Skip to main content

Pak Diman dan Unit Link



Ini masih soal pak Diman, semoga anda tak bosan.  Pak Budiman, nama lengkap tetangga saya ini, sebagaimana cerita di BENGKEL UANG minggu lalu makin sering bertanya-tanya perihal perencanaan keuangan keluarga.  Dua minggu lalu, saat sakit, pak Diman sempat saya nasehati soal Empat Langkah 

Perencanaan Keuangan keluarga yang perlu dia miliki.  Minggu lalu, dia menghampiri saat saya sedang asyik mencuci mobil di halaman.  Saya jelaskan panjang lebat soal Empat Langkah itu : Memiliki Rencana penghasilan, Memiliki Tabungan, Memiliki Proteksi (Asuransi) dan Memiliki Investasi.

Kemarin pagi, saat saya sedang membaca koran di teras, tergopoh pak Diman menghampiri saya lagi dan langsung duduk di samping saya.  Wajahnya berseri, seperti baru saja terima gaji.
“Wah tumben ceria bener nih pak, baru terima bonus ya,” tebak saya.  Pak Diman tersenyum lebar dan berkata,”Ah, tahu saja pak.  Iya nih, Jumat lalu saya baru dapat kepastian Unag Tunjangan Kinerja tiga bulanan saya cair pak”.  “Wah, seru nih,” Kata saya.  Mau dipakai liburan kemana?.  Pak Diman menjawab bahwa uang bonus itu tak akan dia pakai untuk jalan-ajalan atau beli perabotan yang seperti dia lakukan dulu.  Akhir jawabannya cukup mengejutkan, saat dia bilang : “Saya ingin merealisasikan Empat Langkah yang Bapak pernah ceritakan pada saya”.

Pak Diman, dengan wajah serius lalu bertanya,”Pak, tetapi di usia saya ini, kalau saya harus memulai setahap demi setahap Empat langkah itu, apa saya nggak terlambat?  Apakah ada JALAN PINTAS?”  Dengan mantap, saya jawab,” ADA!”.

Saat ini ada produk yang dikeluarkan oleh banyak perusahaan bernama UNIT LINK.  Unit Link adalah suatu produk keuangan yang mengkombinasikan Proteksi (Asuransi) dengan Investasi.  Produk ini adalah salah satu produk keuangan yang paling banyak diminati oleh Pasar di Indonesia, yang pemahaman atas kebutuhan Langkah ketiga dan keempat masih rendah.  Mereka sadar, saat sudah mulai penghasilan yang cukup, namun penghasilan tersebut tak bisa menutupi kebutuhan biaya saat terjadi resiko (sakit, kecelakaan, cacat total tetap dan meninggal dunia) serta penghasilan tersebut tak bisa berkembang mengalahkan kenaikan biaya-biaya di masa depan akibat inflasi.  Maka, saya bilang pada pak Diman, produk Unit Link –bisa dikatakan- jalan pintas untuk dia, yang belum memiliki cukup Proteksi dan Investasi.

Pak Diman makin penasaran,”Lalu bagaimana Cara kerja Unit Link itu pak?”  Unit Link bekerja dengan “membagi” Premi yang dibayarkan nasabah untuk dua kepentingan (1) Membayar Biaya Asuransi dan (2) Diinvestasikan.  Biasanya Asuransi yang di-cover oleh Produk Unit Link tak hanya Asuransi Jiwa, namun juga Asuransi Kesehatan.  Itu tergantung permintaan dari klien.   Biasanya produk Unit Link ini kurang dapat memberikan Uang Pertanggungan (Dana Warisan) yang besar.  Mengapa?  Karena Uang Pertanggungan Besar tentu memerlukan Biaya Asuransi (Cost of Insurance) yang besar, sehingga nantinya akan mengurangi nilai yang diinvestasikan.  Sehingga, umumnya, Perencana keuangan tidak merekomendasikan produk ini untuk orang yang berkeinginan memiliki Asuransi untuk menutup Nilai Ekonomis secara penuh.

Kemudian, soal bagian Investasi.  Prinsip kerja Investasi di Unit Link mirip dengan cara kerja Reksadana.  Pemilihan instrumen investasi apakah yang beresiko tinggi, sedang maupun rendah tentu tergantung profil si klien.  Tentu rumus “High Return, High Risk” tetap berlaku.  Namun, apapun instrumennya semua tentu telah disetujui oleh otoritas pemerintah, jadi bukan investasi abal-abal atau investasi bodong yang kini banyak ditawarkan.

Saya lihat, wajah pak Diman makin cerah.  “Ya pak, saya makin paham.  Jadi kalau sekarang saya bisa mencicil menambah Proteksi sambil terus berinvestasi dengan produk Unit Link.  Uang bonus segera saya belikan produk Unit Link deh”.   Sambil tersenyum lebar dan mencomot pisang goreng di meja, pak Diman berbegas pulang.  Meninggalkan saya terbengong sendirian (**).    

Comments

Popular posts from this blog

MAU JUAL GINJAL? BACA SAMPAI SELESAI !

Sudah dua tahun tak bertemu, seorang teman mengirimkan "broadcast message" (BM) di perangkat Blackberry saya. BM-nya agak mengerikan : dia mencari donor ginjal untuk saudaranya yang membutuhkan. Soal harga -bila pendonor bermaksud "menjual" ginjalnya bisa dibicarakan dengannya. Membaca BM itu, saya teringat kisah pak Dahlan Iskan dalam bukunya GANTI HATI. Dengan jenaka beliau bercanda, bahwa kini dia memiliki 2 bintang seharga masing-masing 1 milyar, satu bintang yang biasa dia kendarai kemana-mana (logo mobil Mercedez) dan satu bintang jahitan di perutnya hasil operasi transplatasi hati. Ya, hati pak Dahlan "diganti" dengan hati seorang anak muda dari Cina, kabarnya harganya 1 miliar. Lalu, iseng-iseng saya browsing, dan ketemulah data ini, Data Harga organ tubuh manusia di pasar gelap (kondisi sudah meninggal dibawah 10 jam, sumber :http://namakuddn.wordpress.com/2012/04/27/inilah-daftar-harga-organ-tubuh-manusia-di-pasar-gelap/) 1. Sepasang bola mata: U

KAN SAYA MASIH HIDUP ...

“Harta, sebenarnya belum bisa dikatakan pembagian harta karena saya masih hidup. Tetapi saya tetap akan membagikan hak mereka masing-masing sesuai dengan peraturan agama,” ujar ibu Fariani. Ibu Fariani adalah seorang ibu dengan empat orang anak yang baru saja ditinggalkan suaminya Ipda Purnawirawan Matta. Almarhum meninggalkan harta waris berupa tanah, rumah dan mobil senilai Rp 15 Miliar. Pada bulan Maret 2017, ketiga anak ibu Fariani mendaftarkan gugatan ke Pengadilan Agama Kota Baubau, Sulawesi Tenggara dengan nomor 163/ptg/ 2013/PA/2017, yang inti gugatannya : Meminta bagian mereka selaku ahli waris yang sah atas harta waris almarhum ayah mereka. Dunia makin aneh? Anak kurang ajar? Tidak. Banyak orang yang memiliki pendapat seperti ibu Fariani, sebagaimana yang saya kutip di paragraf pertama di atas. Pendapat yang KELIRU. Begitu seorang suami meninggal dunia, maka hartanya tidak serta merta menjadi miliki istri atau anak-anaknya. Harta itu berubah menjadi h

CERITA 19 EKOR SAPI

Dul Kemit, Dede dan Khomsul datang ke rumah pak Lurah sambil bersungut-sungut. Mereka mencari orang yang bisa menyelesaikan masalah mereka. Pak Lurah menyambut mereka, dan tiga bersaudara ini menyampaikan masalahnya. Ayah Dul Kemit, Dede dan Khomsul baru saja meninggal seminggu lalu. Ceritanya, almarhum ayah meninggalkan WASIAT bahwa 19 ekor sapi yang ditinggalkan dibagi untuk mereka bertiga dengan porsi : Dul Kemit 1/2 bagian, Dede 1/4 bagian dan Khomsul 1/5 bagian. Pak Lurah pusing menghitung pembagiannya, karena pesan almarhum adalah saat membagi : sapi tidak boleh disembelih, dijual atau dikurangi. Untuk itu dia minta bantuan pak Bhabin dan Babinsa. Lalu pak Bhabin bilang", Sapi ada 19. Mau dibagi untuk Anak pertama 1/2, anak kedua 1/4 dan anak ketiga 1/5 tanpa menyembelih, tanpa mengurangi". Ketiga bersaudara itu menangguk-angguk. "Oke kalau begitu, supaya tidak berantem, saya akan sumbangkan satu ekor sapi milik saya untuk MENGG