Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2015

Merasa "Tertipu" Asuransi

“...Saat itu usia anak saya baru dua tahun, hingga datang seorang agen asuransi dari perusahaan Asuransi ABCD menawarkan produk Tabungan Pendidikan untuk anak saya.   Tentu, sebagai orang tua yang bertanggungjawab kami memikirkan ini, dan produk yang ditawarkan cukup menarik minat kami.   Diceritakan oleh agen tersebut, bahwa pada tahun ke 10, saat anak saya masuk SMP kelak, ada sejumlah dana yang bisa diambil untuk tambahan biaya masuk SMP. Kami memutuskan menabung Rp 500.000,- per bulan.   Hingga kemudian, dua minggu lalu, tepat dua tahun kami menabung kami memerlukan dana darurat untuk sebuah keperluan.   Kami berfikir bahwa uang di Tabungan pendidikan anak kami bisa dicairkan, tentu jumlahnya lumayan.   Kurang lebih Rp 500.000 x 24 = Rp 12.000.000,-.   Nyatanya, setelah kami klaim ke perusahaan asuransi ACD tersebut, jumlah yang bisa kami cairkan tak sampai sepersepuluh nilai tabungan kami selama ini. Saya merasa tertipu...” Demikian kutipan yang saya ambil dari surat

TIPS Jeli Memilih Produk Asuransi

“... Asuransi XXXX, bekerjasama dengan Bank YYY, dalam program Tabungan AAAAA, ternyata penipu. Dalam kontrak dinyatakan bahwa Dana Investasi diatas 5 tahun akan tumbuh diatas 105 % lebih.   Saya sudah menjalani kontrak 7 tahun lebih dengan pembayaran premi 300 ribu per bulan yang didebet secara langsung dari rekening saya di Bank YYY. Anehnya bulan kemaren ketika saya mau mengakhiri kontrak, pihak XXXX mengatakan bahwa dana investasi saya selama 7 tahun 4 bulan hanya berjumlah 12 juta rupiah. Padahal saya sudah membayar 88 x 300.000 = 26.400.000.   Karena kesal akhirnya saya putuskan utk mengakhiri kontrak baik melalui pembicaraan telefon yang direkam dan juga dengan menandatangani sejumlah dokumen di Bank YYY tempat saya membuka rekening, dimana kemudian dokumen tersebut dikirimkan ke kantor XXXX di Jakarta.   Hari ini, 20 hari setelah saya mengakhiri kontrak dengan XXXX Dana Investasi yang sudah didebet selama 88 bulan belum juga masuk ke rekening saya. Yang ada malah saldo di

Pak Diman dan Unit Link

Ini masih soal pak Diman, semoga anda tak bosan.   Pak Budiman, nama lengkap tetangga saya ini, sebagaimana cerita di BENGKEL UANG minggu lalu makin sering bertanya-tanya perihal perencanaan keuangan keluarga.   Dua minggu lalu, saat sakit, pak Diman sempat saya nasehati soal Empat Langkah  Perencanaan Keuangan keluarga yang perlu dia miliki.   Minggu lalu, dia menghampiri saat saya sedang asyik mencuci mobil di halaman.   Saya jelaskan panjang lebat soal Empat Langkah itu : Memiliki Rencana penghasilan, Memiliki Tabungan, Memiliki Proteksi (Asuransi) dan Memiliki Investasi. Kemarin pagi, saat saya sedang membaca koran di teras, tergopoh pak Diman menghampiri saya lagi dan langsung duduk di samping saya.   Wajahnya berseri, seperti baru saja terima gaji. “Wah tumben ceria bener nih pak, baru terima bonus ya,” tebak saya.   Pak Diman tersenyum lebar dan berkata,”Ah, tahu saja pak.   Iya nih, Jumat lalu saya baru dapat kepastian Unag Tunjangan Kinerja tiga bulanan saya cai

Langkah Panjang pak Diman

Masih ingat Kisah Empat Langkah untuk pak Diman di Rubrik Bengkel Uang minggu lalu?   Maka kisah ini bisa dibilang lanjutannya.   Sepertinya Pak Diman sangat penasaran dengan penjelasan saya soal Empat Langkah : Memiliki Tujuan Penghasilan,   Memiliki Tabungan, Memiliki Proteksi atau Asuransi dan Memiliki Investasi.    Pagi-pagi, hari Sabtu saat saya bersiap mencuci mobil di halaman, pak Diman dengan wajah segar tergopoh datang.   Wajahnya sudah mulai segar sumringah paska penyembuhan dari sakit typhus yang dideritanya kemarin.   Dengan semangat 45, dia bertanya,”Pak, saya mau banyak tanya dong soal kelanjutan empat langkah kemarin itu”. Saya letakkan selang air, cuci tangan dari sampo mobil dan duduk di samping pak Diman sambil menawarkan teh yang sudah dibuatkan istri saya. Lalu saya mulai menjelaskan,”Pak Diman, langkah pertama saya kira bapak sudah lakukan, karena aneh saja orang punya penghasilan tapi tak punya tujuan.   Selain tujuan jangka pendek untuk biaya hidup s

Empat Langkah pak Diman

Ini cerita tentang pak Budiman.   Dia adalah teman “nongkrong” bila pas saya tak sedang ada pekerjaan di malam minggu.   Pak Diman –begitu dia suka disapa- bekerja di sebuah instansi pemerintah di Jakarta.   Karena pekerjaannya, saya lihat dia sudah harus keluar dari rumah pukul 5 pagi, dan kadang pukul 10 malam baru pulang ke rumahnya. Malam minggu ini pak Diman tak kelihatan muncul di tempat kami biasa nongkrong, di bawah pohon jambu depan rumah pak RT.   Dari tetangga lain saya mendengar beliau sakit tipus dan harus dirawat rumah sakit.   Minggu siangnya, kami berbegas menengok pak Diman. Di Rumah Sakit mengalirlah “obrolan malam minggu” yang biasa kami lakukan di bawah pohon jambu.   Pak Diman bercerita,” Saya sakit bukan lebih karena sedang banyak yang saya pikirkan pak.   Dua anak saya, yang SMP dan SMP, tahun ini ikut Ujian Akhir Nasional dan tahun ini berbarengan mereka masuk SMA dan Kuliah.   Saya merasa belum siap biayanya pak”.   Saya angsurkan air putih untuk