Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2020

RIBA?

Selalu saja ada peserta yang bertanya, apakah Asuransi Jiwa mengandung unsur Riba? Saya tak tergerak untuk ikut memperdebatkan, karena sebagian ulama masih ada yang berbeda pendapat. Namun, saya mengambil jalan tengah. Mengikuti rekomendasi sebagian ulama, melalui Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) yang melegitimasi produk Asuransi Jiwa Syariah. Saya ikut rekomendasi DSN MUI karena saya sadar masih fakir ilmu. Hal itu saya sampaikan saat berbagi "Asuransi sebagai Solusi Perencanaan Waris" di kantor FHI 360 Indonesia, kemarin. Pointnya, jalankan hukum waris dengan benar, karena itu perintah langsung dari langit. Solusinya mau pakai produk asuransi jiwa, itu pilihan. Saya tak mau larut dalam perdebatan tanpa ujung yang berakhir tanpa tindakan.

LUCINTA LUNA

Selalu saja ada cerita menarik pada tiap kelas yang saya isi. Hari ini adalah hari pertama dari rangkaian tiga hari sesi sharing untuk program MDRT Promoter Financial Indonesia. Lusa di Surabaya, Jumat di Makassar. Tadi salah satu peserta mengajukan pertanyaan yang menarik", Pak, bagaimana halnya dengan Lucinta dan 'suaminya' apakah bisa saling mewariskan dan mewarisi harta akibat hubungan pernikahan?". Semua peserta tertawa mendengar pertanyaan ini, tapi ini menarik sebenarnya. Saya balik bertanya ",Dilihat dari sisi Hukum Perdata apakah pernikahan Lucinta Luna dan 'suaminya' sah menurut KUH Perdata? Pasal 27 KUH Perdata dengan jelas menyebut bahwa seorang LELAKI hanya boleh terikat dengan satu PEREMPUAN saja, demikian juga seorang PEREMPUAN hanya dengan seorang LELAKI. Artinya, syarat terjadi pernikahan adalah antara LELAKI dan PEREMPUAN. Kendati Lucinta Luna di KTP adalah Perempuan, tapi -kabarnya- di paspor gendernya lelaki. Maka syarat pernikahan y

SUAMI MENANG BANYAK

"Teh, tolong pesan ke suaminya, kalau memang mau ngerjain bikin lemari sepatunya besok, segera kerjain. Kalau nggak saya cari tukang lain", Kata saya pada Teh Nenih, asisten rumah tangga di rumah. Teh Nenih sering curhat pada ibu mertua saya (oh ya, bagi yang belum tahu, ibu mertua sudah empat tahun ini ikut bareng kami). Dia mengeluhkan hidupnya yang "susah" sepulang dia dari Hongkong. Tiga tahun lalu Teh Nenih memutuskan pulang ke kampung Paku, belakang kavlingan saya, dan tidak lagi mengambil kontrak setelah 12 tahun jadi TKW di Hongkong. "Gaji yang saya kirim ke suami nggak jadi barang pak. Habis dia pakai untuk nongkrong sama teman-temannya", katanya. Lalu dengan sisa gaji yang dipegangnya, dia mulai membuka warung kelontong di rumahnya. Warung itu berakhir bangkrut, klasik, karena tidak jelas pencatatan modal dan untung. Nyampur-nyampur. Ditambah suaminya suami ambil rokok seenaknya tanpa bayar. Suami Teh Nenih sebenarnya punya keahlian bertukang k

JANGAN SAMPAI

Saya adalah salah satu penikmat berita-berita soal selebritis. Menikmati dari sudut pandang bidang yang saya kuasai : perencanaan waris dan perencanaan asset. Ada selebritis yang cerai kemudian nikah lagi, cerai nikah lagi jual asset lama beli asset baru, cerai lalu bagi-bagi harta tapi hartanya masih di bank hingga yang melakukan perjanjian pra nikah. Tapi, khusus soal berita kematian satu selebritis ini, Ashraf -suami BCL- saya mencoba melihatnya dari sisi yang berbeda. Saya membaca, mengikuti tayangan streaming serta melihat BCL dan Noah -anaknya- kelihatan sangat berduka, namun tegar tak menangis saat almarhum masuk dalam liang lahat di pemakaman San Diego Hills. Padahal tak sampai 24 jam sebelumnya, BCL masih bertemu dengan suaminya, menyanyi dan tertawa sebagai juri di Acara Idol. Tahun 2006, saya 'kehilangan' Bapak saya. Saya ingat saat itu hari minggu, saya sedang mancing di depok bersama teman-teman Seputar Indonesia. Kami tertawa-tawa gembira, sebagaimana umumnya or

PETUGAS BERBAJU BIRU

Di toilet dekat Gerbang 14, seorang pegawai kebersihan sedang mengepel lantai yang akan saya lewati menuju wastafel. Di punggung seragam birunya tertera tulisan "Facility Care". Ketika tahu saya mau lewat, dia menghentikan pekerjaannya. Sungkan saya melewati lantai yang sedang dia pel, saya melipir melewati pinggir menuju wastafel. "Nggak apa-apa pak, diinjak saja. Nanti saya bersihkan lagi kalau kotor", Katanya ramah. "Kalau tiap orang menginjak lantai yang masih basah karena lap pel, kapan mas beres kerjaannya", tanya saya sambil menghadap cermin di atas wastafel. "Pekerjaan saya bukan diukur dari target beres atau nggak beres pak, saya hanya disuruh membersihkan lantai sepanjang shift saya", Jawabnya tetap sambil tersenyum dan berpegangan pada tiang ala t pelnya, memandangi saya yang sedang cuci tangan. "Oh... Betah mas, kerja begini?", Cecar saya penasaran. "Alhamdulillah pak, semua saya jalani dengna ikhlas. Kalau nanti ada

MAAF, TIDAK JUALAN PRODUK

"Bas, kamu masih jadi "agen asuransi" nggak sih? Kok nggak pernah posting jualan produk (asuransi)?", Tanya seorang kawab yang kepo. "Masih", jawabku. Sejak dua tahun lalu, saya memutuskan mengambil jalan yang sepi : tidak menjual produk asuransi jiwa. Lho, katanya agen asuransi? Ya, saya hanya "menjual" Manfaat Produk Asuransi Jiwa sebagai solusi atas Problem Perencanaan Waris. Saya bilang "Problem" karena memang literasi soal hukum waris di Indonesia masih sangat rendah "Ah, bagi-bagi rata aja yang penting semua hepi. Nggak akan ada sengketa", Begitu dalihnya. Mungkin sengketa tidak ada, mungkin. Tapi dosanya pasti ada, lha perintahnya dari langit sangat jelas. Maka, karena saya tak menjual Produk, saya tak pernah kampanye perihal produk (dan harga). Karena semua produk asuransi jiwa, dari perusahaan asuransi jiwa manapun asalkan ada manfaat bernama "Uang Pertanggungan" bisa menjadi solusi. Jadi mengapa saya must

CERITA KAPUR TULIS

Ini kejadian sudah lama banget, jaman SMA. Saya dapat cerita ini dari guru BP saat sudah kelas 3, sudah mau lulus-lulusan. "Kelas II IPX-X (adik kelas, dong) sering banget minta kapur tulis ke kantor guru. Kata ketua kelasnya karena memang habis terpakai", Kata beliau. Sering anak-anak kelas itu protes, karena guru tak mengeluarkan jatah kapur, saking seringnya mereka minta. Kadang karena suplai kapur dikurangi bahkan di stop, mereka terpaksa harus minta-minta ke kelas sebelah... Dan si ketua kelas tak bergeming, tak bisa melakukan apa-apa. Tentu guru-guru mulai curiga, karena pemakaian rata-rata kapur tulis di kelas itu dua kali pemakaian normal di kelas lainnya. Hingga rapat sekolah memutuskan : pak guru BP jadi detektif. Dan investigasi mulai digelar. Kecurigaan mengerucut pada si ketua kelas. Penampilan anak ini kalem, santun, wajahnya juga nggak bisa dibilang jelek. Ganteng dan pinterlah. Pak Guru BP beberapa kali mengikuti si ketua kelas paska jam pelajaran, menuju ke

MENGGAULI SOSIAL MEDIA

Saya hanya mencoba memberi saran, sesuai bidang pekerjaan yang dulu saya geluti : menggauli media. Sejak sering berkeliling, bertemu dengan banyak teman satu profesi di industri asuransi, saya jadi banyak mendapat teman baru... Terutama di fesbuk. Saya senang memperhatikan dan mengamati postingan teman-teman semua, karena dari sanalah saya banyak belajar. Hasil belajar itu yang kemudian diolah untuk menjadi materi sharing berikutnya. Dari berbagai macam postingan, saya mengamati ada beberapa teman yang selalu posting tentang produk (bahkan tidak tanggung-tanggung, yamg diposting adalah materi training atau kelas produk) dengan berbagai istilah teknisnya : Premi, Tertanggung, UP, Penyakit Kritis, Rider, Link... Dan sebagainya. Bayangkan, anda adalah pembaca postingan itu (posisi dibalik). Anda adalah orang awam yang tidak pernah bersentuhan dengan kelas produk asuransi, asing dengan istilah-istilahnya. Sebagai pembaca yang awam apa yang kira-kira ada dalam benak anda ketika membaca is