Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2017

Endingnya Jualan

"Gile Fa, tiap hari gue perhatiin mobil elo gonti-ganti. Kemarin gue liat lo pake Terios baru. Hari ini pake Avanza. Bokap elo tajir bener",Demikian Alifa, sulung saya, mengulang kata teman sekolahnya barusan lewat Line. Jarak rumah ke sekolah sulung saya sekitar 6 kilometer, dan karena lokasinya, bila naik angkot harus tukar dua trayek. Ongkosnya 2 x 3.000 = Rp 6.000 plus jalan kaki dari rumah ke jalan raya dan jalan raya ke sekolah. Untuk ongkos satu bulan (25 hari) pe rlu Rp 150.000,-. Sejak ojek dan taxi aplikasi mulai marak beroperasi, tiap hari sekolah, mereka berdua (kakak dan adik) beralih pakai ojek dan taksi aplikasi. Enak, karena "door to door". Hari ini adiknya lapor, ongkos ojek aplikasi yang biasanya Rp 8.000 per trip dapat diskon Rp 5.000, dia hanya bayar Rp 3.000. Kemarin karena hujan, dia pakai taxi aplikasi, tarif seharusnya Rp 16.000 hanya bayar Rp 9.000 karena dapat diskon. Dalam sebulan, ongkos mereka gonta-ganti

Dua Kota, Tiga Cerita (I)

Cerita pertama adalah "berbagi semangat" dengan beberapa sahabat baru. "Bagaimana caranya supaya usaha saya bisa lekas maju pak",tanya seorang sahabat baru saya ini. Sederhana, kata saya. "Ibu suka makan di warung makan atau restoran. Sendiri, bersama keluarga atau teman? Lalu sebelum makan, alih-alih berdoa, malah foto-fotoin makanan dan segera di ipload di medsos?" Tanya saya. Serempak mereka semua bilang...Ya, banget. Maka saran saya, hilangkan kebiasaan itu. Mulai besok isi Facebook dengan foto atau kegiatan bisnis kita. Jangan jadikan Facebook kita buat promosi produk orang lain, atau lebih parahnya sebagai media kampanye...Macam tiang listrik yang dipasangi aneka rupa pamflet. "Tapi saya malu pak nampilin jualan saya sendiri di medsos",kata seorang peserta. "Tapi ibu bangga fotoin dan tampilin makanan restoran orang. Dunia jangan kebolak-balik ya Bu...", Pungkas saya. Tiga peserta lain berebut tun

Dua Kota, Tiga Cerita (II)

Soal Kapasitas. Saya menunjuk seorang ibu yang kelihatannya bersemangat sekali untuk bertanya. "Pak bagaimana caranya supaya bisa segera lepas dari jerat hutang, kadang saya sampai putus asa memikirkan hutang yang tak kunjung beres", demikian tanya ibu tersebut. "Kalau boleh tahu, hutangnya berapa milyar bu",tanya saya, serius. Si Ibu tersipu, menoleh ke kanan dan kiri dan dengan lirih bilang",Dua puluh juta pak, ke Bank XXX". Saya menjawab sok relijiyes. Lihatlah bu, Tuhan menguji sebesar KAPASITAS manusia dengan berbagai macam cara : ada yang diberi harta melimpah, ada yang dianugerahi hutang yang melimpah. Kebetulan ibu diuji dengan hutang. Seberapa besar kapasitas ibu diukur dari cara ibu menyelesaikan hutang tersebut, semakin "cerdas" ibu menyelesaikan hutang, maka sebenarnya "kelas" ibu makin naik. Ibu diberi ujian dengan hutang Rp 20 juta, tapi sudah hampir putus asa, maka bagaimana caranya Tuha

Dua Kota, Tiga Cerita (III)

Dua Kota, Tiga Cerita (III) Seorang Lelaki Pendamba Sumur. Dia adalah seorang yang sangat sederhana, kemana-mana hanya menghela sepeda onthel yang jauh di bawah "level" sederhana. Dalam hidupnya hanya ada 3 kata : gembira dan Koes Plus. Setiap kali didendangkan lagu Koes Plus, entah dari radio atau kaset yang mulai meliat-liu suaranya (saking seringnya diputar), maka lelaki itu akan sangat bergembira. Untuk berbahagia, dia hanya bergembira dan senang melihat orang lain jug a bergembira. Namun lelaki ini sudah puluhan tahun memmdam rasa : ingin memliki sumur di belakang rumahnya. Belum lama ini -setelah puluhan tahun- dia berhasil membuat sumur. Dan ketika sumur itu berair, baginya seluruh sejah telah berhenti. Ia mandi sepuasnya, menanam bunga sepuasnya, serta menyirami sepuasnya. Ia (merasa) dialah orang terkaya sedunia. Dan untuk menjadi kaya, Kita (ternyata) tak perlu benar-benar harus menjadi kaya. Lelaki pendamba sumur dan Saya buktinya.

Andy Lau Jatuh dari Kuda

Buat apa asuransi, suami gue sehat-sehat aja. Gaji cukup, tabungan kalau cuma buat berobat sama sakit-sakit cukup...Ngapain gue musti punya asuransi",kata seorang Emak cetar membahana. Boleh juga ada yang berpendapat orang kaya nggak perlu Asuransi, lha wong duitnya banyak. Seperti beberapa Emak Cetar Membahana yang pernah saya temui setiap kali ada sesi Sharing "Perencanaan Keuangan Keluarga". Maka, kenalkan ini Andy Lau (maksudnya yang ada di foto, bukan saya yang nulis ini). Saya membaca artikel : http://m.asia.insurancebusinessmag.com/…/andy-lau-may-lose-… Andy Lau mendapat kontrak syuting iklan untuk sebuah produk teh. Dan sebagaimana persyaratan kontraknya, Andy minta di-cover oleh Asuransi untuk pekerjaan ini. Besar Pertanggungan bila terjadi Musibah hingga sebesar 50 juta USD (sekitar Rp 675 Miliar). Dan bener, saat syuting, Andy Lau jatuh dari kuda. Total biaya Rumah Sakitnya sih nggak seberapa, "cuma" 390 ribuan USD (sekit

KICK OFF

Kiri atas tahun 2008, Kanan atas 2016, Bawah Grafik Siklus Hidup Ini adalah gambar siklus hidup saya, terinspirasi dari apa yang disampaikan Yap Kien Lee, anak "yesterday afternoon" yang menjadi pemilik agency asuransi termuda, paling moncer di Malaysia. Kien Yap, demikian dia disapa, kemarin berbicara, sharing, di depan ribuan Financial Consultant AIA dalam acara Kick Off 2017. Usianya belum lagi genap 30 tahun, tapi prestasi dan perjalanan hidupn ya patur menjadi inspirasi. Masa kecilnya di Kuala Lumpur cemerlang penuh prestasi. Lahir dari keluarga "blue collar" biasa menjadi murid terpintar, menjuarai aneka rupa Olympiade Matematika dan Fisika hingga memuluskan jalannya masuk National University of Singapore, sekolah elit urutan 12 dunia (menurut pemeringkat QS), Teknik Kimia dan berbeasiswa. Tapi nasib bicara berbeda, dia tiba-tiba jatuh sakit serta didiagnosa menderita Systemic Lupus Erythematosus (SLE) atau awam biasa menyebutnya penyak

ANGKU ZAINAL

"Dia bukan tipe lelaki romantis pengumbar janji. Bila kebetulan bertandang saat malam Minggu, beberapa kali malam Minggu hingga dia melamar Mama serta menikah, baju yang dipakainya selalu sama. Kemeja putih bersalur hitam lengan panjang yang digulung lengannya",kenang Nenek Sari ,demikian anak-anak kami biasa memanggil Mama, ibu mertua saya. (alm.) Angku Zainal dan Nenek Sari Angku Zainal tepat berusia 80 tahun awal Desember lalu. Saat ulang tahun lalu, dia "mencandai" sakitnya dengan bilang, bila pulih seperti sedia kala akan ajak kami anak, mantu dan cucunya pergi jalan-jalan : makan durian. "Dulu (saat masih muda) sewaktu One (ibu beliau) sakit, saya pergi ke pasar Tarandam borong durian satu keranjang untuk dimakan bareng-bareng, termasuk bersama One (yang jelas menderita diabetes). Tapi makan duren ramai-ramai, membuat One berseri wajahnya-lupa pada sakitnya",kenang beliau. Angku Zainal, selain bukan tipe "gadang