Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2016

MENGENANG BAPAK DI TUGU PANCORAN

Tugu Pancoran Pagi Hari Suwito adalah nama Bapak saya, almarhum, berasal dari desa Gubug, Grobogan-Purwodadi. Sebuah desa kecil, yang nyaris tak terlihat di peta dan hingga kini gagap menghadapi kemajuan jaman. Setiap pagi, jam 03.00 beliau berjalan kaki puluhan kilometer menuju stasiun kereta "terdekat", menunggu kereta barang yang bisa ditumpanginya menuju sekolah di kota Purwodadi. Pulangnya demikian juga. Sepul ang sekolah, beliau masih " angon" kambing ke hutan jati pinggir desa. Cita-citanya hanya satu : menjadi pegawai negeri, karena semua kakaknya berhenti sekolah dan "hanya" menjadi petani di lahan berkapur yang kini sebagian sudah tenggelam oleh air waduk Kedungombo. Di ladang peng-angon-an dia melamun, memiliki rumah tembok yang tak tenggelam seperti rumah-rumah kayu di kampungnya yang dibangun tanpa pondasi. Setiap pagi pukul 03.00 tanpa sarapan, Suwito muda membawa satu dua buku -dan tentu semangat besar- yang dimil

PENJARA YANG KEJAM DAN DINGIN

Di atas panggung dengan latar belakang kain hitam, dia kelihatan tenggelam dalam kursi roda yang "kebesaran". Sore itu penjara Iron Wood di pinggiran Blythe, California hangat dengan kedatangan pria ini bersama Sir Richard Branson : pemilik Virgin Group. Dia bernama Sean Stephenson. Penderita penyakit "langka" osteogenesis imperfecta, alias sindroma tulang rapuh. Pada hari kelahirannya -ayah Sean bercerita- dia divonis oleh dokter dan therapist yang menolong kelahirannya hanya akan bertahan tak lebih dari 24 jam. Namun 34 tahun kemudian, saat berbicara di antara ratusan "warga binaan" Lapas Iron Wood, dia bilang",Semua dokter yang meramalkan hidupnya bakal pendek, sudah meninggal dunia. "Dan saya adalah satu-satunya dokter yang hidup dari sejak peristiwa ramalan itu",kelakarnya yang disambut tawa audiens. Ya, Sean kini berprofesi sebagai therapist, Penulis buku-buku "Self Help Motivation" dan sekaligus motivato

BUKAN PITHECANTROPUS ERECTUS

Di luar hujan mulai turun deras, teritik air yang berjatuhan ke kanopi depan nyaring hingga ruang penjurian "Program Mahasiswa Wirausaha 2016". Program ini digagas oleh CDA (Centre of Development and Alumni Affair) IPB, dan tiap tahun berhasil melahirkan wirausahawan-wirausahawan muda yang memiliki ide bahwa "Lulus Kuliah Cari Kerja Itu Kuno". Penyejuk ruangan mulai menghembuskan angin yang makin dingin, menembus kemeja flanel saya ketika anak ini - peserta urutan 13 - masuk ke ruangan sambil membawa tiga dus berisi nasi. Nasi Kotak. Perawakannya tinggi, tak terlalu kurus. Warna kulitnya hitam, seperti saya. "Ini produk saya pak,"katanya memulai presentasi sambil mengangsurkan pada kami masing-masing satu dus nasi yang dibawanya. Di dalamnya ada setangkup nasi, lalapan, sambal, tempe goreng dan sepotong ayam bakar. Di atas tumpukan segala lauk itu, dia letakkan selembar kertas berisi Angka Kecukupan Gizi hidangan itu. Namanya Dam

CATATAN UNTUK PARA ISTRI YANG MERASA KEHILANGAN UANG BELANJA.

"Ngapain Bapak mempengaruhi suami agar punya asuransi Pak, ntar uang belanja buat saya berkurang buat bayar preminya",sungut istri klien saya ini di ruang tamu, ketika dia melihat saya sibuk mempresentasikan program asuransi untuk suaminya. Sang suami -calon klien saya ini - terdiam seribu basa. Tak bisa berkata-kata. Klien saya ini karyawan swasta, dengan tiga orang anak belum lagi dari remaja. Jabatannya di kantor cukup oke-lah. Istrinya tak bekerja. Dan kami bertemu di ruang tamu rumahnya yang adem, di sebuah kompleks kelas menengah kota Bogor. Hingga kemudian saya tunjukkan sebuah buku yang di sampulnya tertulis "Undang Undang Perkawinan RI, UU No 1 tahun 1974". Saya buka BAB VII, Pasal 35 tentang Harta Benda Dalam Perkawinan. sang istri masih belum mengerti. "Saya bacakan ya Pak dan Ibu ",kata saya. dalam UU Perkawinan bab dan pasal di atas, harta yang timbul akibat sebuah perkawinan ada dua, yaitu Harta Bersama dan Ha

Zona Nyaman

"Pak, zona nyaman itu apa sih pak. Dan mengapa kita musti keluar dari zona nyaman itu", tanya seorang mahasiswi cantik, berkerudung biru yang duduk paling depan. Menurut saya, zona nyaman adalah ketika kita hidup sudah berada di posisi " paling mager" alias males gerak. Mager itu bisa karena hidupnya sudah terlalu berlimpah, tidak pernah kesulitan. Mager bisa juga karena hidupnya terlalu banyak masalah : sudah sulit membedakan tawakal dan pasrah bongkokan. Kenapa orang b isa berada di zona nyaman? Biasanya, karena dia tidak memiliki "Benchmark" atau... Semacam pembanding untuk tolok ukur. I'm the only one, orang lain cuma numpang lewat. Orang-orang tipe ini selalu tersiksa kalau membuka Facebook. Dia panas melihat prestasi orang lain. Geraaaah.... Jadi bukannya memikirkan membuat sebuah karya atau aktivitas untuk membuat prestasi yang lebih baik, tapi bawaannya cuma "nge-left" (alias ngiri). Sulit menerima keberh

Namanya Lee ...

Namanya Lee. Usianya 24 tahun, berdiri melawan hawa dingin dan angin bersuhu 13 derajat celcius di depan Pier 5 Pelabuhan Central-Victoria Harbour Hongkong. Di a tekun menemui setiap orang yang berada di antara keramaian AIA European Carnival sore itu, pukul 15.00 waktu HKSAR. Lee adalah adalah agen asuransi, sama seperti saya. Saya, orang tropis yang biasa kena sinar matahari, saat matahari enggan datang dan sisa musim dingin belum selesai seperti ini, jelas tak tahan. Dua rangkap baju harus dikenakan untuk menahan dingin. Tapi tidak dengan Lee. Dia tekun hampiri satu demi satu orang, dia sampaikan niatnya untuk meyampaikan kuesioner. Dan dia lakukan itu sejak pukul 11 siang. Sudah 4 jam dia berdiri, menahan angin kencang yang dingin menggigit tulang, dilakukannya itu setiap hari. Malam minggu, pukul 19.30 waktu HKSAR saya menemukannya masih berdiri, menebar kuesioner dan bertanya-tanya. Lihatlah kita, baru kena gerimis saja langsung masuk angin, baru

Setnov dan Personal Branding

Ini bukan soal kongres partai Golkar...bukan. Ini masih soal Event Seminar Sabtu lalu di IPB. Yang berdiri bersama saya di panggung ini adalah Presiden Himpunan Mahasiswa penyelenggara seminar ini. Saya berikan dia tantangan "imajiner". Bila diberi kesempatan, mampukah dia mengemban amanat sebagai Ketua Serikat Mahasiswa Se IPB. Tapi dia tak boleh menjawab sendiri pertanyaan itu. Saya minta dua orang peserta menjawabnya. Satu orang mengenal si Presiden, satu lagi tidak. Peserta yang tidak mengenal secara dekat si Presiden menjawab", Dia tak mampu". Sederhana, karena penampilannya tak meyakinkan. Berbeda dengan peserta yang menjawab duluan, peserta kedua adalah orang yang mengenal baik si Presiden, dan dia menjawab",Layak ! Karena dia memiliki cukup kapabilitas, walau penampilannya tak meyakinkan". Inilah fakta hidup, nasib kita kadang ditentukan oleh " persepsi" orang lain tentang kita. Kita boleh hebat, jagoan,

Hidup "Ngalir" Seperti Ikan Mati

"Lalu apa targetmu dalam lima tahun ke depan", tanyaku pada anak muda di depan saya. Dia setahun lalu datang, banyak bertanya dan mulai menjalankan usaha kulinernya. Tapi kenyataan usaha tak selalu semanis angan dan hitungan di atas kertas. Saya lihat dia mulai jarang datang pertemuan mentoring rutin, dan mulai menghilang dari medsos. " Saya sekarang "ngalir" aja lah pak. Saya seperti kehilangan energi. Mungkin kalau ada yang kasih saya modal Rp 1 Milyar baru saya bisa b angkit", jawabnya sambil meremas-remas tissue. Ini kok jadi kayak adegan Cinta ketemu Rangga. "Lalu apa rencanamu bila benar ada orang yang memberimu Rp 1 Milyar untuk modal", cecarku, sambil gigit-gigit ujung tusuk gigi, seperti Sylvester Stallone. "Ya belum tahu juga pak, saya sudah mikirin banyak konsep sih", katanya, sambil tetap meremas tissue. Lalu saya sok bijak berkata : Banyak orang pikir memulai usaha harus dari modal yang besar,

ASURANSI BUKAN TABUNGAN

Topik ini sudah beberapa kali saya bahas, tapi kemarin ada seorang teman share di wall-nya tulisan keluhan dari seorang nasabah asuransi. Saya kutip seperti aslinya (namun endingnya saya potong karena tidak penting dan tidak relevan). Ini bunyinya : --------------------------------------------------------------------------- "Hati2 dengan asuransi XXX mXXXXXri.. 6th investasi,dengan premi 500 perbulan cuman cair 26jt....saya rugi 10jt....dalam 6 th.yang anehnya dana masuk ke rekening tanpa konfirmasi ke saya dulu....,dana dicairkan tanpa penjelasan.benar2 keterlaluan....ketipu sama XXX cukup sudah dan mudah2an org lain bisa belajar dari kejadian ini. Kronologi Pertama.6 tahun lalu saya diajak masuk XXX mXXXXXri. dan saya mau karna tergiur dengan penjelasan inv dan perkembangan uangnya yang lumayan.mbaknya bilang ditahun kelima duitnya kalau dicairkan maka sudah tidak ada pemotongan lagi,dan ditahun ke enam mbak sudah menikmati nilai inv. Kedua.ditahun ke enam

Asuransi untuk Menebus Warisan

"Mas, asset saya banyak, rumah sudah ada tiga. Mobil setiap anak sudah saya kasih. Usaha sudah jalan, jadi buat apalagi punya asuransi". Beberapa calon klien saya yang kaya bilang begitu, hingga kemarin seorang teman di Semarang mengutarakan problem temannya. Jadi ini cerita temannya teman. Sebut saja namanya Fulan. Orangtua Fulan kaya raya, pengusaha suplai besi untuk beton dan pekerjaan sejenisnya. Jelas, hartanya banyak termasuk sebuah rumah megah dua lantai di sebuah Perumahan elit di Semarang. Nilai taksirannya -kata Fulan- sekitar Rp 1.5 miliar. Rumah senilai segitu di Semarang, jelas lumayan elit. Hingga cerita ini dimulai. Alkisah orang tua Fulan meninggal dunia, meninggalkan usaha (yang belakangan Fulan tak bisa mengelola dan meneruskannya, karena tak pernah terlibat di dalamnya), dan rumah mewah itu. Karena tak lagi meneruskan usaha, membiayai rumah sebesar itu tentu menjadi beban berat bagi Fulan. Tagihan listrik bengkak luar biasa

Personal Branding

"...mas, aku dulu sudah punya usaha makanan, tapi tutup karena ditinggalin karyawan. Lalu banting stir jualan baju, nggak ada yang mau beli. Lepas itu ikut MLM, tapi nggak ada yang mau beli produk dan jadi downline. Pernah coba-coba jadi motivator, tapi pernah dengar peserta bilang ke teman sebelahnya : ini sih motivator jadi-jadian doang. Aku bingung mas, kalau lihat yang bisa pada sukses. Kelihatannya mereka gampang aja meyakinkan orang. Mungkin aku memang nggak bakat jualan dan nggak pinter ngomong ya", keluh teman saya ini. Dia keluar dari kerja tak lama dari saya, tapi kelihatan "belum mapan" pilihan hidupnya. Masih coba ini, coba itu. Maka saya angsurkan brosur ini. Dalan membangun usaha, berdagang, berjualan kadang pembeli tak lagi melihat merek dagangan, tapi SIAPA yang menjual. Di acara ini saya mau sedikit berbagi pengalaman. Di dunia Asuransi juga begitu. Nasabah melihat siapa Financial Consultant yang menemuinya, baru p

Universitas Dunia Nyata

"Pak, kakak kelas ku banyak diterima lho di ITB, UI, UGM. Kalau, misalnya nih...misalnya, aku nggak diterima gimana pak", kata Alifa, anak saya di mobil menuju sekolah. " Menurut Bapak, ini menurut Bapak lho ya... Kamu nggak usah risau. Sistem pendidikan kita -sebagian besar- masih berkutat di persoalan nilai dan ijazah. Persoalan hidupmu adalah menemukan lingkaran suksesmu : teman-teman yang positif, aktivitas yang membangun mental dan aneka diskusi perdebatan yang membukakan pikiranmu yang kuncup. Dan kabar gembiranya, itu tak cuma kamu bisa temukan di ITB, UI dan UGM.", kata saya sok bijak. Temukan " lingkaran suksesmu", itu ada di Universitas Dunia Nyata. Di Universitas Dunia Nyata, kamu hanya diajarkan satu kurikulum : Kurikulum hidup tanpa kekhawatiran