Kiri atas tahun 2008, Kanan atas 2016, Bawah Grafik Siklus Hidup |
Usianya belum lagi genap 30 tahun, tapi prestasi dan perjalanan hidupnya patur menjadi inspirasi.
Masa kecilnya di Kuala Lumpur cemerlang penuh prestasi. Lahir dari keluarga "blue collar" biasa menjadi murid terpintar, menjuarai aneka rupa Olympiade Matematika dan Fisika hingga memuluskan jalannya masuk National University of Singapore, sekolah elit urutan 12 dunia (menurut pemeringkat QS), Teknik Kimia dan berbeasiswa. Tapi nasib bicara berbeda, dia tiba-tiba jatuh sakit serta didiagnosa menderita Systemic Lupus Erythematosus (SLE) atau awam biasa menyebutnya penyakit LUPUS. Orang tuanya habis-habisan membiayai biaya pengobatan penyakit yang nyaris belum ada obatnya ini.
Tapi dia bukan anak muda "cemen" yang gampang memutuskan : aku berhenti dan menyerah saja.
Sambil terengah-engah sebab penyakitnya, dia selesaikan kuliahnya serta memutuskan "nyambi" bekerja di usianya yang baru beranjak 19 tahun. Dan pilihan profesi yang diam ambil adalah menjadi AGEN ASURANSI. Mengapa? karena dia melihat orang tuanya yang tak memiliki asuransi, habis-habisan hartanya untuk membiayai pengobatannya. Dia merasa, tak seharusnya orang tua-orang tua lain mengalami nasib seperti ayahnya : tak memiliki cukup asuransi untuk kemudian jatuh miskin karena hartanya terkuras untuk berobat.
Lancar? tidak. Awal karirnya sebagai agen asuransi - di usia muda - walau penuh tantangan, tetap saja tak mudah. Prestasi demi prestasi dia raih hingga nasib berpihak padanya, sempat dimilikinya sebuah rumah yang dibeli dari hasil keringatnya sendiri. Hingga suatu siang, dia tersungkur tak sadarkan diri, SLE nya "relapse"...kambuh.
Rumah yang telah dia bangun, habis tergadai. Agency yang dia bangun hancur, saat agen-agen yang berada dalam teamnya memutuskan satu per satu mundur ketika mengetahui dirinya terserang lagi SLE.
Sekali lagi, tersebab dia bukan anak muda "cemen" dia mengambil pilihan bangkit. Walau terkadang tiap malam saat penyakitnya kambuh, saat kaki hilang rasa, dia harus merangkak bertelekan siku saat menuju kamar mandi dari tempat tidurnya yang hanya sepelemparan upil jauhnya. Dia bangkit. Tiga tahun dia bergerak sendiri, menunggu.
Kemarin, dia berbicara di hadapan kami dengan bangga. Dengan penyakit yang masih belum tersembuhkan, dia sudah meraih prestasi tertingginya, berkeliling 39 negara di dunia (sementara yang katanya sehat, boro-boro keliling dunia.. ke Ancol aja belum tentu setahun sekali). Dia pamerkan teamnya yang solid, anak-anak muda "non mainstream"
Dan dia tunjukkan grafik naik turun hidupnya. Seperti foto yang saya upload ini.
Foto atas sebelah kiri adalah foto Kick Off Misterblek tahun 2008. Masa-masa pahit merintis usaha. Foto kanan adalah foto bersama istri saya, Driffaroza Ocha, saat kami belajar memahami ke-Maha Besar- an Tuhan di Cloud Forest, Gardens by The Bay Desember 2016 lalu.
Saya juga tak tahu, apakah grafik hidup saya akan terus menanjak atau suatu saat akan turun lagi. hanya Tuhan yang tahu. Tugas kami hanya berusaha mempersiapkan bila keadaan buruk itu tiba.
Salah satu ikhtiarnya dengan memiliki Tabungan, Investasi dan Asuransi. Katanya, hanya keledai bodoh saja yang mau jatuh ke lobang yang sama dengan kondisi yang sama.
Saya mungkin belum sehebat Kien Yap, tapi saya berusaha. Saya tahu sedikit, serta siap berdiskusi dengan anda, teman-teman semua. Supaya ada di posisi manampun gratfik anda, tak perlu pusing menghadapinya.
Tuhan (selalu) Tahu, namun Dia menunggu
Comments
Post a Comment