Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2016

BERBEDA ITU KEREN

Saya sedang serius mengetik proposal akusisi sebuah koran untuk teman saya  Ichsan Styadi , tak memperhatikan anak sulung saya  Alifa Putri Anarghya duduk di samping sambil mengunyah pizza hadiah dari adiknya. "Lagi ngapain pak?",Tanyanya. "Oh ini, ada teman Bapak mau menawarkan koran yang dikelolanya ke investor, ini koran umurnya hampir sama dengan umur Bapak, dan mau dijual ke investor baru. Bapak cuma bantu bikinin proposalnya saja",Jawab saya sambil tetap menatap Laptop. "Kenapa nggak bapak aja yang beli",tanyanya lagi sambil senyam-senyum mengunyah pizza. "Kalaupun ada duitnya, mendingan duit ya buat beli pizza, Nak. Bisa dapat sama toko-tokonya, daripada buat beli (perusahaan) koran. Sepuluh tahun lalu Bapak sudah putusin keluar dari dunia media cetak kan... dan nggak mau balik lagi",Kata saya., "Emangnya koran sudah nggak cocok lagi ya pak buat Bapak",Tanyanya lagi. Ini anak kalau sudah tanya udah mirip emaknya, nyer

PAK R MEMBELI AMNESTI

"Lalu tahapan apa yang bisa saya lakukan supaya saya bisa berpartisipasi dalam program Tax Amnesty, pak?" Demikian tanya pak R dan istrinya di perempat akhir diskusi kami kemarin di Rumahnya, di sebuah kompleks perumahan Elit di Bogor. Pak R adalah pegawai negeri dan istrinya seorang ibu rumah tangga yang ikut menopang suaminya dengan bekerja keras sebagai pengusaha, membuat sari apel. Pak R adalah contoh seorang pegawai negeri yang sukses mengelola uangnya dengan -kata orang jawa- "gemi", cermat. Dia bercerita bagaimana setiap kali ditugaskan ke daerah-daerah dia berusaha sangat berhemat, agar ada sisa Uang Perjalanan Dinas yang bisa dibawanya ke rumah. Istrinya tak kalah gesit, uang yang diberikan suaminya dikelolanya, dijadikan modal usaha yang selain bisa mencukupi kebutuhan keluarga, juga menghidupi banyak karyawan. Kemarin sore yang "sumuk" karena hujan menjelang turun, kami bertemu dan berdiskusi soal Tax Amnesty. "Seb

HIDUP DI FASE KETIGA

"Sewaktu dulu jadi karyawan, saya pengen jadi "orang merdeka", jadi pengusaha. Setelah lulus jadi karyawan, kemudian menjadi orang merdeka... Semua yang dulu s aya bayangkan ingin lakukan, sudah hampir semua "kelakon" (terlaksana). Sekarang ini adalah saatnya menjalani fase ketiga dari hidup : paska merdeka. Menjadi air yang tak hanya mengalir, tapi juga mengairi", Demikian petuahnya sesaat sebelum foto ini diambil. Maka di fase ketiga hidupnya itu lahir dari tangan dinginnya http://tirto.id/ Tirto adalah air, mengejawantahkan filosofinya : mengalir dan mengairi. Orang di sebelahku ini adalah mentor jarah jauhku, sejauh ini kami ketemu disengaja paling pol setahun sekali pas halal bihalal begini. Mas Sapto Bino adalah tokoh intelektual di belakang berdirinya Detik.com bersama mentor saya satu lagi : mas Budiono Darsono. Selepas Detik.com dibeli oleh CT Corp dengan nilai transaksi "fantastis", dia memilih undur diri

SYUKUR MAS KARYO ...

Ini kali saya mau cerita tentang mas Karyo. Tokoh asli, dengan nama samaran. Mas Karyo hobinya main burung (tolong ya, bukan "main burung"). Setiap pagi sebelum tidak melakukan apa-apa di siang hari, maklum kerja serabutan- dia mulai mainin burungnya. Ada yang dimandiin, dijemur, dan dikerek di tiang. Selepas mainin burungnya, di berbaring di bale-bale bambu depan rumah. Kedengaran dari ruang tamu tetangga sebelah, tiap kali istinya mau ketemu tukang sayur mereka selalu berdebat. "Sekali-kali lauknya goreng ayam kenapa, lauknya tempe melulu", Itu kata mas Karyo pada istrinya. "Beli ayam juga pakai duit kaleeeeee... Emang situ ngasih duit",,balas istrinya sengit. Mas Karyo cuek, menyulut rokok dan tiduran di bale-bale bambu. Suatu kali, bang Samiun yang tinggal selisih dua rumah arah tenggara kampung, lewat depan rumah bang Samiun. Ditegornya mas Karyo yang lagi santai kayak di pantai. Neyrupujt kopi item sama nyedot asap roko

SYAHRINI KW DAN WANITA BER-CHANNEL ORI

Lalu saya menyorotkan ke dinding lewat infocus, file PDF UU no 1 tahun 1974. Dengan cepat, ibu-ibu peserta acara sharing kemarin langsung mengeluarkan suara seperti dengung lebah. Kasak-kusuk antara mereka. "Ini adalah pasal 3 Undang-undang Perkawinan",kata saya. "Undang-Undang membuka peluang seorang suami memiliki lebih dari satu istri",lanjut saya yang langsung disambung teriakan peserta : huuuuu... "Ini belum selesai",kata saya. Lalu saya sorotkan ke dinding, pasal 35 Undang-Undang yang sama, tentang Harta dalam Perkawinan. Tercantum disitu, bahwa harta yang dimiliki sebelum pernikahan adalah harta masing-masing, harta yang terjadi setelah pernikahan adalah harta bersama. "Hubungannya apa pak", tanya seorang ibu berjilbab pink penasaran. Harta bersama yang tadinya dimiliki berdua, saat suami meninggal dunia, tidak lagi menjadi harta bersama yang 100% kepemilikannya hak istri. Harta tersebut akan menjadi harta waris