Skip to main content

Posts

Showing posts from 2017

BANYAK REKENING, (JUGA BISA) BIKIN PENING

Kisah ini saya tuturkan seizin nasabah saya, Bapak R. Beliau adalah seorang pengusaha kelas menengah, ‘single income’ artinya hanya dari usahanya lah beliau mendapatkan income. Atau pendapatan. Tahun lalu seperti tahun-tahun sebelumnya, pak R melakukan pengisian Form SPT 1770 untuk melaporkan Pajak Penghasilannya. Bedanya, tahun-tahun sebelumnya beliau tak mengisi sendiri SPT nya, namun meminta bantuan konsultan pajak. Dan di garis akhirnya selalu : nihil. Tahun lalu, setelah mendapat penyuluhan dari Kantor Pajak, dia mengisi sendiri SPT nya secara elektronik. Dia laporkan semua harta, kewajiban, pajak yang telah disetor termasuk isi rekeningnya. Ternyata di garis akhir hasilnya : beliau ada kelebihan bayar pajak (karena ada pengurangan dari norma profesi dan PTKP). Beberapa bulan lalu dia diminta hadir ke kantor pajak untuk klarifikasi atas permohonan restitusi pajaknya. Dan saat sesi klarifikasi, beliau diminta menyerahkan -salah satunya- print out buku

MEMILIH BAHAGIA (SHARING DI KUPANG)

Walau mungkin kita tak sepakat soal Presiden Indonesia setelah 2019 dan siapa yang pantas jadi Gubernur tetangga sebelah, tapi bolehlah kita sepakat bahwa jarak dan waktu makin nisbi hari-hari ini. Tanggal 13-16 lalu saya berada di Kupang, NTT,  sharing untuk teman-teman calon MDRT dari Kupang Chandra Utama Agency tentang “Asuransi sebagai Solusi Persoalan Waris dan Pajak”. Perjalanan dari rumah di Bogor menuju Bandara Soekarno Hatta -120 kilometer- makan waktu hampir 3 jam, sama dengan perjalanan dari Bandara Sukarno Hatta ke Kupang yang jaraknya 2500 kilometer. Di ruang tunggu keberangkatan, kami bertemu dan langsung akrab dengan seorang ibu, PNS yang tahun depan bakal pensiun. Bu Ice, namanya. Dengan asyik kami bercerita soal anak, soal perjalanan-perjalanan. Wajahnya tampak lebih muda dari umur seharusnya. Rahasianya? Hidup minim tekanan. Saat kami sampai Kupang, benarlah adanya. Jalanan lancar tanpa macet, senyum ramah menyapa kami di mana-mana, or

SKSD PALAPA

Seorang sahabat, sebut saja namanya mas Embun, datang dari Bandung pengen diskusi. Mas Embun mengelola surat kabar yang dia dirikan sendiri, koran kecil yang beredar hanya di Bandung dan satu dua kota kecil di sekitarnya. Oplahnya tak sampai sepuluh ribuan lembar per hari Mas Embun sudah puluhan tahun malang melintang di dunia surat kabar, kami pernah satu team di Tempo dan Harian ... Sindo. Dia benar-benar memulai karir dari bawah, dari lapangan. Pergaulannya luas : Dari Pejabat yang Penjahat, sampai Penjahat yang Pejabat. Dua tahun lalu, dengan modal pergaulan, dia dirikan surat kabar yang dia kelola sendiri hingga kini. Salut saya sama perjuangan mas Embun : dia menjadi pemain di semua lini : lobby ke narasumber, wawancara, terima pemasangan iklan dan ngebayar gaji karyawannya sendiri. Tipe orang "die hard", nggak cemen. Kemarin dia datang, selain diskusi juga curhat. Surat kabar yang dia dirikan sedang jadi "rebutan" investor. Dua investor yang &quo

TEMAN : BANK INSPIRASI

Bukankah setiap teman adalah bank inspirasi? Tanpa ATM dan PIN mereka akan memberi kita cerita-cerita-cerita pembangkit semangat. Pagi-pagi mruput, saya sudah sampai di rumah teman kuliah, tempat bertanya urusan pajak sekaligus nasabah di Bekasi ini. Disambut durian yang dibawanya dari Lampung, dia bercerita tentang pak Suroso, koordinator tukang yang membantunya merenovasi rumah. ... "Orang-orang bilang, harga jasa pak Suroso mahal. Tapi berhubung dia kelihatannya baik, dan mungkin kasihan melihat kondisi rumah kami saat itu, kami memutuskan memilih pak Roso setelah menawar mati-matian",kata temanku ini. Tadinya mereka tak yakin mampu membayar perkiraan biaya yang disodorkan pak Suroso. Melihat keraguan kami, pak Suroso meyakinkan mereka ",Yakin dan usaha saja pak. Untuk urusan rumah, nanti pasti ada rezekinya". Dan walau dengan deg-degan, kami lalui termin demi termin renovasi rumah. Pak Suroso mengeluarkan kemampuan terbaiknya dan itu yang mem

CINTA DITOLAK, DUKUN (TAK HARUS) BERTINDAK

Sebut saja namanya Budi, dia teman satu kelas waktu Tingkat Persiapan di kampus dulu. Budi adalah salah satu teman jaman susah : kamar kosnya sama dengan kamar kos saya, murah, sempit dan bau apak baju tak kering. Karena itulah kami suka “sok natural” : belajar di Taman. Padahal, karena memang sulit juga belajar di kamar kos yang pengap dan bau apak. Mulai masuk jurusan di tingkat dua, kami sudah tak lagi pernah ketemu, sampai sekarang. Artinya sudah 27 tahun. “Bagaimanakabar YYYYYY”, tanya saya sambil menyebut nama “gebetan” dia dulu jaman kuliah). Saya pikir dia jadi menikah sama Gebetannya ini. Dia tertawa ngakak, dan bilang sudah tak jadi menikah dengan gebetannya itu, setelah pacaran delapan tahun, sejak kuliah sampai lulus dan kerja. Orang tua gebetannya tak setuju anaknya menikah dengan orang luar jawa. Ending yang tragis. Lalu Budi bercerita satu demi satu penaklukannya, hingga bertemu dengan istri yang bisa memberinya dua anak yang keren-keren (saya lihat fot

PINTER BELUM TENTU MULIA

Alifa semangat bercerita sepulang sekolah kemarin. Dia berdebat dengan guru agamanya perihal Investasi dan Asuransi. Ini anak sering ikutan "sit in" kalau saya ngisi training, dengerin kalau saya dan istri ngobrol soal pekerjaan dan beberapa kali ikutan kami jalan bantuin nasabah kami klaim asuransinya. Dia membaca tulisan saya soal konsep Jimpitan atau Parelek. Saya bilang",Guru mbak pasti p inter, karena kalau tak pinter tak mungkin jadi guru. Tapi belum tentu semua pendapat beliau benar. Demikian juga Bapakmu ini. Kita memiliki ilmu yang didalami serta keahlian kita masing-masing. Sampaikan pendapat berdasarkan pengetahuan yang kamu miliki. Jangan takut berdebat, apalagi takut salah. Salah itu manusiawi, kamu bisa salah, guru juga bisa salah". "Yang tak boleh adalah kita merasa lebih benar dari orang lain, terus naik level merasa lebih mulia ... lha wong sama-sama manusianya. Apalagi memaksakan kebenaran versi kita pada orang lain. Emangnya kam

WASKITO

Suatu kali atas saran seorang teman, kami pergi ke sebuah pesantren di (pedalaman) Purwakarta. Itu sekitar Januari atau Februari 2006, beberapa bulan sebelum saya memutuskan mengundurkan diri dari kantor tempat saya bekerja. Kata teman", Kita konsultasi, pak Kyainya suka bantu 'baca orang". Suasana kerja di kantor waktu tidak kondusif seiring koran yang makin sulit dijual dan masuknya team baru yang menjanjikan pada 'bos besar' bisa mengubah kondisi sulit ini dalam tempo sekejap. Teman-teman resah, sayapun resah. Bukan karena takut kehilangan pekerjaan, tapi belum ada tempat lain yang sanggup menampung beberapa teman yang. -hampir pasti- tergusur posisinya. Maka saya, dan dua orang teman berangkat dari Jakarta pukul 09 pagi, menjemput teman -penunjuk jalan- di alun-alun Purwakarta dan tepat menjelang lohor kami tiba di pesantren itu. Pesantren kecil, yang terletak di perbukitan. Santri-santri sedang antri mengambil air wudhu di bawah tandon air war

PRODUK DAN SALESMAN : BUKAN DRAMA

Di mall pinggir tol ini, sedang ada pameran dan penjualan apartemen Meikarta. Salesnya ada puluhan orang, dengan berbagai 'corak' dan 'model'. Umumnya mirip cara penjualannya : ada orang lewat, dipepet, diajak ngobrol, diangsurkan brosur. Kalau target tertarik diajak ngobrol di sofa yang sudah disediakan, kalau tak tertarik ya... lewat begitu saja. Tapi ada satu sales yang unik. Saya perhatikan, dia berdiri di dekat konter Valet Parking. Dia perhatikan orang yang membawa mobil, dan menyerahkan mobilnya untuk di-valet. Begitu targetnya turun dari mobil, dia biarkan saja targetnya lewat. Namun dia hafalkan, dia tandai. Tak berapa lama, target yang dia sasar lewat menuju booth valet. Dari jauh, dia hampiri, diajak ngobrol dan diangsurkan brosur seperti biasa. Target nampaknya tak tertarik... tapi sales ini tak menyerah, sampai akhirnya sales dan target sampai di booth valet. Target mau bayar valet, dan betapa terkejutnya dia ketika petugas valet bilang",Suda

SURAT BERMETERAI

Menarik membaca berita di Harian Kompas hari ini (Rabu, 22 November 2017) hal. 4. Bukan, saya bukan mau membahas isi berita maupun kasusnya. Sudah banyak pengamat ekonomi, politik, sosial, ekonomi dan agama di jamaah fesbukiyah ini. Bukan area kompetensi saya. Saya justru tertarik pada foto dua surat bermeterai ini. Saya lihat ini hanya 'surat' biasa, semacam surat penunjukkan dan surat permintaan penundaan 'pemberhentian' jabatan. Penggunaan Meterai (bukan Materai) diatur dalam UU no 13 tahun 1985 tentang Bea Meterai. Dalam UU itu diatur dokumen apa yang perlu dibubuhkan meterai, dan dokumen apa yang tidak perlu. Dalam kondisi surat yang harus dibubuhi meterai, namun alpa tidak dikasih meterai, tidak ada sanksi pidana apapun. Yang ada hanyalah sanksi administrasi : pelunasan bea meterai dan dendanya. Sanksi pidana dikenakan bagi kegiatan yang terkait pemalsuan, pengedaran dan penyimpanan alat untuk kegiatan pemalsuan materai. Jadi menurut UU tersebut, Surat

JEDUNN dan DKI JAKARTA

Sebagai pengamat infotainment terdepan, perhatian saya juga tak luput dari kasus yang lagi marak : Jedunn. Maaf buat yang nggak ngerti, mungkin postingan ini bukan konsumsi anda. Jedunn dianggap memikat suami orang, hingga suatu saat anak kandung lelaki itu (dari istri sahnya) melabraknya di sebuah mall. Dan tiap hari, perang pernyataan di media berseliweran dari dua belah pihak. Entah mana yang bener. Belakangan beritanya mulai bias, bukannya perilaku si lelaki yang dibahas malah gaya hidup para wanita (Jedunn dan istri lelaki itu) yang dibongkar habis oleh media. Dari merek tas yang dipakai, harga rumah sampai pakaian dalam favorit ! Terlepas dari itu semua, dari kasus Jedunn patutlah kita belajar, bahwa ini bukanlah kasus yang pertama. Bahkan menyangkut Jedunn ini adalah ke sekian kalinya. Bukan pertama kali seorang LELAKI MAPAN, harta banyak, punya kekuasaan untuk terpikat pada wanita lain, hingga kemudian menikahinya walaupun sudah memiliki istri yang sah sebelumnya. Dal

MENGHEMAT BOLEH, MENGHINDAR JANGAN

Halaman 1 Harian Kompas hari ini (Selasa, 21 November 2017) memuat berita yang sedang marak jadi perbincangan hari-hari ini antara saya dan beberapa nasabah saya : EKSEKUSI atas SANKSI PAJAK paska Tax Amnesty. Namun, terus terang di lapangan banyak nasabah saya (mungkin orang lain juga) masih awam, apa dan bagaimana 'impact' paska tax amnesty ini. Tax amnesty (TA) adalah program yang menjadi titik awal perubahan Sistem Perpajakan kita, dari sejak diberlakukannya UU no 11 tahun 2016 ini, setidaknya ada revisi juga di UU Perbankan dan UU Keterbukaan Informasi Publik, yang intinya mempermudah aparat pajak melakukan akses pada data kekayaan nasabah. Program TA sendiri kalau dicermati, menguntungkan buat yang ikutan. Bayangkan, harta yang sebelumnya tak pernah dilaporkan, tak pernah dibayar PPh nya : hanya diminta dilaporkan, dengan penentuan harga 'sepantasnya' dan ditebus dengan tebusan 2%, 3% atau 5% saja. Tak perlu harus dibayar (hutang dan denda) PPh nya lagi

BUDI si PENUNGGANG OMZET (CERITA DARI KARAWANG)

Perhelatan kawinan anaknya setahun lalu rupanya meninggalkan luka-luka di catatan keuangan teman, yang akhirnya menjadi nasabah saya ini. Sebut saja namanya Budi. Budi memulai bisnisnya dengan menjadi makelar jual beli motor. Hanya karena dia gigih, tak perlu waktu lama sampai akhirnya dia memiliki dealer motor bekas sendiri. Disusul dealer mobil bekas dan karena istrinya -konon- jago masak, dia membuat restoran kecil di sebuah kawasan ramai di kotanya : Karawang. Sebagai orang yang mulai merasakan nikmatnya menjadi sukses secara finansial, Budi juga menikmati kenaikan gaya hidup. Untuk beli tas dan jam tangan bermerek yang mulai digemarinya, dia menyediakan cukup waktu (dan uang) untuk berbelanja di Mall terbesar di Jakarta atau Bandung. Bila waktunya tak cukup, tak ragu dikeluarkannya uang untuk menginap di hotel yang "lumayan". Sebenarnya margin penjualan motor dan mobilnya tak besar-besar amat. Restoran kecilnya juga belum menghasilkan banget. Tapi, Budi

THE BARBUDOS DAN CHE

Dini hari belum selesai di Tuxpan, kota kecil antara Veracruz dan Ciudad Madero, pantai Timur Meksiko : 25 November 1956. Para "barbudos" -lelaki berjenggot- dipimpin seorang pengacara tak cemerlang dan dokter yang masa kecilnya menderita sakit asma mendorong perahu kecil bertulisan "Granma" di lambungnya. "Perahu ini hanya muat delapan belas orang ",ujar seorang Barbudos pada sang pengacara. "T idak, revolusi ini perlu 80 orang yang sudah berkumpul pagi ini, bawa mereka masuk "Granma". Sekarang atau tidak sama sekali",kata sang pengacara diiyakan -sahabatnya- sang dokter yang masa kecilnya didera sakit asma. "Granma" pun bergerak pelan, kelebihan muatan, menuju tujuan. Pelan tapi pasti. Pelayaran tiga hari dalam kapal yang kelebihan beban, dihajar topan badai di jalur antara Jamaika dan Grand Cayman, 82 pejuang itu berada antara hidup dan mati. Perbekalan sudah terlanjur mereka buang saat badai, agar kapal t

AKU DAN ANAK PEREMPUANKU

"Pak, aku mau diskusi materi UTS-ku", katanya semalam lewat Line. "Misalnya Bapak adalah pengusaha yang memasok bahan baku singkong ke beberapa mitra industri kecil makanan berbasis singkong, dan Bapak juga menampung hasil produksi para mitra itu untuk dijual di outlet-outlet Bapak. Pada suatu periode, pembayaran piutang dari para mitra seret yang membuat -selain- merek ... a mengurangi pembelian singkong juga akhirnya mengurangi setoran produk makanan mereka ke toko Bapak. Nah, strategi apa yang Bapak akan lakukan supaya bisnis normal dan berkembang lagi". Lalu kami berdiskusi hingga malam larut. Dia punya referensi, saya juga punya. Saya di Bogor, dia di kost-nya di Jatinangor. Belasan tahun lalu, dia masih susah payah saya gendong meraih stupa tertinggi di candi Borobudur. Hari ini sudah mengajak berdiskusi "soal dunia nyata". Tinggal menunggu waktu, dia akan datang meminta izin menikah dengan lelaki pilihannya. Bilapun saat itu sedang meng

OKE OCE

One Kecamatan, One Centre of Entrepreneurship. Ini adalah gagasan yang digulirkan Gubernur dan WaGubernur DKI yang baru menjabat sebulanan. Ini jelas gagasan yang super keren, karena intinya bila gagasan ini jalan bakal lahir 44.000 entrepreneur baru di Ibukota. Tahun 2013 an kalau tidak salah ingat, saya bekerjasama dengan Bank BNI Syariah. Mereka berfikir, bahwa bahwa ada baiknya pe ... megang kartu kredit mereka (Hassanah) tidak hanya menggunakan kartu kredit untuk konsumsi, namun juga untuk (memulai) usaha. Dengan kartu kredit Hassanah, Paket Usaha Misterblek bisa dibeli dengan cara dicicil 12 kali tanpa bunga. Animo program ini lumayan, dalam catatan saya, setidaknya sebulan ada 10-12 pemesan paket ini, paling banyak yang paket Rp 3.5 juta. Dari profil pembeli paket yang mengisi Data Mitra Misterblek, rata-rata profil mereka adalah "orang kerja" yang ingin mulai punya usaha. Tidak mengelola usahanya sendiri alias menyerahkan pada orang lain untuk menjalankan us

BERKAH ATAU MASALAH (Bag. 2)

"Orangtua saya meninggal tahun 2010 dan meninggalkan pabrik yang tak lagi beroperasi. Taksiran nilai tanah dan bangunannya sekitar Rp 12 Miliar. Saat ada Program Tax Amnesty saya sudah masukkan dalam daftar Asset yang ikut dimintakan amnesti. Saya sudah bayar tebusannya, dan surat mendapatkan Surat Keikutsertaan dalam Program Tax Amnesty. ... Pertanyaannya pak, apakah dengan itu saya sudah pasti terbebas dari kewajiban membayar Pajak Penghasilan (PPh) atas pabrik warisan itu?". Itulah pertanyaan yang diajukan oleh nasabah saya, sehingga muncul diagram ini. Intinya, apakah kalau Harta sudah diikutkan program Tax Amnesty, sudah dibayar tebusannya maka sudah terbebas dari kewajiban mem bayar PPh-nya. Jawabannya : TIDAK. Lho kok? Ya, karena dalam UU no 11 tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak, khusus untuk Harta berbentuk Tanah dan atau Bangunan, serta Harta dalam bentuk Saham bila belum Dibalik namakan (selambat-lambatnya) tanggal 31 Desember 2017 akan tetap dikenak

WARISAN ITU BERKAH ATAU MASALAH ?

Sebut saja namanya Fulan. Orangtua Fulan kaya raya, pengusaha suplai besi untuk beton dan pekerjaan sejenisnya. Jelas, hartanya banyak termasuk sebuah rumah megah dua lantai di sebuah Perumahan elit di Semarang. Nilai taksirannya -kata Fulan- sekitar Rp 1.5 miliar. Rumah senilai segitu di Semarang, jelas lumayan elit. Hingga cerita ini dimulai. Alkisah orang tua Fulan meninggal dunia, meninggalkan usaha (yang belakangan Fulan tak bisa mengelola dan meneruskannya, karena tak pernah terlibat di dalamnya), dan rumah mewah itu. Karena tak lagi meneruskan usaha, membiayai rumah sebesar itu tentu menjadi beban berat bagi Fulan. Tagihan listrik bengkak luar biasa (hampir diputus) dan Fulan memutuskan untuk menjual rumah, dengan putus asa. Persoalan timbul saat akan menjual rumah "mahal" itu adalah adanya biaya-biaya yang timbul, proses notaris, pajak jual beli, balik nama sertifikat, dan biaya lain Rumah senilai Rp 1.5 miliar butuh biaya untuk proses jual

BENAR APA KATA BANG HAJI RHOMA

Calon nasabah saya kali ini termasuk golongan "duit tak berseri". Orang sibuk yang tak sempat mengikuti isu bangkitnya PKI. Usianya baru awal limapuluh, tapi bisnisnya sudah menggurita. Punya beberapa apartemen yang sekitar segitiga emas CBD Jakarta, disewakan pada ekspatriat itu juga salah satu pundi uangnya. "Aku dari dulu nggak percaya (asuransi) Unit Link, Bas. Biaya Akuisisinya gede banget",katanya membuka dialog. Ya, beliau sela ... ma ini memilih memiliki banyak Asuransi Term Life dan memisahkan portfolio investasi dalam Reksadana, kadang jual beli saham serta properti. "Kalau kamu bisa yakinkan aku Unit Link itu bagus, menguntungkan : aku ambil. Berapapun preminya",lanjutnya. Mempreteli Unit Link dalam bentuk Asuransi Term Life dan Reksadana mungkin memang baik. Tapi tetap saja itu dua elemen yang terpisah, tak bisa saling melengkapi. Asuransi memberikan uang Pertanggungan (dengan iuran yang relatif jauh lebih murah) dan Reksadana m

OJEK ONLINE, ANGKOT dan CHATUKOOL

Suatu siang di tahun 2006 yang panas dan kering, sekelompok eksekutif perusahaan Peralatan Rumah Tangga lokal di India berkumpul. Nama Perusahaan itu Godrej&Boyce. Barangkali kalau di Indonesia mereka sebesar perusahaan yang di iklannya minta kita "mencintai ploduk-ploduk Indonesia". Mungkin lebih besar malah, mengingat jumlah penduduk (baca : pasar) India yan ... g jauh lebih banyak. Mereka yang sedang berkumpul sedang risau, dan berdiskusi hebat bagaimana membuat produk Kulkas...ya Kulkas, lemari es mereka bisa mengalahkan dominasi kulas bikinan Jepang, Amerika dan Korea : Sharp, LG dan GE. Di India, konon saat itu, Kulkas dimiliki oleh 15% penduduknya. Sisanya, 85% tidak memiliki kulkas, karena alasan daya listrik di rumahnya yang tidak memadai, serta kebanyakan orang India belumlah memiliki kebiasaan seperti orang Barat yang berbelanja bahan makanan seminggu sekali untuk kemudian menyimpannya di dalam kulkas. Apa yang mereka masak dan makan hari ini, adalah a

MATERI PERKAWINAN, ASURANSI dan WARIS

Bagaimana memahami Efek dari sebuah perkawinan, baik itu monogami maupun poligami bila dikaitkan dengan status hak perdata anak, serta harta dalam perkawinan. Khususnya poligami, persoalannya menjadi tidak sederhana karena status perkawinannya bisa sah menurut agama, namun bisa sah menurut negara dan bisa juga tidak. Dua-duanya memberikan efek yang berbeda saat pembagian harta waris, Asuransi adalah salah satu alat untuk mencegah sengketa waris -terutama- pada perkawinan Poligami. Dan kemarin di hadapan banyak sekali peserta (saya tak berani bilang 7 juta) kami berdiskusi soal "Peran Asuransi dalam Waris". Semoga banyak anak dan istri yang "terbantu" masa depannya. Tidak mengharap belas kasih orang lain karena makin memahami perihal Hukum Waris. Karena dalam tuntunan agama kita, meninggalkan generasi penerus yang kuat adalah jauh lebih baik daripada meninggalkan generasi penerus yang lemah. Finish Strong ! Bagi yang berminat mend

BUKAN BELI 'HANDPHONE'

Banyak orang masih membawa kebiasaannya saat membeli handphone saat ingin memiliki produk Asuransi Kesehatan. Menanyakan harga, bukan fitur dan manfaatnya. Pertanyaan pertama yang diajukan justru "Preminya mulai dari berapa" atau "Premi paling murah berapa". Memiliki produk asuransi -apapun jenis asuransinya- seharusnya lebih menekankan dari sisi MANFAAT, dan baru berfikir soal "berapa harga yang harus dibayar". Khusus produk Asuransi kesehatan, setidaknya ada dua opsi manfaat : 1. Manfaat yang dibatasi oleh plafon harga kamar rawat inap. Di Opsi manfaat ini, semua servis rumah sakit mengacu pada batasan harga kamar. Naik kelas kamar, berarti semua biayanya juga naik. Kerepotan memiliki Produk dengan manfaat jenis ini adalah, bila kamar kelas tersebut tak tersedia atau harga kamarnya naik. Maka ketika harga kamar naik, layanan yang kita terima PASTI TURUN (atau kalau mau tetap ya harus siap nombok). 2. Manfaat yang dibatasi oleh

BUKU YANG 'BERBAHAYA'

Adolf Hitler memulai menulis buku ini ketika berada dipenjara karena dakwaan pengkhianatan setelah gagalnya pemberontakan "Bee Hall" Munich tahun 1923. John Murphy, yang kakeknya pertama kali menerjemahkan buku ini dalam bahasa Inggris berkata ",Ini adalah buku tentang sejarah menyepelekan. Dan orang-orang menyepelekan buku ini". Satu dasawarsa setelah buku ini ditulis, penulis yang idenya disepelekan orang ini menjadi penguasa paling berpengaruh dalam sejarah Dunia (tak cuma Jerman). Dan pada masa itu, buku ini dicetak sebanyak 12 juta eksemplar, dibagikan pada setiap pasangan yang baru menikah di Jerman : untuk menyadarkan bahwa mereka memiliki tanggung jawab melahirkan serta meneruskan "wangsa" Arya yang Uber Alles itu. Edisi lux-nya yang bersampul sepuhan emas menjadi pajangan elit para pejabat senior Nazi. Katanya buku ini adalah buku yang "berbahaya" karena memuat pemikiran-pemikiran Neo Nazi dan superioritas kaum Ary

KATA GURU

Kalau dagang barang massal, harga murah margin kecil memang harus militan. Tapi kalau dagang barang mahal, margin gede musti kreatif. Militan dan kreatif sekatnya tipis : Ilmu. Militan nggak perlu banyak ilmu yang penting gigih, muka tembok. Karena militan butuh tiap hari gelar tiker, teriak-teriak demi ngumpulin nasi sekepal dua kepal buat hari itu. Dagang kreatif perlu banyak ilmu supaya satu kali gelar dagangan untungnya bisa buat makan setahun. Maka pengen hasil gede, kerja sambil leyeh-leyeh tapi nggak mau cari ilmu? Itu semacam kisah Harry Potter naik KRL Jabotabek ke Hogwarts. Impossible, never happened. --- kata Guru.

MENTAL GEMBUS

Makanan 'faporit' anak kedua saya, pizza. Di antara banyak pilihan Pizza -maklum 'kids jaman now' beda sama bapaknya yang dikasih martabak terang bulan saja sudah girang bener - dia suka banget pizza produksi brand satu ini : Domino. Walau namanya Domino, sudah ada sertifikasi halalnya, jadi aman. Domino Pizza asal muasalnya dari Amerika, bukan dari Italia negeri di mana seharusnya Pizza lahir. Ini semacam telor mata sapi : telornya dari ayam, tapi sapi yang ngetop. Italia yang ciptain, Amerika yang dapat duit. Berdiri tahun 1960, kini lebih dari 10.000 ribu outlet tersebar di seluruh dunia, dengan sekitar 60 outletnya ada di Indonesia, dibawa oleh grup MAP yang juga membawa Starbucks dan Burger King ke sini. Dari beberapa negara yang pernah saya datangi (camkan kesombongan itu !) Model outlet Domino mirip-mirip. Jauh dari kesan fancy, ada sih beberapa yang model "gallery outlet" dimana kita bisa nontonin orang yang lagi bikin pizz

MANTRA

Mereka tak suka disebut sebagai Korea Utara (selanjutnya saya sebut Korut). Mereka minta -dengan sedikit memaksa- disebut sebagai "People Democratic Republic of Korea". Dipimpin oleh Presiden, anak muda yang disebut kurang stabil secara emosi, Korut seakan tak henti menebar provokasi. Walau dari sejarah kita bisa membaca bahwa ini adalah respons dari ancaman tetangga-tetangganya, yang diprakarsai oleh Amerika. Amerika paska aneksasi daratan Korea oleh saudara tua mereka : Jepang. Tahun 1948, dua saudara ini memutuskan berpisah membawa ideologi yang diusung induk semangnya. Di utara sosialis, di selatan kapitalis. Ini adalah negara dengan sejumlah paradoks. GDP per kapita penduduknya hanya $1000, hanya 1/25 dari GDP per kapita saudara kandungnya : Korea Selatan. Dan dengan GDP sebegitu, mereka masuk rangking 213 dari 230 dari negara termiskin di dunia (CIA World Factbook, 2016). Namun ... Korut adalah Negara dengan kekuatan tentara terbesar ke empa