Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2019

WALK THE TALK

Setiap pagi, lepas subuh, kami membiasakan saling menyapa melalui grup Line. Apalagi sekarang, dua anak ini sedang ada di luar rumah. Kakaknya kost di Jatinangor dan adiknya lagi ikut "Youth Camp" di Dieng selama seminggu. Mengapa subuh? Karena kalau siangan sedikit, pasti "late respon" karena kesibukan masing-masing. Ngobrolnya jadi nggak asyik. Barusan kam i ngobrolin perkembangan portfolio investasi Kakak karena mau dia ambil sebagian untuk membiayai "Asian Trip", tugas dari Kampusnya untuk berkunjung ke Universitas di Malaysia dan Thailand. Kakak sejak awal kami ajari (dan beri contoh) berinvestasi dengan Reksadana. Simpel, aman dan bebas pajak. Setiap bulan, setiap kali menerima "gaji" dari kami, dia berkewajiban menyisihkan sebagian gajinya untuk dimasukkan ke Reksadana, sebelum sisanya dia konsumsi. Kami sepakat mengistilahkan kiriman sebagai gaji karena dia sedang bekerja, yaitu kuliah. Kalau dia kuliah rajin,

KOH ALIM DAN CIK ALIN

I ni adalah salah satu "case" yang saya tangani akhir bulan Februari 2019 lalu. Baru bisa saya "upload" setelah saya akhiri case ini dengan menutup satu penjualan produk Asuransi Jiwa untuk Warisan, serta sudah mendapat izin dari nasabah saya. Nasabah saya, sebut saja namanya Koh Alim memiki istri bernama Cik Alin. Akhir tahun 2018, Koh Alim bertemu setelah saya dikenalkan oleh teman saya. "Mau tanya-tanya soal Pembagian waris", Katanya. Usia Koh Alim sepantaran saya, 47 tahun. Dengan Cik Alin sudah menikah sekitar 15 tahun dan belum dikaruniai keturunan. Mereka sehari-hari mengelola toko yang menjual barang kebutuhan pokok di Pasar Bogor, level grosir. Toko itu adalah warisan dari (keluarga) orang tua Koh Alim. Koh Alim adalah tipe lelaki konservatif. Tiap hari, dihabiskan waktunya untuk menunggu toko. Saya jadi ingat film "Cek Toko Sebelah"-nya Ernest Prakasa. Dia tak suka membeli apa-apa, hartanya yang paling kelihatan hanyalah mobil yang dip

MENCOBA MRT DI ...SYDNEY

Tak mau kalah dengan teman-teman kami di Jakarta, hari ini kami ikut mencoba naik kereta MRT... di Sydney. Saya sangat bersemangat mencoba kereta MRT di Sydney karena keunikannya. Saya sudah mencoba MRT di Malaysia, Singapura, Bangkok, Seoul, Shanghai, Hongkong dan Tokyo. Selain ini adalah cara termurah berkeliling kota, juga tercepat. Berbeda dengan umumnya kereta MRT di tempat lain (termasuk yang beroperasi di Jakarta), kereta yang dipakai di Sydney adalah model Double Decker. Itu yang bikin saya semangat banget pengen mencoba.  Kereta ini memiliki dua tingkat di gerbongnya, jadi penumpang bisa memilih duduk di bagian atas atau di bawah. Sejarah MRT di Sydney sudah sangat panjang, tepatnya mulai 1960. Kereta Double Decker yang saat ada saat ini ada peremajaan dari.model yang ada pertama pada tahun 1970. Saat ini, pemerintah kota Sydney sedang membangun jalur MRT baru, dan memutuskan tidak lagi kereta double decker. Walaupun secara pengoperasian lebih efisien (karena bisa mengangkut l

SERBA CENTENNIAL

Menutup malam yang suaranya mulai serak dengan berkumpul, makan bersama teman-teman di Sydney Town Hall. AIA membawa kami mengarungi makan malam di Balai Kota yang dibangun antara tahun 1886-1889 oleh Arsitek John H Wilson ini. Istimewa, karena tidak semua perusahaan bisa (atau mampu, lebih tepatnya). Ruangan Town Hall yang kami pakai untuk makan malam adalah di Centennial Hall. Karena tepat tahun ini, AIA merayakan usianya yang ke 100. The Centennial Year. Tak banyak perusahaan di dunia yang bisa bertahan hingga 100 tahun. Tahu kan apa yang saya maksud?

TERKUNCI MANTRA

Jajaran struktur batu unik di belakang kami dinamakan "Three Sisters Mountain" atau Gunung Tiga Saudari. Namanya Meehni (922 m), Wimlah (918 m) dan Gunnedoo(906 m). Berdiri di atas ketinggian Jamisson Valley yang dihampari warna biru akibat reaksi kimia lautan uap tanaman Eucalyptus (Kayu Putih) dengan sinar matahari. Eucalyptus ini adalah makanan utama Koala, hewan endemik benua "down under" ini. Di balik Gunung tiga saudari ini ada cerita. Alkisah, tiga saudari dari suku Katoomba ini "dijatuhi cinta" oleh tiga pria bersaudara dari suku sebelah, suku Dharruk. Tapi adat melarang anak cucu dua suku ini saling menikahi. Tiga lelaki Dharruk yang sudh kepalang jatuh cinta ini ngotot, dan memutuskan untuk menculik ketiga wanita pujaannya hatinya. Niat ini didengar oleh tetua suku Katoomba, dan diartikan sebagai genderang perang. Untuk melindungi Tiga Saudari selama ditinggal perang, Kuradjuri (orang pintar) dari suku Katoomba mengubah m

IMPIAN

"Kowe arep dadi opo nek ora sregep sekolah. Sekolah sing pinter, men biso makili wong tuwomu kliling donya", Demikian selalu nasehat Bapak saya kalau kelihatan anaknya ini mulai malas pergi sekolah.  Maklum, jaman dulu, pergi ke sekolah harus naik turun angkot dan jalan kaki panas-panas. Oh, ya terjemahan nasehat dalam bahasa Jerman di atas adalah : Kamu mau jadi apa kalau nggak rajin berangkat ke sekolah. Sekolah yang pintar, supaya bisa mewakili orang tuamu keliling dunia. Bapak dan Ibu tak pernah meminta saya menjadi dokter, pilot atau arsitek. Mereka cuma minta saya menjadi anak yang membawa nama (baik) mereka ke mana-mana. Sebuah misi yang tak mudah. Bagaimana caranya? Salah satu caranya adalah menyematkan nama Bapak di paspor saya. Alhamdulillah, setidaknya dalam empat bulan di tahun 2019 ini saja, saya diberikan rezeki menjadi "wakil" untuk mereka hingga ke Jepang dan Australia. Jaman kecil dulu, jaman sebelum sekolah hanya bisa sarapan "jagun

ORANG BAIK PERGI CEPAT

Tadi malam mendapatkan kabar duka. Salah satu Inspirator yang kisahnya saya tulis di halaman 36 buku pertama saya “Titik (Tidak Bisa) Balik” : pak Oman Supratman meninggal dunia. Beliau adalah sahabat sekaligus mentor ilmu kehidupan saya. Semoga beliau mendapatkan termpat terbaik di sisi Nya. Tentang pak Oman, pada 30 Januari 2008, saya pernah menuliskan kisahnya di hal aman Fesbuk saya. Untuk yang tak mengenal beliau, setidaknya mungkin bisa ikut mengenang dan mendoakan beliau, setelah membaca tulisan ini : ————————————- PAK OMAN Tadi malam, di tengah tumpukan onderdil mobil dalam sebuah bengkel milik kawan saya Cipto di bilangan Warung Buncit Jakarta, saya bertemu seorang kawan lama. Oman Supratman namanya-atau kami lebih sering menyapanya : kang Oman. Sosoknya kecil tak istimewa, kulitnya legam tidak menggambarkan aslinya sebagai urang Tasik tulen. Saya sempat sekantor dengannya, empat belas tahun lalu, namun tak lama. Dulu sosoknya dikenal bengal dan suka berbuat seenak

GAGAL KARENA TIDAK PERCAYA

Belajar dari para orang-orang sukses yang kami temui, disimpulkan bahwa Orang TIDAK SUKSES saat memiliki usaha/bisnis karena : 1. TIDAK PERCAYA PARA PRODUK. Masih ragu soal produk yang dijualnya, tidak mau bertanya atau bertanya pada orang yang sama-sama tidak ngerti. Sehingga alih-alih menemukan jawaba, yang terjadi justru makin dalam sesatnya 2. TIDAK PERCAYA PADA BISNIS dan SISTEMNYA. Menjalankan bisnis "seenaknya" sendiri, coba-coba sendiri dan tidak percaya pada sistem sukses yang ada. Biasanya gejalanya mudah : mulai tidak percaya bahwa pertemu an mentoring dan kelas bisa menunjang kesuksesan bisnis, sehingga sering telat atau absen datang. 3. TIDAK PERCAYA PADA LEADER atau MENTOR. Lebih mendengar apa kata orang, yang lebih parah ngomongin leader/mentor di belakang. Akhirnya tidak ada satupun materi meeting atau kelas yang "nempel" dan bermanfaat buat jualan, karena apa-apa yang disampaikan mentor dianggap "angin lalu" saja. Nanti lama-lama biasany