Skip to main content

Posts

Showing posts from 2016

Persiapan Pensiun, Buat Apa ?

"Bas, gue mau mulai nyiapin dana pensiun nih. Supaya ntar pas udah nggak kerja, bisa jalan-jalan",kata teman saya, seumuran : 45 Tahun. "Kapan mau pensiun?",tanya saya. "Sepuluh tahun lagi lah, pas badan masih kuat. Sekarang aja -terus terang- badan udah suka capek-capek. Berapa yang musti gue tabung biar cukup duh duit pensiun", lanjutnya sambil ngupil. Jorok nih memang temanku satu ini. "Oke, elo tiap bulan ngabisin duit berapa buat kebutuhan bulanan anak istri, termasuk cicilan-cicilan",tanyaku. "Yah, sekitar 25 jutaan lah",katanya. "Oke, katakan kebutuhan elo sepuluh tahun lagi sama (cicilan mungkin udah pada lunas, tapi kan harga-harga naik). Dan inflasi -katakan- 8% per tahun. Dan elo nyiapin buat "hidup pensiun" selama 10 tahun. Maka itungannya gini : - Kebutuhan per tahun = Rp 25 juta x 12 bulan = Rp 300 juta - Nilai duit Rp 300juta/tahun pada 10 tahun lagi pas pensiun untuk 10 tah

#cariangin (4)

Pasnya kapan bisa dilihat di buku sejarah, tapi kira-kira di abad ke 17 Kerajaan Gowa "dipukul" oleh VOC. Petinggi kerajaan beserta jajarannya -yang notabene orang Bugis, dan sebagian orang Minangkabau- memilih berdiaspora. Salah satu wilayah yang mereka tuju adalah Tanah Melayu : Sumatera, Malaya (termasuk di dalamnya senagian wilayah Hatyai di Thailand, Sebagian besar Malaysia dan Singapura). Tak heran bahwa -konon- beberapa Raja atau pimpinan Kesultanan di Malaysia mengalir darah Bugis dalam badannya. Di kawasan Kallang, termasuk sekarang menjadi daerah real estat Bugis, orang-orang keturunan Bugis berperang, berdagang, tinggal dan beranak pinak. Di sini berdiri Bugis Junction yang keren, Bugis Street yang tak pernah mati, dan aneka rupa stall makanan di Albert Centre termasuk sebuah stall sate serta aneka rupa makanan Indonesia. Dan saat tahun 1819 Inggris menyerahkan sebidang tanah pada Tengku Abdul Rahman -Sultan Johor yang keturunan Bugis- dan se

#cariangin (3)

"Inilah nak, orang ini kutipan kata-katanya sangat terkenal hingga sekarang. Raja Adil Raja Disembah, Raja Zalim Raja Disanggah",kata saya sebelum mereka berfoto. Nama jalan ini bisa kalian temukan di bilangan Kebayoran baru, tapi dari sinilah Hang Jebat berasal. Malaka. Hang Jebat bersahabat kental dengan empat Hang lainnya, Hang Tuah, Hang Lekir, Hang Lekiu dan Hang Kesturi. Mengetahui bahwa sobat kentalnya, Hang Tuah sang Pahlawan Besar Malaka, diputus pidana mati oleh Sultan Malaka karena kesalahannya - walau ternyata belakangan ketahuan, atas kebaikan Bendahara (atau Perdana Menteri) Hang Tuah tak dihukum mati dan bersembunyi di hutan - Hang Jebat memendam rasa nyeri dalam hati. Keris pusaka Taming Sari yang tadinya dipakai Hang Tuah diwariskan kepadanya, membuatnya merasa sangat digdaya. Dia rongrong kekuasaaan Sultan Malaka. Sultan Malaka terguling namun tak mau tinggal diam. Sultan mengetahui bahwa Hang Tuah masih hidup, dan memberinya a

#cariangin (2)

Masjid ini mepet tembok dengan Hotel Bencoolen, di Bencoolen Street, Singapura. Merbotnya ramah-ramah, Ahmad dan Azzam orang Pakistan. Melihat wajah asing, mereka selalu menyambut mesra "Assalamu'alaikum, Brother". Dengan senyum lebar. Hotel Bencoolen di sebelahnya. Nora, resepsionis yang menyambut saya orang Filipina. Pak Cik, turunan China Melayu yang bantu-bantu tunjukkin a rah lift dan tempat makan pagi, super ramah. Bagi yang suka baca review di Trip Advisor pasti juga baca keramahan Pak Cik ini dari para reviewer. Di lobby hotel sudah ada pohon cemara besar lengkap dengan lampu kelap-kelip dan hiasan-hiasannya. Di depan masjid, tersedia jadwal waktu sholat beserta brosur-brosur tentang Islam. Masjid Bencoolen berdiri tahun 1845, sempat direnovasi di tahun 2001 sebagai bagian dari kawasan CBD Bencoolen dan Prinsep Street. Kini bisa menampung sekitar 1100 jemaah. Hotel Bencoolen dibangun 1968. Sebelahan begitu saja, rukun. Nggak pakai

#cariangin (1)

"Ini lho mbak dan adik, kota Malaka. Kota yang penduduknya tak sampai satu juta orang ini dikunjungi seridaknya 4 juta wisatawan setiap tahunnya. Ini yang bikin kota Malaka bersih, hidup dan makmur. Di bis kota kita disopiri Pak Cik Rahman keturunan Melayu, Kita berbelanja suvenir di toko encik Tan keturunan Cina, kita numpang sholat di Masjid Kampung Keling yang dimerboti Mohammad s i Pakistani, dan saat pulang ke terminal Malaka Sentral kita "dipandu" oleh pak Rajiv yang nenek moyangnya datang dari Mumbai, India". Mereka tersenyum untuk kita, untuk para wisawatan yang datang ke kotanya. Mereka merayakan perbedaan dengan manis, mencipta damai di mana-mana, ini yang membuat mereka -para wisatawan- betah dan ingin kembali. Bukan membuang energi untuk menjadi eksklusif dan memantik berbagai konflik. Energi mereka curahkan untuk membuat jalan mulus tak berlobang, yang meringkas jarak Jakarta -Semarang hanya dalam lima jam perjalanan. Pik

Koh APHIN, TURUNAN KETIGA SEMBILAN NAGA

Kios Koh Aphin Dia adalah generasi ketiga sembilan naga pedagang ikan asin. Kakeknya adalah salah satu naga yang menguasai perniagaan ikan asin di Pasar Jembatan Tiga hingga Tangerang Kota, ayahnya mengadu nasib menjadi tauke ikan asin di Pasar Bogor dan Pasar Anyar...dan Aphin, saya memanggil sesuai nama kiosnya Ko Aphin mencoba berjaya bersama jambal roti, teri Medan dan cumi asin di Pasar Sentul. Saya rutin menemui Ko Aphin saat ritual minggu pagi, mengantar istri belanja mingguan, di Pasar Segar Sentul. Dan Aphin selalu tampil keren, kemarin dengan potongan rambut baru ala vokalis boyband Korea. "Potong di Kaizen Ekalos, bos", jawabnya. Koh Aphin masih Gen Y lah, baru 33 tahunan. Penampilannya selalu keren, walau bau ikan asin meruap sedemikian rupa di kiosnya. Penasaran kemarin saya tanya kenapa jaga kios ikan asin aja pakai baju keren. "Karena saya tiap hari pamit sama anak istri mau kerja bos. Dan orang kerja musti rapih kan",j

HIDUP MEMANG SEPENGGALAN GALAH SAJA

Ketika ketemu terakhir sekitar setahun lalu beliau hanya bilang ",Aku pengen punya anak perempuan , Bas". Dua anaknya sudah menjelang remaja, semua lelaki, dan rupanya beliau ingin melengkapi hidupnya. Badannya gagah, masih sangat gagah. Pangkat terakhirnya Kolonel hingga saat beliau tutup usia.. Dan memiliki anak perempuan yang lahir dua bulan lalu nampaknya adalah kebahagiaan paripurna dirinya. Dua tahun lalu, meyakinkan beliau untuk memiliki Program Asuransi untuk warisan dan Dana Pensiun susahnya setengah mati. Mungkin sebagai tentara, beliau merasa bakal hidup prima.  Istrinyapun kelihatan "tidak rela" suaminya menyisihkan uang untuk premi asuransi. Tapi beliau akhirnya memutuskan mengambil Program yang saya tawarkan, walau tak lama. Entah atas "bisikan" siapa, delapan bulan lalu, sang istri "keukeuh" ingin membatalkan program Asuransi yang dimiliki suaminya. Saya tak bisa lagi menahannya, dan polis asuransipun di

SMASH DAVIDSON IS BACK

Ya, setelah dipakai oleh Iyus, karyawan di kantor selama dua tahun, Smash Davidson, motor legendaris ikon dari Misterblek kembali pulang kandang. Iyus sudah bisa beli motor baru. Alhamdulillah. Ini motor sudah sebelas tahun umurnya. Setiap ada karyawan "kepercayaan" yang tak punya motor, Smash Davidson inilah yang selalu dibawa oleh mereka. Setidaknya sudah empat orang yang "bawa" motor ini. Jadi sebelas tahun umurnya, si Smash Davison ini ada kali sembilan tahun "merantau". Dan hari ini dia pulang. Dia pulang seperti membawa banyak sekali cerita. Dari catnya yang mulai pudar, lampu-lampunya yang mati, sampai kembangan bannya yang mulai mulus. Belum lagi BPKB nya yang kumel saking dulu sering keluar masuk "sekolahan". Ibaratnya, setelah sebelas tahun dia ini udah S-3. Dia saksi yang sebenar-benarnya bahwa kalau hidup mau sedikit keluar dari zona nyaman, mau sakit-sakit dikit, mentok sana sini, nggak gengsian dan b

SIAPKAN DANA PENDIDIKAN ANAK, BUAT APA?

"Mas, untuk dana pendidikan anak, saya mau nabung aja di bank. Nggak perlu lah investasi-investasian seperti yang mas tadi sampaikan", kata calon klien saya ini. Saya baru saja memaparkan program untuk dana pendidikan anaknya. Pada dasarnya program yang ditawarkan adalah Program Unit Link, yaitu program yag menggabungkan Asuransi (Proteksi) dengan Investasi. Dimana Investasinya mirip 99,9% dengan Reksa Dana (Mutual Fund). Bedanya, dalam Unit Link selain ada Uang Pertangg ungan, juga ada fitur WAIVER, yaitu fitur pembebasan premi serta program tabungan akan jalan terus bila pembayar meninggal dunia atau mengalami kondisi yang sangat memaksa tak bisa membayar premi lanjutan (cacat total tetap, misalnya). Bila rentang waktu "menabung" nya lama, instrumen investasi ala mutual fund di Unit Link ini bisa memberikan imbal hasil rata-rata di atas 20% per tahun. Apalagi bila diinvestasikan di instrumen yang progresif, saham/ekuitas misalnya. "

SURAT UNTUK ALIFA DAN DIVA

Hari ini, Senin yang malas 6 September 2021. Surat ini Bapak tulis di pelatihan Transphosis, pada September yang mulai basah oleh hujan lima tahun lalu. Sekarang kita berdua sedang berdebat di sebuah sudut Junus Straat Wageningen, dalam kedai kopi Columbus yang tua, bersahaja namun hangat. Aku bilang kopi Gayo lebih intens, dan kamu - Alifa Putri Anarghya - tak sepakat. Sebagaimana biasa, kamu bersikukuh pada pendapatmu sendiri, kopi Jamaika lebih intim dan wangi. Sementara adikmu, Divaprillia Putri seperti biasa sedang sibuk berdebat dengan mamahmu soal konsep Video Blog yang akan dia unggah minggu ini. Alifa dan Diva, saat menulis surat ini untuk kalian, Bapakmu hanyalah semacam ulat bulu di mata sebagian orang. Beberapa orang akan jijik takut terkena buluku yang gatal, dan takut daun yang mereka miliki akan habis kumakan. Tapi saat menulis surat ini pula, Bapak ingat tutur guru yang mengajar di sekolah pertanian dulu, seekor ulat kelak akan menjadi kempo

TADI MALAM KETEMU RATIMAN

Hujan belum lelah turun sedari siang, suaranya gemeretak menghantam atap seng warung Bubur tempatku "hang out" menunggu si bungsu selesai les tambahan. Aroma indomie rebus yang sedang dinikmati pria sebelah sangat menggoda. Kopi tubruk liong bulan di hadapan saya tinggal separo, indomie rebus di mangkoknya sudah tandas pula. Hujan masih deras, dan kami mengobrol begitu saja. "Ratiman",katanya mengenalkan diri. Dia sudah empat tahun tinggal di Bogor, mengontrak sebuah bilik di Jl. Malabar Ujung bersama (lebih pasnya bergantian) dengan seorang teman sekampungnya yang berjualan nasi goreng keliling. Dia menempati bilik itu malam hari, temannya tidur pada siang hari. Saat dia menyebut Jl. Malabar Ujung, ingatanku terlempar ke tahun 1990. Di kost-an sahabat saya Fikri Satriawan Fachrudin , tempatku menumpang sementara-kadang tidur beralas karton tebal bekas bungkus kulkas dulu saat kost ku di Bagunde habis masa sewanya. Foto Illustrasi, ini

DIPATUK ULAR KOBRA

Lama tak muncul, tak berkabar seorang anggota team BHR menitip kabar pada temannya -yang juga di BHR- bahwa dia memutuskan berhenti sebagai Financial Consultant di BHR. "Aku merasa ini bukan pekerjaan yang cocok buat aku, aku sudah berusaha menawarkan, menjual tapi setiap orang yang aku tawari menolak. Bahkan kadang mau bikin janji aja susah",katanya. Rekan saya ini dulu kariernya bagus, termasuk petinggi lah. Mau ketemu dia saja harus melewati setidaknya empat meja : satpam, resepsionis, sekretaris dan asisten. Susah. Janjian minimal harus seminggu sebelumnya, itu juga belum tentu bisa dapat waktu ketemu. Klien kalau dia yang telpon langsung "leleh" karena dia pasti hanya akan menelepon untuk masalah yang sangat penting. Setahun lalu dia memutuskan mengambil pensiun dini setelah perusahaan tempatnya bekerja diakusisi sebuah mogul bisnis dari mancanegara. "Mengubah kebiasaan dihubungi menjadi menghubungi ternyata sulit",imbu

DARI PRAMBANAN MEMBAWA CERITA

Ini foto mas Soleh, bersama asistennya. Sebut saja Solihun. Mereka bukan sedang membangun candi Prambanan, tapi memasang atap untuk calon "padepokan" di halaman belakang rumah saya. Saya menemukan mas Soleh lewat sebuah situs penyedia jasa. Sepuluh tahun lalu, mas Soleh merantau ke Jakarta dari Prambanan. "Nggak kebagian sawah pak",jawabnya saat ditanya kenapa merantau ke Jakarta. Bersama lima orang teman sekampungnya, mereka berpindah dari satu bedeng proyek ke bedeng proyek lain. Dari hanya kuli batu "biasa", mas Soleh naik pangkat jadi juru las. Empat tahun lalu, setelah upah jadi kuli yang dikumpulkannya cukup : mereka berenam membuat bengkel las. Menerima order membuat pagar, atap kanopi untuk garasi. Cukup waktu dua tahun, usaha itu bangkrut. Dua tahun, tiga kali bengkel digusur dan berkali-kali terendam banjir kali Pesanggrahan. Belum persaingan dengan bengkel las lain yang modalnya lebih besar. Ditambah orang mulai

HEBAT ITU SEDERHANA : JADI DIRI SENDIRI

Saya pikir rekan satu tim yang pernah ada dalam koordinasi saya di koran, masih bekerja di koran itu. "Sudah enam bulan saya nggak (kerja) disitu bos, ada perampingan",katanya kemarin. Dia selalu memanggil saya Bos, padahal nama saya Bas. Rekan saya ini laki-laki, jadi tak bisa disebut sebagai Mawar, sebut saja Kumbang. Umur kami sebaya. Oya, bagi yang belum tahu, umur saya 45 dengan semangat 25. Kumbang dulu Sales manager jagoan, tidak pernah tak mencapai target penjualan . Tapi sejak dulu dia memang paling sebal kalau diajak meeting, merancang paket-paket jualan. "Males mikir bikin-bikin gitu bos, pokoknya apa produknya saya jualin deh",itu kata-katanya dulu tiap diajak meeting. "Saya sudah dua bulan ini jualan bakso bos, tapi susah ya. Kemarin abis sakit seminggu, mungkin kecapekan. Tiap hari udah bangun jam 3, belanja, ngolah daging, bikin bakso dan dagang sampai jam 9 malam. Jualan juga masih sepi, sering banyak sisa",k

TUGAS KITA MENYALAKAN LILIN, BUKAN MEMBAKAR KANTOR

Bukan, bukan hendak menulis soal aksi tanggal 4 November kemarin. Saya tak punya kapasitas, pengetahuan saya terbatas. Mau disebut tak taat, sekuler...terserah saja. Label tak terlalu penting buat saya. Saya mau menulis hal lain, yang langsung atau tak langsung tekait dengan 411 kemarin dan keseharian kita. Semacam curhat soal media, dunia yang saya pernah tahu. Di beberapa grup whatsapp beredar ajakan, atau semacam "agitasi" untuk memboikot, menutup beberapa media yang dianggap tidak pro kelompok tertentu, tidak senafas. Saya pikir anda semua tahu media apa itu. Bahkan ada yang terangan copas sebuah pesan, ajakan untuk membakar kantor media-media itu. Mengerikan. Tahun 1994-1998 saya pernah bekerja di Republika. Sebuah koran yang digadang-gadang bisa menjadi "pembela" umat islam. Saat diluncurkan, pak BJ Habibie mendeklarasikan "Oplah Satu Juta Eksemplar". Dengan "potensi pasar" di atas 100 juta orang islam yang mam

JANGAN "BAPERAN"

"Membangun Personal Branding di Media Sosial".  AIA Premier Saya tak memperhatikan, hingga kemudian peserta ini mengacungkan tangan. Bertanya. "Pak, saya sebenernya pengen "berjualan" melalui media sosial. Tapi, setiap kali saya posting soal asuransi, jarang ada yang nge-like atau komen. Sekalinya ada yang komen, biasanya komen "nggak enak". "Begini pak,"Jawab saya. Jangankan di dunia maya, di dunia nyata saja kita tak bisa menyenangkan semua orang. Buat apa membuang energi untuk mengurusi orang yang tidak suka. Hidup jalan terus. Bilamana kita posting, ada kemungkinan postingan kita dibaca orang. Orang mungkin diam tak bereaksi, tapi mereka membaca. Mungkin sekarang mereka tak perlu, tapi nanti suatu saat bisa saja mengingat postingan dan kontak kita. Orang iri, tak suka, jadi haters kita : karena sebenarnya mereka sedang mengamati hidup kita dan kepengen...tapi tak bisa. Mereka sedang kecewa pada dirinya s

Empat Golongan Manusia

Kata Guru saya, ada empat golongan manusia. Golongan pertama, orang bekerja dengan Tujuan yang Jelas. Dengan ditambah doa, mungkin, hidupnya akan bahagia karena setidaknya dia tahu apa yang ingin dicapai dengan cara bagaimana. Golongan kedua, orang yang bekerja dengan Tujuan yang Jelas, tapi tujuan hidupnya terlalu rendah karena meremehkan kemampuan dirinya sendiri. Orang jenis ini selalu iri melihat keberhasilan orang lain. Dia melihat keberhasilan orang lain sebagai keberuntungan bukan hasil kerja keras. Bersama Teman Sekantor, Para Pendiri harian SINDO (2005) Golongan ketiga, orang yang bekerja dengan Tujuan yang Jelas, tapi tujuan hidupnya terlalu muluk-muluk. Bukan karena tak bisa diraih, tapi antara tujuan dengan usaha yang dilakukan tak seimbang. Maka hidupnya penuh berisi angan tak sampai. Golongan keempat, orang yang bekerja tanpa tujuan. Karena tak tahu arah yang mau dicapai, hidupnya hanya berisi memulai dari titik yang tidak selesai ke titik tak se

IKLAN : PELUANG KARIR di AIA FINANCIAL

AIA Financial membuka Peluang Karir baru.  Peluang ini terbuka dalam DUA program : 1. Regular FA  : Program ini diperuntukkan bagi "fresh graduate" atau memiliki pengalaman bekerja dibawah satu tahun.  Dalam program ini para ABBP-ers akan dididik menjadi calon Wealth Planners pada tahap mula. Lulusan program ABBP-ers -setelah didik selama satu tahun, ini akan diakselerasi menjadi Entrepreneur di bidang Wealth Planner yang tangguh serta memiliki income yang sama dengan rekan seangkatannya yang telah berkarir setidaknya 4-5 tahun di dunia kerja yang lain. Fasilitas yang diberikan selama pelatihan adalah : Kelas-kelas "Financial & Wealth Planning"serta  Dasar-dasar Investasi,  Allowance serta Komisi Penjualan dan peluang aneka insentif travelling bersama AIA. 2. FA Prime & FA Leader. Program ini diperuntukkan bagi kandidat yang sudah berpengalaman setidaknya 2 tahun di Industri Sales, Marketing atau Financial Services.  Di dalam program ini, kandid

JANGAN MELULU JADI PENUMPANG

Pak, besok aku diundang makan siang sama kang Bima (Walikota Bogor)",kata Alifa Putri Anarghya , si sulung, Kamis 29 September 2016. Dan kemarin (Jumat, 30/09/2016) dia duduk semeja, bersama 11 orang temannya pengurus OSIS dan MPK SMA 3 Bogor dengan kang Bima Arya-Walikota Bogor, mendapat apresiasi karena sukses menggelar e-voting pertama di kota Bogor. Saya sudah pernah tuliskan beberapa minggu lalu, dia dan beberapa temannya berinisiatif melakukan "cara baru" dalam pemilihan suksesor mereka, ketua OSIS dan MPK baru. Mereka ber-ide rada gila, bikin pemilu dengan cara e-voting. Entah dapat wangsit dari mana, sampai ketemu saja jalan hingga melibatkan KPUD kota Bogor yang memfasilitasi perangkat untuk e-voting. Sementara anak-anak di sekolahnya sibuk keluar masuk tempat les, dia justru bolak-balik rapat. "Enak pak rapat, seru ada konsumsinya terus. Enak-enak lagi",katanya. Saya bilang kok kamu Bapak banget, dulu aktif di Himpunan Mahas

CERITA KEMARIN MALAM

Belum sempat ganti baju sepulang dari kantor, kemarin malam, saya bergegas menuju parkiran Yogya Dept Store Jl. Sholeh Iskandar-Bogor. Dari rumah, diantar tukang ojek. Seorang sahabat yang sedang menunaikan ibadah haji mengabarkan suaminya sakit dalam perjalanan pulang dari kampus IPB ke Jakarta. Tiba-tiba menggigil berat dan bagian badan sebelah kiri mati rasa. Kontak terakhir sahabat kami in i dengan suaminya melalui watsapp hanya berbunyi ",Mi (mungkin maksudnya Ummi atau Mami), aku sakit, kaki kiri mati rasa. Sekarang istirahat dalam mobil di parkiran Yogya". Selanjutnya suaminya tak lagi bisa dihubungi. Dalam panik, dari Madinah, dia minta bantuan kami mencari sang suami. Berbekal nomor polisi mobil yang diberikan, ketemulah saya dengan suami sahabat ini, meringkuk di depan stir seperti kedinginan dengan demam tinggi. Bergegas saya evakuasi ke UGD RS Islam Bogor tak jauh dari situ. Alhamdulillah, pasangan suami istri -sahabat kami ini- memi

KAYA TAPI TULALIT

"Maaf, belum bisa order pak. Kami baru buka setengah jam lagi", Kata mbak Barista dengan manis. Hingga tiba-tiba seorang ibu setengah baya, dengan -sepertinya- anaknya perempuan berseragam SMP memaksa masuk, duduk dan bersungut bilang ke mbak Barista yang barusan",Lain kali belajar dong, konsumen adalah raja. Mosok jam segini belum buka. Saya kan mau jajan di sini bayar ". Mbak baristanya dia m saja, saya memilih menyingkir. Mendadak mulas. Anak beranak itu duduk di kursi tepat di belakang saya. Tak sengaja terdengar mereka ngobrol. "Ma, temanku si Anu baru aja pulang jalan dari Korea, si Ani kemarin upload-in foto-fotonya ke Bromo ke Path. Kapan kita jalan-jalan, Ma",kata si anak merajuk. "Nak, mamahmu ini paling anti jalan-jalan. Buang-buang uang, lagian mamah suka mabok kalau naik pesawat. Mending uangnya ditabung, buat beli apartemen atau mobil lagi",kata ibunya sambil nunduk melototin gawai. "Kalau gitu

Namanya RUDI ...

Profilnya cukup kondang sekitar lima tahun lalu. Majalah atau suratkabar mana yang tidak memuat sosok gagahnya, dengan jas dan dasi, menerima berbagai penghargaan atas prestasi yang cukup moncer dalam bidang pemasaran. Lima belas tahun dia berkarir di perusahaan hebat itu, dan kirinya melesat cepat. Sebut saja, sahabat saya ini, namanya Rudi. Kem arin sore sosoknya kelihatan jauh berbeda dengan penampilannya di media beberapa tahun silam. Kurus, dengan muka tirus pucat pasi : menghapus semua kesan sukses yang melekat di parasnya. Dia terbaring sakit. Kata sang istri, Rudi menderita sering sakit setelah berbagai usaha yang dijalaninya gagal, dan membawa ke jurang kebangkrutan. Dalam sakitnya, Rudi masih sering bangga dengan prestasi masa lalunya, dan itu yang memperparah keaadannya. Rudi adalah sosok berprestasi di perusahaannya, dulu. Beberapa peluncuran produk baru yang ditanganinya hampir selalu sukses. Dia organisatoris yang baik, jangkauan "kuasanya&q

NASEHAT dari STEVE JOBS

For the past 33 years, I have looked in the mirror every morning and asked myself: "If today were the last day of my life : Would I want to do what I am about to do today?". And whenever the answer has been "NO" for too many days in a row, I know I need change something - Steve Jobs.

BERKEKURANGAN ATAU BERKELEBIHAN ?

"Mengko kowe sekolah sing dhuwur yo le, tapi ojo mung nggo ngoyak misuwur", pesan almarhum Bapak dulu, saat aku lulus SD Wonodri, sekolah depan pabrik kacang. Kira-kira terjemahannya begini : Nanti (kalau sudah besar/dewasa) bersekolahlah setinggi mungkin, tapi bukan karena ingin mengejar ketenaran. Cita-citaku sejak dulu adalah mengajar dan menulis. Tentu, profesi ini lebih dekat ke profesi guru atau dosen yang perlu sekolah setinggi mungkin. Tapi, lulus S-1 dari IPB hanya dengan nilai "dua koma alhamdulillah lulus" tentu agak musykil melanjutkan S-S selanjutnya. Biaya gak ada pula. Mundur dari cita-cita mengajar dan menulis? Dulu mentor saya pernah bertanya, bila kamu berkemah di sebuah hutan, saat akan menjerang air di malam hari gelap pekat, ternyata kamu dapati kayu bakar yang akan dipakai menjerang air kurang. Apa yang akan kamu lakukan ? Tentu dengan polos (aku kira kebanyakan orang akan berfikir yang sama) kujawab : masuk hutan, car

Hanya 12% yang Seberuntung Ibu Saya

"Alhamdulillah Dik, Ibu kemarin sudah salurkan santunan untuk anak yatim dari titipan kalian dan hasil bikin pesanan kue", kata Ibu saya dalam pesan pendek via whatsapp kemarin sore. Ibu saya (sebelah kiri) biasa memanggil saya Didik. Sepeninggal almarhum Bapak tahun 2006, beliau memilih tinggal sendiri di Semarang bersama Ma'e. Ma'e adalah orang yang ikut mengasuh kami (saya dan 3 adik, lelaki semua) sejak kecil. Dalam foto ini, Ma'e ada di sebelah kanan. Ibu kini berusia 67 tahun dan hidup sebagai pensiunan yang bahagia. Sudah menunaikan ibadah haji, mandiri secara ekonomi. Bapak meninggalkan pada kami sebuah rumah sederhana di Semarang, sebuah motor (yang belakangan dijual karena menuh-menuhin ruang tamu dan tak ada diantara kami yang mau membawa motor itu) dan sejumlah tabungan. Semua untuk Ibu, karena -alhamdulillah- kami semua sudah cukup mandiri secara ekonomi, cukupan, tak mau mengutak-utik tabungan Bapak. Almarhum Bapak tak meni

RUBEN GONZALES : JANGAN CEMEN

"Karena olahraga ini sulit. Sembilan dari sepuluh orang yang datang berlatih pasti berhenti di tengah jalan. Menyerah", Kata Ruben Gonzales pada wartawan Sport Illustrated yang mewawancarainya, saat ditanya mengapa dia memilih olahraga Luge. Ruben Gonzales adalah orang Amerika Latin, tepatnya Argentina, yang meraih medali emas pada cabang olahraga LUGE pada Olympiade musim dingin 1988 di Calgary Kanada. Bahkan dia masih menjadi juara pada tiga Olympiade berikutnya : Albertsville 1992, Salt Lake City 2002, dan Torino Winter Olympics 2006. Luge adalah olahraga beresiko tinggi, hanya bisa diadakan di negara empat musim, bersalju. Ini adalah kereta yang ditumpangi satu atau dua atlet, di lintasan es keras sepanjang hingga 1000 meter dengan kecepatan mencapai 135 kilometer per jam. Saat memutuskan memilih Luge sebagai olahraga yang akan ditekuninya, Ruben hanya berfikir : saya harus menjadi juara di sebuah olympiade. Ruben remaja di depan tivi tak henti m

SEPULUH TAHUN ATAU SEUMUR HIDUP?

Terimakasih pada klien sekaligus sahabat saya  Iqbal Mukmin  yang mau berbagi cerita ini di wall-nya. Sekali lagi, ini kisah pahit seorang nasabah asuransi (maaf, sangaja saya blur nama pemilik cerita serta perusahaan asuransinya).  Saya pernah menulis tentang hal serupa yang pernah terjadi dalam artikel saya :  http://investorpintar.com/artikel/asuransi-bukan-tabungan Namun, kisah ibu nasabah (yang saya capture ini) agak berbeda. Dan saya ingin mengupas, agar anda semua tak "kejeblos" di lubang yang sama. Sekaligus menjawab pertanyaan beberapa teman. Patut diduga produk yang dibeli oleh ibu Nasabah ini adalah produk UNIT LINK, yaitu produk asuransi yang "menggabungkan" fitur asuransi/proteksi dengan investasi. Dan pada kasus di bawah, oknum agen memanfaatkan ketidaktahuan nasabah -terutama- soal fitur investasi dan biaya-biaya asuransi. Sebagaimana yang saya tulis di artikel dalam link di atas, Asuransi bukanlah tabungan, walaupun itu

BERBEDA ITU KEREN

Saya sedang serius mengetik proposal akusisi sebuah koran untuk teman saya  Ichsan Styadi , tak memperhatikan anak sulung saya  Alifa Putri Anarghya duduk di samping sambil mengunyah pizza hadiah dari adiknya. "Lagi ngapain pak?",Tanyanya. "Oh ini, ada teman Bapak mau menawarkan koran yang dikelolanya ke investor, ini koran umurnya hampir sama dengan umur Bapak, dan mau dijual ke investor baru. Bapak cuma bantu bikinin proposalnya saja",Jawab saya sambil tetap menatap Laptop. "Kenapa nggak bapak aja yang beli",tanyanya lagi sambil senyam-senyum mengunyah pizza. "Kalaupun ada duitnya, mendingan duit ya buat beli pizza, Nak. Bisa dapat sama toko-tokonya, daripada buat beli (perusahaan) koran. Sepuluh tahun lalu Bapak sudah putusin keluar dari dunia media cetak kan... dan nggak mau balik lagi",Kata saya., "Emangnya koran sudah nggak cocok lagi ya pak buat Bapak",Tanyanya lagi. Ini anak kalau sudah tanya udah mirip emaknya, nyer

PAK R MEMBELI AMNESTI

"Lalu tahapan apa yang bisa saya lakukan supaya saya bisa berpartisipasi dalam program Tax Amnesty, pak?" Demikian tanya pak R dan istrinya di perempat akhir diskusi kami kemarin di Rumahnya, di sebuah kompleks perumahan Elit di Bogor. Pak R adalah pegawai negeri dan istrinya seorang ibu rumah tangga yang ikut menopang suaminya dengan bekerja keras sebagai pengusaha, membuat sari apel. Pak R adalah contoh seorang pegawai negeri yang sukses mengelola uangnya dengan -kata orang jawa- "gemi", cermat. Dia bercerita bagaimana setiap kali ditugaskan ke daerah-daerah dia berusaha sangat berhemat, agar ada sisa Uang Perjalanan Dinas yang bisa dibawanya ke rumah. Istrinya tak kalah gesit, uang yang diberikan suaminya dikelolanya, dijadikan modal usaha yang selain bisa mencukupi kebutuhan keluarga, juga menghidupi banyak karyawan. Kemarin sore yang "sumuk" karena hujan menjelang turun, kami bertemu dan berdiskusi soal Tax Amnesty. "Seb