Skip to main content

Posts

Showing posts from July, 2020

NANGIS MUMBAI

Saya ceritakan kisah nyata ini tanpa harus membuka asal muasalnya darimana, anggap saja itu rahasia di antara kita. Sebut saja namanya Kumbang, istrinya namanya Mawar. Mawar bahagia bisa menikah dengan Kumbang, demikian juga sebaliknya, walau usia mereka terpaut cukup jauh : 22 tahun. Mawar adalah wanita kedua yang dinikahi Kumbang, setelah dia bercerai dengan Melati, istrinya terdahulu. Kita semua tahu, Mawar dan Melati semuanya indah. Dari pernikahan terdahulu, Kumbang memiliki dua orang anak. Bersama Mawar, dalam lima tahun usia perkawinan, mereka memiliki tiga orang anak yang lucu-lucu. Suatu kali datanglah seorang agen asuransi menemui Kumbang. Mawar tak mau ikut menemui, hanya nguping dari dalam kamar. "Milikilah manfaat asuransi ini sebagai solusi untuk perencanaan waris anda, pak Kumbang. Ini akan menjadi "penambal" biaya penyelesaian waris dan tambahan manfaat (waris) untuk istri anda", Kata si agen asuransi yang dari cara "fact finding" secangg

INI BUDI. INI WATI

Ini Budi. Ini Wati. Budi dan Wati memiliki pilihan dalam hidupnya : A. Budi dan Wati kaya raya tak alang kepalang. Hasil dari portfolio investasi mereka triliunan rupiah per bulan, maklum mereka punya mesin uang ajaib yang mampu menghasilkan pengembangan return investasi 60% per bulan tanpa kerja, tanpa risiko sama sekali. Kalau sakit, mereka tinggal minta mesin uangnya bekerja untuk menutup biaya tagihan Rumah Sakit. Budi dan Wati tak memerlukan asuransi kesehatan. B. Budi dan Wati memiliki banyak teman di grup watsap yang mudah merasa iba, solider dan terketuk hatinya bila mendengar Budi dan Wati membagi informasi saat mereka sakit. Teman-teman itu selalu sigap mengirim uang untuk membayar biaya Rumah sakit, berapapun tagihannya. Teman "As A Charge" lah pokoknya. Budi dan Wati tidak memerlukan Asuransi Kesehatan. C. Budi dan Wati memiliki kesadaran bahwa penghasilan mereka terbatas dan ada kehidupan yang mereka harus nikmati. Mereka hanya mampu menyisihkan maksimal 10% da

NETIJEN JULID

Baru saja menonton Podcast Deddy Corbuzier dengan Edho Zell, dan menarik. Edho Zell menyoroti fenomena berbondong-bondongnya orang ke Youtube, dengan tujuan mendapatkan income (dari monetisasi). Dimana itu ya tidak salah. Tapi Edho mengingatkan bahwa, kalau mau masuk Youtube sekarang, hanya untuk monetisasi : terlambat. "Jadilah Kreator Konten dan Influencer, jangan (hanya) jadi Yutuber, selebgram atau Tik Toker", Sarannya. Konten Kreator harus siap masuk ke multi platform, selalu menjadi pioner untuk platform-platorm sosial media baru. Namun ada catatan, tambahnya. Seorang konten kreator yang baik, adalah konten kreator yang memiliki "standar kualitas" pada konten yang dibuatnya... mau dimuat di manapun platformnya. Saya merasa cocok dengan pendapat itu. Saya menulis di Facebook sejak lebih dari 10 tahun lalu. Menulis dalam arti yang sebenarnya, (berusaha) ada isinya. Tidak sekedar pamer foto selfie, atau berbagi curhat, tulisan receh untuk "caper" alia

AIB YANG DISEMBUNYIKAN

Setelah minggu lalu saya menulis tentang sengketa waris, saat seorang ibu yang sudah berusia 70-an tahun digugat tiga anak lelakinya di Sumatera Utara karena dianggap menjual tanah warisan tanpa sepengetahuan anak-anaknya sebagai ahli waris; kasus yang sama muncul di Sumatera Selatan. Nenek Damina, 78 tahun, digugat oleh empat anak perempuannya. Kasus ini berawal dari proses Hibah yang diduga tak memenuhi kaidah Hukum waris, sehingga memicu sengketa. "Apakah ini tanda akhir zaman?", Tanya Nenek Damina. Entahlah. Tapi yang jelas, semua ini terjadi karena rendahnya literasi Hukum waris di negeri +62 ini. Tak dimilikinya Strategi Perencanaan Waris mengakibatkan pembagian tertunda dan akhirnya menjadi sengketa. Dan sengketa itu disimpan sebagai Aib yang disembunyikan. Apa biasanya penyebab pembagian waris tertunda? Salah satunya karena pembagian waris perlu biaya (dan biayanya bisa besar sekali). Maka, saya tak pernah capek bilang : Milikilah manfaat Asuransi Jiwa sebagai Solus

PANTAT PANCI

Sejak mulai menyukai Kerja Dari Rumah, seperti cerita saya kemarin soal buku, karena banyak waktu tak terbuang : saya suka mencari-cari aneka macam tutorial di Yutub. Dari Tutorial editing (sampai jadi channel Yutub) sampai tutorial membersiahkan pantat panci yang gosong mengerak karena karbonnya lama tak dibersihkan. Diam-diam tanpa sepengetahuan istri (niatnya mau menyenangkan hati dia) saya beli bahan-bahan untuk membersihkan, mengilatkan pantat panci yang kami miliki agar kinclong seperti baru. Di tutorial yang diajarkan di Yutub, beberapa teknik yang diajarkan antara lain menggunakan asam sitrat dan cuka, ada pula yang menggunakan soda kue. Saya coba semua setelah saya catat dan hafalkan caranya. Tiga hari saya berkutat di dapur, sampai istri saya marah-marah karena dapur bau kecut akibat cuka. Setelah digosok sampai badan berkeringat (barangkali itu juga yang bikin dapur jadi makin bau kecut), percobaan pakai asam sitrat dan cuka berakhir gagal total. Demikian juga pakai soda k

MAU NAMBAH WARUNG

Masih suka melihat ada yang teman yang "kritis" banget mempersoalkan hutang luar negeri, atau hutang kita ke luar negeri? Baiklah saya mau cerita sedikit. Saya jualan kopi. Ada keinginan saya memperbesar usaha, katakan menambah jumlah outlet. Karena dengan menambah outlet, maka saya berpotensi menambah perputaran uang usaha (otomatis dampak ekonomi nambah) juga nambah karyawan... alias mengurangi pengangguran. Tapi saya tak memiliki cukup uang atau modal untuk membangun -misalnya- 10 outlet sekaligus. Karena membangun 10 outlet langsung, dibandingkan dengan membangun 1 outlet kerepotannya sama tapi biaya per unitnya bisa lebih murah (karena borongan). Saya harus cari uang dari luar perputaran usaha saya. Cara cari uangnya bisa dalam bentuk : jual (saham) kepemilikan, jual surat hutang atau pinjam ke pihak lain. Jual saham, artinya mengurangi "kekuatan" saya mengatur usaha. Apalagi kalau ketemu pemodal besar yang siap ambil porsi besar. Saya belum siap. M

REZEKI ITU MISTERI

Bagi yang sudah berteman lama dengan kami di fesbuk pasti sudah bisa membaca pola, bahwa setahun sekali (atas biaya sendiri) kami pasti travelling keluar Indonesia. Dan itu hampir pasti kami lakukan setelah pertengahan Januari. Kenapa? Karena setiap tanggal 10 Januari kami menerima bonus tahunan dari perusahaan Asuransi tempat kami bekerjasama. Bonus yang jumlahnya cukup besar untuk ukuran kami. Sebagai orang yang memegang prinsip "Lebih baik kelihatan tak punya apa-apa-tapi bisa ngapa-ngapain, ketimbang kelihatan segala punya-namun tak bisa ngapa-ngapain" maka alih-alih bonus dipakai buat beli ini-itu, uang bonus itu kami pakai buat jalan-jalan : membeli pengalaman. (Lihat video di channel Youtube Basri Adhi : Punya Uang, Habiskan!). Tahun 2020 memang kami merencanakan pergi umroh sekeluarga. Tentu selain atas pertimbangan biaya (yang kami tutup dari bonus yang jatuh di pertengahan Januari), juga atas pertimbangan Diva -anak kedua saya- baru selesai Ujian akhir Sekolah bul

PENCARIAN sebelum PENCAIRAN

Inilah yang dalam materi kelas Perencanaan Waris saya sebut "Ada PENCARIAN sebelum PENCAIRAN". Bapak dan Ibu punya rekening di bank (bahkan rekeningnya Joint Account) tetap tak bisa dicairkan oleh pasangan yang masih hidup tanpa ada Surat Keterangan Waris, Akta Waris hingga Surat Penetapan Waris. Mau balik nama tanah dan bangunan warisan, juga sama. Mengurus saham, reksadana atau portfolio lain? Idem Dito. Proses pencarian itu bisa lama atau lama banget tergantung banyak hal (diantaranya birokrasi, seperti surat pembaca ini). Nah, ada instrumen yang selama ini tidak dilirik, justru tidak melewati proses Pencarian itu. Dia langsung cair, ketika seseorang yang sempat bikin perjanjian semasa hidupnya : meninggal dunia. Tidak perlu Pencarian sebelum Pencairan. Perjanjian itu bernama Polis Asuransi Jiwa. Itu adalah Solusi Perencanaan Waris. Karena asuransi jiwa tak sekedar bicara sakit dan mati belaka... Bagi yang sudah meninggal, urusan harta yang dia tak bisa bawa

LEBAH dan BUNGA

Baru saja di National Geographics. Saya tak pernah belajar soal ilmu ke-serangga-an, terperangah mendengar cerita Mark "doctorbugs" Moffets, bahwa tenyata bukanlah lebah yang memilih bunga yang ingin disinggahinya hingga nanti menjadi madu. Ternyata sebaliknya, bunga-bunga tertentu memilih lebah jenis apa yang boleh singgah mengambil serbuk sarinya. Bunga mengirim sinyal untuk lebah yang dipilihnya. Saya mulai berfikir, sepertinya rezeki kita juga begitu. Kita merasa sudah bekerja keras, hebat dan patriotik : tapi hidup seperti tak berubah, begitu-begitu saja. Mungkin rezeki itu seperti bunga, dia hanya mengirim sinyal buat orang tertentu yang memang diberi jalan untuk menemukannya. Hanya saja, manusia tak mau gigih seperti lebah mencari sinyal rezeki - kebanyakan kita tak mau menemukan sinyal itu karena mungkin gengsi, malu, gampang nyaman, atau selalu "berfikir negatif". Lebah tak menemukan kesia-siaan karena dia belajar. Belajar menemukan sinyal yang dipancarka

CONTROL the CONTROLABLE

Tiga puluh tahun lalu (1990-1993) di sinilah tempat saya "melarikan diri" dari kamar kos yang sempit dan panas saat siang hari. AC nya dingin dan bukunya banyak (sekali). Inilah surga dunia. Sejak itu saya selalu memimpikan punya perpustakaan sendiri. Hari ini saya datang bersama adik kelas, yang teman satu angkatannya saya opspek di danau LSI dekat perpustakaan ini. Kami mengantar anak survey lokasi ujian masuk Perguruan Tinggi. Dulu, uang SPP kami Rp 125ribu per semester. Kini uang kuliah mereka (di PTN) sekitar Rp6-8 juta per semester. Itulah Inflasi. Dulu, kami tak perlu susah payah berjuang ikut ujian masuk, karena jalur penerimaan tanpa tes hanya berbekal nilai rapor. Sejak tahun ini selain nilai rapor, pemerintah mengutamakan anak dari keluarga tak mampu untuk diterima. Itulah Kompetisi. Dulu, tak perlu ada jalur-jalur mandiri untuk masuk perguruan tinggi negeri. Sekarang boleh ikut seleksi masuk jalur mandiri, tapi harus siap minimal Rp25 - 80 jutaan untuk uang pang

EKOSISTEM

Kemarin malam, menjelang tidur saya menonton podcast Deddy Corbuzier dengan Jeffry Jouw (Jejouw) di Yutub. Tidak semua orang tahu Jejouw, kecuali para millenial dan kaum hypebeast. Dari podcast itu saya makin yakin tentang definisi SUKSES yang saya percayai itu benar adanya.  Saya percaya sukses adalah ketika kita bisa meng-utilisasi segala potensi dalam diri kita, hingga kita bisa meraih "posisi" terbaik dalam hidup. Posisi apapun, sesuai visi kita. Jejouw hidup dari "berjualan" barang-barang hype. Dari kaos sampai sepatu. Tapi bukan sembarang berjualan, dia "jualan pakai mikir". Tadinya memulai semuanya dari hobby. Mendapatkan uang dari trading saham saat sejak dia SMA, dia mulai rajin mengeloksi sepatu-sepatu tertentu. Dalam proses mengoleksi itu, dia BELAJAR. Hal yang tak banyak orang mau lakukan.  Dia mempelajari perilaku orang soal barang (koleksi) dan melihat ceruk pasar di sana. Setelah belajar dia melakukan EDUKASI. Dia mengajarkan, misalnya, ba

AYAHKU BUKAN AYAHKU

Setelah enam angkatan/batch Kelas Terbuka Perencanaan Waris yang secara rutin saya helat setiap bulan, Alhamdulillah, saya bisa berada dalam enam grup watsap alumni kelas tersebut. Total member bila dijumlah sekitar 80-an orang dari berbagai perusahaan asuransi di Indonesia. Hal yang menyenangkan adalah para alumni saling bertukar kasus di grup tersebut. Dan ini salah satu kasusnya. Mawar (sebut saja begitu) adalah anak perempuan dari Bapak Kumbang yang baru saja dimakamkan enam bulan lalu. Mawar merasa semasa hidup, ayahnya ayah yang baik, hidupnya "wajar" dan keluarga mereka bahagia-bahagia saja. Ibunya, atau istri pak Kumbang, sebut saja bu Melati sosialita di kota mereka. Apa yang ditampilkan di depan publik, adalah selalu yang terbaik. Baju, tas, perhiasan... Semua. Bu Melati merasa itulah wujud cinta dan kompensasi waktu dari suaminya yang selalu sibuk bekerja bahkan hingga sabtu dan minggu. Mawar bercerita, Silih berganti agen asuransi datang ke bu Melati, selalu dit

FANATIK BUTA

"Ah, aku baru tahu, ternyata si Fulan itu dari asuransi ABCDEF. Tahu gitu aku nggak follow dia. Perusahaan asuransi kita kan yang terbaik",Kata Mawar kepada Melati, dua-duanya agen asuransi JKLMNOP. Teman-teman, bulan-bulan ini adalah bulan di perusahaan melaporkan Laporan Keuangannya ke Publik. Salah satunya adalah perusahaan asuransi. Nah, salah satu cara melihat bagaimana sehat, besar atau amannya sebuah perusahaan asuransi ya bukan dari klaim semata, namun dari laporan keuangannya. Apa yang harus dilihat pada laporan keuangan Perusahaan Asuranai Konvensional? PERTAMA, Asset yang dikelola. Karena Asset yang dikelola menggambarkan banyaknya uang nasabah yang "dititipkan" pada perusahaan asuransi. Seperti diketahui, Premi yang dibayarkan oleh nasabah sebagian akan menjadi milik perusahaan asuransi (dalam.bentuk biaya-biaya) dan sisanya diinvestasikan sebagai "cadangan" uang nasabah. Asset yang dikelola mulai dari ratusan juta sampai puluhan trilyun rupi