Skip to main content

Hidup "Ngalir" Seperti Ikan Mati

"Lalu apa targetmu dalam lima tahun ke depan", tanyaku pada anak muda di depan saya.
Dia setahun lalu datang, banyak bertanya dan mulai menjalankan usaha kulinernya. Tapi kenyataan usaha tak selalu semanis angan dan hitungan di atas kertas. Saya lihat dia mulai jarang datang pertemuan mentoring rutin, dan mulai menghilang dari medsos.

" Saya sekarang "ngalir" aja lah pak. Saya seperti kehilangan energi. Mungkin kalau ada yang kasih saya modal Rp 1 Milyar baru saya bisa bangkit", jawabnya sambil meremas-remas tissue. Ini kok jadi kayak adegan Cinta ketemu Rangga.

"Lalu apa rencanamu bila benar ada orang yang memberimu Rp 1 Milyar untuk modal", cecarku, sambil gigit-gigit ujung tusuk gigi, seperti Sylvester Stallone.

"Ya belum tahu juga pak, saya sudah mikirin banyak konsep sih", katanya, sambil tetap meremas tissue.

Lalu saya sok bijak berkata : Banyak orang pikir memulai usaha harus dari modal yang besar, konsep yang hebat, " skill" yang mumpuni. Yang ternyata bila semua unsur itu sudah dimiliki justru membuat para pemula sombong sebelum waktunya. Dia kehilangan kerendahan hati untuk bertanya, tak mau mencari "role model" dan "Benchmark". Biasanya indikasinya : tiba-tiba memproklamasikan diri sebagai motivator, walau usahanya tidak terlalu " genah" juga.

Modalku kuat, aku pinter, konsepku keren. Hingga suatu titik modalnya akan habis untuk coba-coba, trial error. Maka -menurut saya- dalam merintis sebuah usaha justru ada dua hal utama yang musti dimiliki para pemula.

Modal itu : kerendahan hati (untuk belajar dan bertanya) dan daya tahan (menghadapi masa sulit). Temukan mentormu untuk sukses, itu saja kuncinya.

Karena hidup tak bisa seperti ikan mati yang hanyut di sungai, cuma "ngalir" saja.

Comments

Popular posts from this blog

MAU JUAL GINJAL? BACA SAMPAI SELESAI !

Sudah dua tahun tak bertemu, seorang teman mengirimkan "broadcast message" (BM) di perangkat Blackberry saya. BM-nya agak mengerikan : dia mencari donor ginjal untuk saudaranya yang membutuhkan. Soal harga -bila pendonor bermaksud "menjual" ginjalnya bisa dibicarakan dengannya. Membaca BM itu, saya teringat kisah pak Dahlan Iskan dalam bukunya GANTI HATI. Dengan jenaka beliau bercanda, bahwa kini dia memiliki 2 bintang seharga masing-masing 1 milyar, satu bintang yang biasa dia kendarai kemana-mana (logo mobil Mercedez) dan satu bintang jahitan di perutnya hasil operasi transplatasi hati. Ya, hati pak Dahlan "diganti" dengan hati seorang anak muda dari Cina, kabarnya harganya 1 miliar. Lalu, iseng-iseng saya browsing, dan ketemulah data ini, Data Harga organ tubuh manusia di pasar gelap (kondisi sudah meninggal dibawah 10 jam, sumber :http://namakuddn.wordpress.com/2012/04/27/inilah-daftar-harga-organ-tubuh-manusia-di-pasar-gelap/) 1. Sepasang bola mata: U

KAN SAYA MASIH HIDUP ...

“Harta, sebenarnya belum bisa dikatakan pembagian harta karena saya masih hidup. Tetapi saya tetap akan membagikan hak mereka masing-masing sesuai dengan peraturan agama,” ujar ibu Fariani. Ibu Fariani adalah seorang ibu dengan empat orang anak yang baru saja ditinggalkan suaminya Ipda Purnawirawan Matta. Almarhum meninggalkan harta waris berupa tanah, rumah dan mobil senilai Rp 15 Miliar. Pada bulan Maret 2017, ketiga anak ibu Fariani mendaftarkan gugatan ke Pengadilan Agama Kota Baubau, Sulawesi Tenggara dengan nomor 163/ptg/ 2013/PA/2017, yang inti gugatannya : Meminta bagian mereka selaku ahli waris yang sah atas harta waris almarhum ayah mereka. Dunia makin aneh? Anak kurang ajar? Tidak. Banyak orang yang memiliki pendapat seperti ibu Fariani, sebagaimana yang saya kutip di paragraf pertama di atas. Pendapat yang KELIRU. Begitu seorang suami meninggal dunia, maka hartanya tidak serta merta menjadi miliki istri atau anak-anaknya. Harta itu berubah menjadi h

TUHAN TAHU, TAPI MENUNGGU

Pernah ketemu orang yang "terjebak" di masa lalu?.  Kemarin saya ketemu orang model seperti itu. Menemani salah satu anggota team saya melakukan "Joint Field Work" (JFW),  kemarin kami ketemu dengan calon nasabahnya, seorang pria usia 42 tahun di sebuah warung kopi di daerah Cibubur. Team saya bilang, dia sudah tiga keli ketemu calon nasabahnya ini, namun belum berhasil meyakinkannya juga. "Masih mbulet, banyak pertanyaan, mas", Ujarnya. Maka saya putuskan melakukan JFW. Kami sudah tiba di lokasi setengah jam sebelum pertemuan, dan dia hadir 25 menit dari waktu yang dijanjikan. Kalau itu calon nasabah saya, sudah saya tinggal dari tadi. "sori, macet", katanya berbasa-basi. Seperti biasa, setelah diperkenalkan, saya mengeluarkan dua kartu nama. Kartu nama pertama ada logo MDRT (Million Dollar Round Table), sambil menyampaikan bahwa saya adalah agen yang menjadi anggota MDRT Internasional, organisasi elit pelaku industri asuransi. K