“...Saat itu usia anak saya baru dua tahun, hingga datang seorang agen asuransi dari perusahaan Asuransi ABCD menawarkan produk Tabungan Pendidikan untuk anak saya. Tentu, sebagai orang tua yang bertanggungjawab kami memikirkan ini, dan produk yang ditawarkan cukup menarik minat kami. Diceritakan oleh agen tersebut, bahwa pada tahun ke 10, saat anak saya masuk SMP kelak, ada sejumlah dana yang bisa diambil untuk tambahan biaya masuk SMP. Kami memutuskan menabung Rp 500.000,- per bulan. Hingga kemudian, dua minggu lalu, tepat dua tahun kami menabung kami memerlukan dana darurat untuk sebuah keperluan. Kami berfikir bahwa uang di Tabungan pendidikan anak kami bisa dicairkan, tentu jumlahnya lumayan. Kurang lebih Rp 500.000 x 24 = Rp 12.000.000,-. Nyatanya, setelah kami klaim ke perusahaan asuransi ACD tersebut, jumlah yang bisa kami cairkan tak sampai sepersepuluh nilai tabungan kami selama ini. Saya merasa tertipu...” Demikian kutipan yang saya ambil dari surat