan presentasi “Dana Pensiun Lembaga Keuangan” atau DPLK. “Kami hanya ber-duabelas, pak”, kata mas Fulan -sebut saja namanya begitu - manajer Finance dan Accounting mereka. Dalam pertemuan itu selain mas Fulan hadir empat orang anggota manajemen perusahaan itu. Ya, karena perusahaan ini padat teknologi, jumlah orang yang bekerja tak lagi banyak. Sehingga nampaknya DPLK kumpulan kurang cocok. Maka kami berganti strategi, kami memakai pendekatan Dana Pensiun Individu. “Mas, Fulan dan teman-teman semua Sudah tahu cara menghitung Kebutuhan Dana Pensiun ?”

DRAMA DOMPET HILANG

Kejadiannya kemarin, Sabtu 25 Agustus 2018 di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta. Pukul 8 pagi, turun dari pesawat yang membawa dari Lampung, saya bergegas menuju ATM Mandiri di luar area pengambilan bagasi. Di ATM saya setelah mengisi e-money, mengambil sejumlah uang dan memasukkannya ke dompet. Sebelum dompet masuk tas, saya mengambil karcis parkir inap mobil, memasukkannya ke dalam saku celana, serta mengembalikan dompet dalam tas. Bergegas dari lantai bawah, melewati area pemeriksaan X-ray, saya menuju Lantai 3 (Pick Up Zone) bersama beberapa orang yang terlihat seperti baru pulang bepergian juga. Jumat (hari sebelumnya) saya berangkat dari rumah pukul 03.30 pagi, karena pesawat menuju Lampung berangkat pukul 06.35. Sampai Lampung, mengisi kelas sejak pagi hingga sore dan dilanjutkan Client Gathering sampai pukul 22.00. Lepas Client Gathering saya diajak tuan rumah, Ibu Adriana, mas Ari (City Head AIA Lampung) dan mas Rudi (Sales Head AIA Lampung) makan m

DANA PENSIUN PAKAI UNITLINK, MEMANG BISA?

Pertemuan kemarin adalah reuni privat yang kata orang Skandinavia : gayeng. Kami -saya dan teman saya ini - sudah lebih dari 18 tahun tak ketemu. Kemarin kami ketemu, nostalgilaan dan ...memberi selamat karena di usianya yang sebaya saya, dia baru saja dikaruniai "bonus", bayi laki-laki yang sudah lama didambakannya. "Aku bersyukur banget, anak-anakku juga seneng banget punya adik baru, lebih-lebih istriku", katanya. "Tapi aku jadi kepikir untuk mempersiapkan Dana Pensiun Ekstra buat anak terakhirku ini", Lanjutnya. Istri temanku (memilih) tak bekerja di kantor, fokus mengurus anak-anak. Jadi temanku adalah pencari nafkah utama. Untuk dua anaknya (kakak si Bayi, yang sudah kuliah dan SMA) dia sudah "mencicil" dana pensiun. Tapi kedatangan "bonus" ini mengubah semua peta rencana keuangannya. Maka, itu sebenarnya agenda kami bertemu kemarin. "Apa kira-kira program yang cocok buat aku nyiapin dana pensi

JALUR MRT DAN LELAKI BERISTRI SOSIALITA

Lelaki ini seorang suami dari istri yang sosialita, di mana ada arisan di situlah sang istri ada. Suatu hari kami bertemu di sebuah kedai kopi sederhana, hingga dia bertanya. "Mengapa aku musti punya Program Asuransi, apakah HARUS?". Lalu saya bercerita. Pada proyek pembangunan MRT di Jakarta, semua petinggi berkumpul. Mereka sedang berdiskusi, bagaimana bila jalur MRT yang berada di bawah Jl. Thamrin-Sudirman terendam banjir? Karena ini terkait Manajemen Risiko, mereka memanggil ahilnya. Dari para petinggi mengusulkan beberapa ide, salah satunya membeli polis asuransi untuk meng-cover kerugian materiil bila sampai jalur MRT itu terendam banjir. Ahli manajemen risiko menghitung bersama aktuaris perusahaan asuransi hingga keluarlah sebuah proposal yang berisi angka Premi yang harus dibayar perusahaan pengelola MRT. Angka yang diajukan oleh Perusahaan Asuransi membuat mata semua tim manajemen MRT terbelalak matanya, saking mahalnya. Mengapa?

SEJAJAR

"Mas Basri, besok temenin saya dong presentasi ke nasabah",kata Fulan, teman satu team di BHR. Tumben, pikir saya. "Memang calon nasabahnya siapa?",tanya saya balik. "Itu dia mas, calon nasabahnya mantan dosen pembimbing saya. Beliau doktor di bidang xxxxxx (menyebut sebuah keahlian tehnik). Aku takut nggak bisa jawab pertanyaan dia",katanya. Fulan, dia boleh ahli di bidangnya, tapi jangan lupa kita bidang di keahlian kita. Kita tiap hari berhadapan dengan berbagai macam model nasabah : itu belajar. Kita keluar masuk kelas training : itu belajar. Jadi, nasabah bisa doktor di bidang teknik, kita ini doktor di bidang perencanaan keuangan. Hanya mental terjajah saja yang tiap kali mau ketemu orang lain takut, atau minder. Hormat bukan berarti takut. Hormat itu biasa mendudukkan diri pada posisi yang tepat. Dan dalam pekerjaan, posisi kita adalah sejajar. Win-Win, tak perlu nunduk-nunduk. Kadang orang (calon nasabah) menolak

JADI SI DOEL MUSTI NGAPAIN?

Jadi, Sarah dan Hans membuat skenario untuk bisa mempertemukan Doel Jr dengan ayahnya. Maka Hans berdalih meminta Doel (dan Mandra) datang ke Belanda membawa pernak-pernik khas Betawi untuk dijual di Tong-Tong Festival. Doel berangkat ke Belanda meninggalkan Zainab, istri sirinya (yang sedang mengandung anak dari Doel, digambarkan dengan adegan muntah di dekat gentong wudhu). Di Troopen Museum, skenario Hans dan Sarah berjalan mulus, Doel bertemu Sarah dekat anjungan Papua, dan diplomasi sayur asem, tempe dan ikan asin di Rumah Sarah berhasil mempertemukan Doel dengan anaknya, Doel Jr. Walau film ditutup menggantung dengan adegan permintaan Sarah pada Doel untuk menceraikannya, tapi buat rombongan ibu-ibu di depan saya cukuplah untuk menguras air mata mereka. Cerita lengkapnya, silakan nonton sendiri. Lalu, persoalannya bagaimana kalau anda, suami anda atau teman anda seperti si Doel? Memiliki istri yang belum dicerai, kemudian istri sah itu memiliki anak yang a