
Pagi-pagi mruput, saya sudah sampai di rumah teman kuliah, tempat bertanya urusan pajak sekaligus nasabah di Bekasi ini.
Disambut durian yang dibawanya dari Lampung, dia bercerita tentang pak Suroso, koordinator tukang yang membantunya merenovasi rumah.
...
"Orang-orang bilang, harga jasa pak Suroso mahal. Tapi berhubung dia kelihatannya baik, dan mungkin kasihan melihat kondisi rumah kami saat itu, kami memutuskan memilih pak Roso setelah menawar mati-matian",kata temanku ini.
Tadinya mereka tak yakin mampu membayar perkiraan biaya yang disodorkan pak Suroso. Melihat keraguan kami, pak Suroso meyakinkan mereka ",Yakin dan usaha saja pak. Untuk urusan rumah, nanti pasti ada rezekinya".
Dan walau dengan deg-degan, kami lalui termin demi termin renovasi rumah. Pak Suroso mengeluarkan kemampuan terbaiknya dan itu yang membuat mereka yakin. Dan yakin juga untuk melakukan pembayaran demi pembayaran.
"Dan, alhamdulillah Bas. Rumah yang tadinya biasa banget, bisa jadi rumah yang "melepas lelah". Dan kejutan terbesarnya adalah mereka tak perlu berhutang ke mana-mana untuk mempermak rumah itu. Rezeki seperti tercurah karena mereka yakin.
Dari pak Suroso, kami belajar bahwa perkecil ruang kekhawatiran dalam hati. Semakin besar ruang khawatir, semakin kecil ruang untuk Tuhan.
Di tepi kolam koi, selepas mengganyang durian yang terhidang di meja, kami berfoto. Terimakasih bu Dwi Amiarsih beserta suami atas kepercayaannya pada saya dan AIA.
Terimakasih atas durian, kue pisang dan cerita pak Surosonya. Bukunya jangan lupa dibaca ya...
Tadinya mereka tak yakin mampu membayar perkiraan biaya yang disodorkan pak Suroso. Melihat keraguan kami, pak Suroso meyakinkan mereka ",Yakin dan usaha saja pak. Untuk urusan rumah, nanti pasti ada rezekinya".
Dan walau dengan deg-degan, kami lalui termin demi termin renovasi rumah. Pak Suroso mengeluarkan kemampuan terbaiknya dan itu yang membuat mereka yakin. Dan yakin juga untuk melakukan pembayaran demi pembayaran.
"Dan, alhamdulillah Bas. Rumah yang tadinya biasa banget, bisa jadi rumah yang "melepas lelah". Dan kejutan terbesarnya adalah mereka tak perlu berhutang ke mana-mana untuk mempermak rumah itu. Rezeki seperti tercurah karena mereka yakin.
Dari pak Suroso, kami belajar bahwa perkecil ruang kekhawatiran dalam hati. Semakin besar ruang khawatir, semakin kecil ruang untuk Tuhan.
Di tepi kolam koi, selepas mengganyang durian yang terhidang di meja, kami berfoto. Terimakasih bu Dwi Amiarsih beserta suami atas kepercayaannya pada saya dan AIA.
Terimakasih atas durian, kue pisang dan cerita pak Surosonya. Bukunya jangan lupa dibaca ya...
Comments
Post a Comment