"Karena olahraga ini sulit. Sembilan dari sepuluh orang yang datang
berlatih pasti berhenti di tengah jalan. Menyerah", Kata Ruben
Gonzales pada wartawan Sport Illustrated yang mewawancarainya, saat
ditanya mengapa dia memilih olahraga Luge.
Ruben Gonzales adalah orang Amerika Latin, tepatnya Argentina, yang meraih medali emas pada cabang olahraga LUGE pada Olympiade musim dingin 1988 di Calgary Kanada. Bahkan dia masih menjadi juara pada tiga Olympiade berikutnya : Albertsville 1992, Salt Lake City 2002, dan Torino Winter Olympics 2006.
Luge adalah olahraga beresiko tinggi, hanya bisa diadakan di negara empat musim, bersalju. Ini adalah kereta yang ditumpangi satu atau dua atlet, di lintasan es keras sepanjang hingga 1000 meter dengan kecepatan mencapai 135 kilometer per jam.
Saat memutuskan memilih Luge sebagai olahraga yang akan ditekuninya, Ruben hanya berfikir : saya harus menjadi juara di sebuah olympiade. Ruben remaja di depan tivi tak henti menatap aksi Scott Hamilton yang berbadan tipis, jauh dari kesan atletis mengangkat medali emas di depan dadanya setelah sukses memenangi cabang Figure Skating dalam Olympiade musim dingin 1984 di Sarajevo. "Kalau orang sekecil saja dia (Hamilton) saja bisa jadi pemenang, maka saya pun pasti bisa ", batin Ruben.
Maka sejak itu dia berlatih semua cabang olah raga yang dipertandingkan di Olympiade, seperti orang gila. Teman-teman sekolah menjulukinya Bulldog, yang artinya tak gampang menyerah. Semua dilakukannya sambil membuka mata (dan hatinya lebar-lebar), hingga Tuhan menuntunnya pada olahraga Luge. Sebuah olahraga yang (sangat) berbahaya, yang banyak atlit justru menghindarinya.
Dari buku yang dibacanya, dia harus belajar di sebuah tempat di New York bernama Lake Placid. Dia dua kali ditertawakan saat menelepon untuk mendaftar ke Lake Placid.
Pertama, karena dia orang Amerika Latin. Tak ada dalam sejarah seorang
Amerika Latin yang negerinya tak brsalju menjadi juara olahraga musim
dingin, apalagi Luge.
Kedua, usianya sudah 21 tahun. Sudah terlalu tua untuk memulai Luge. Umumnya, atlit Luge yang masuk Lake Placid melewati masa Latihan sejak usia 10 tahunan.
Tapi -untungnya- Ruben "Nggak Cemen". Dia hanya bilang pada calon pelatihnya ",Tak peduli betapa sulitnya, tak peduli bagaimana hasilnya, saya harus terus melakukannya". Beratus-ratus sesi latihan dijalaninya, sementara empatbelas atlet yang sudah belajar lebih dulu darinya satu demi satu berguguran. Tulang-tulang mereka patah.
Tulang Ruben juga patah-patah, hanya bedanya dia tak menyerah. Dan akhirnya dia mewujudkan mimpinya menjadi juara dunia.
Ruben mundur dari Luge pada Olympiade Musim Dingin 2010 setelah nyawa salah satu atlet Luge terenggut saat bertanding. Kini Ruben menetap di Amerika. Dia menulis setidaknya empat buku, serta berbicara di banyak negara untuk berbicara bahwa : jika tekad anda kuat, tak ada yang tak mungkin.
Kata-katanya yang selalu saya ingat : You will never achieve anything great in life unless you dare to believe that something inside you is bigger than the circumstances you face.
Kamu tak akan meraih pencapaian hebat dalam hidup, jika kamu masih saja minder, tak pede untuk mempercayai bahwa ada "sesuatu dalam diri kita " yang jauh lebih hebat daripada keadaan sulit atau keterbatasan yang kamu hadapi.
Ruben bener, dia hanya mau bilang : Jangan Cemen
Ruben Gonzales adalah orang Amerika Latin, tepatnya Argentina, yang meraih medali emas pada cabang olahraga LUGE pada Olympiade musim dingin 1988 di Calgary Kanada. Bahkan dia masih menjadi juara pada tiga Olympiade berikutnya : Albertsville 1992, Salt Lake City 2002, dan Torino Winter Olympics 2006.
Luge adalah olahraga beresiko tinggi, hanya bisa diadakan di negara empat musim, bersalju. Ini adalah kereta yang ditumpangi satu atau dua atlet, di lintasan es keras sepanjang hingga 1000 meter dengan kecepatan mencapai 135 kilometer per jam.
Saat memutuskan memilih Luge sebagai olahraga yang akan ditekuninya, Ruben hanya berfikir : saya harus menjadi juara di sebuah olympiade. Ruben remaja di depan tivi tak henti menatap aksi Scott Hamilton yang berbadan tipis, jauh dari kesan atletis mengangkat medali emas di depan dadanya setelah sukses memenangi cabang Figure Skating dalam Olympiade musim dingin 1984 di Sarajevo. "Kalau orang sekecil saja dia (Hamilton) saja bisa jadi pemenang, maka saya pun pasti bisa ", batin Ruben.
Maka sejak itu dia berlatih semua cabang olah raga yang dipertandingkan di Olympiade, seperti orang gila. Teman-teman sekolah menjulukinya Bulldog, yang artinya tak gampang menyerah. Semua dilakukannya sambil membuka mata (dan hatinya lebar-lebar), hingga Tuhan menuntunnya pada olahraga Luge. Sebuah olahraga yang (sangat) berbahaya, yang banyak atlit justru menghindarinya.
Dari buku yang dibacanya, dia harus belajar di sebuah tempat di New York bernama Lake Placid. Dia dua kali ditertawakan saat menelepon untuk mendaftar ke Lake Placid.

Kedua, usianya sudah 21 tahun. Sudah terlalu tua untuk memulai Luge. Umumnya, atlit Luge yang masuk Lake Placid melewati masa Latihan sejak usia 10 tahunan.
Tapi -untungnya- Ruben "Nggak Cemen". Dia hanya bilang pada calon pelatihnya ",Tak peduli betapa sulitnya, tak peduli bagaimana hasilnya, saya harus terus melakukannya". Beratus-ratus sesi latihan dijalaninya, sementara empatbelas atlet yang sudah belajar lebih dulu darinya satu demi satu berguguran. Tulang-tulang mereka patah.
Tulang Ruben juga patah-patah, hanya bedanya dia tak menyerah. Dan akhirnya dia mewujudkan mimpinya menjadi juara dunia.
Ruben mundur dari Luge pada Olympiade Musim Dingin 2010 setelah nyawa salah satu atlet Luge terenggut saat bertanding. Kini Ruben menetap di Amerika. Dia menulis setidaknya empat buku, serta berbicara di banyak negara untuk berbicara bahwa : jika tekad anda kuat, tak ada yang tak mungkin.
Kata-katanya yang selalu saya ingat : You will never achieve anything great in life unless you dare to believe that something inside you is bigger than the circumstances you face.
Kamu tak akan meraih pencapaian hebat dalam hidup, jika kamu masih saja minder, tak pede untuk mempercayai bahwa ada "sesuatu dalam diri kita " yang jauh lebih hebat daripada keadaan sulit atau keterbatasan yang kamu hadapi.
Ruben bener, dia hanya mau bilang : Jangan Cemen
Comments
Post a Comment