Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2018

NAPOLEON MATI DI KAMPUNG SOLOR

Kupang?  Di mana posisi persisnya, masih banyak yang tak tahu.  Ada yang bilang dekat Lombok (NTB), atau dekat Bali.  Tak banyak yang tahu bahwa ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur ini berada satu pulau dengan Timor Leste.  Ya, sejak dulu, Kupang kalah pamor disbanding Dili. Berada di pesisir Teluk Kupang, ini adalah kota yang “bhinneka tunggal ika”, karena penduduknya berasal dari berbagai macam suku : Timor, Rote, Sabu, Tionghoa, Flores dan sebagian pendatang dari Bugis dan Jawa.  Luas wilayah Kota Kupang adalah 180,27 km2 dengan jumlah penduduk pada tahun 2014 : 450.360 jiwa. Saat mendarat di bandara Internasional El Tari, saya langsung disergap udara panas…mungkin sekitar 37 derajat celcius, cukup menyengat untuk kulit saya yang biasa hidup di kota Bogor.  Persinggahan pertama kami selepas dari bandara adalah sebuah restoran Seafood yang direkomendasikan sahabat saya, mas Saptono dan mbak Lilyana, pemilik Agency AIA Kupang : restoran Suka Ramai.  Restoran ini menyajikan aneka

JARKONI

Tadi pagi, seperti biasa, ‘scanning’ berita terbaru di beberapa portal berita online. Ini portal berita beneran, bukan portal abal-abal. Artinya, saya memastikan portal berita ini punya reporter, redaktur dan kemungkinan besar bekerja dengan prinsip jurnalistik yang bener. Nggak main kutip, salin tempel saja. Berita yang menarik pagi ini, tertangkapnya seorang istri Kepala Daerah karena memiliki dan mengkonsumsi sabu. Sebenarnya tak istimewa berita ini kalau tak m elihat kenyataan bahwa suaminya adalah salah satu Kepala Daerah yang ‘sister areanya’ membuat Perda Larangan Merayakan Tahun Baru karena tidak sesuai dengan syariat Islam. Ya, saya tahu ini ‘oknum’ tapi ... sudahlah. Bapak (alm) dan Ibu saya di kampung selalu berpesan”,Urip kudu Jarkoni”. Jarkoni itu ‘Ngajarke opo sing dilakoni’ atau Mengajarkan apa yang kita Kerjakan. Kita sering ‘menghardik’ anak-anak kita untuk rajin belajar dan menjadi anak yang kreatif. Tapi di sisi lain, sebagai orang tua

PINDAH KE ARAB

Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Pemerintah Arab Saudi dan Uni Emirat Arab menerapkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) besarnya 5% dari harga barang yang dijual. Di Uni Emirat Arab sendiri, ditargetkan pendapatan dari penarikan pajak ini bisa mencapai $ 3.3 Miliar setahun ( http://www.bbc.com/news/ business-42508883 ) . Ini adalah salah satu bentuk reformasi keuangan terbesar yang terjadi di Arab Saudi, karena sebelumnya negera ini tidak mengenakan pajak bahkan memberi aneka rupa subsidi untuk warganya. Mengapa Arab Saudi dan UAE menarik pajak? Karena minyak bumi yang menyumbang 89-90 % pendapatan mereka, mulai tidak seksi lagi. Perlu ada sumber pendapatan lain untuk memutar roda perekonomian dan pembangunan mereka. Walaupun sampai saat ini mereka belum ada wacana untuk memungut Pajak Penghasilan (PPh). Lalu bagaimana kita? Mengapa pajak akan selalu menjadi ‘Isu Penting’ buat kita siapapun nanti gubernur dan presidennya? Untuk yang sudah mengulik APBN 2018, Ta

AYAH LEVEL TIGA

Bukan, saya bukan hendak bercerita tentang bumbu pedas yang berlevel-level itu. Saya hendak bercerita tentang pertemuan saya dengan nasabah say a, yang saya sebut sebagai Ayah Level Tiga. Beliau mantan pejabat tinggi di negeri ini, yang merintis kariernya dengan reputasi yang (sangat) baik. Rekam jejaknya bisa dibaca di berbagai media, selain kepakaran di bidangnya, juga sebagai tokoh penggerak anti korupsi di negeri ini. "Kalau orang lain jadi pejabat (agar) bisa kaya, saya bilang sebelum menjadi pejabat yang melayani publik saya harus "cukup" dan "kaya" dulu, Mas. Jadi bukan jadi pejabat untuk cari kaya",Nasihat beliau pada saya saat ketemu enam bulan lalu. Lalu kami hanya bertukar buku, dan berpisah. Hingga beberapa hari lalu beliau menghubungi saya untuk bertemu. "Mas Basri, saya mau konsultasi untuk Program Asuransi. Kita ketemu di XXXXXX (sebuah "warung kopi" asal Makassar di Jl Wahid Hasyim,Jakarta)",K