Skip to main content

PANTAT PANCI

Sejak mulai menyukai Kerja Dari Rumah, seperti cerita saya kemarin soal buku, karena banyak waktu tak terbuang : saya suka mencari-cari aneka macam tutorial di Yutub. Dari Tutorial editing (sampai jadi channel Yutub) sampai tutorial membersiahkan pantat panci yang gosong mengerak karena karbonnya lama tak dibersihkan.

Diam-diam tanpa sepengetahuan istri (niatnya mau menyenangkan hati dia) saya beli bahan-bahan untuk membersihkan, mengilatkan pantat panci yang kami miliki agar kinclong seperti baru.

Di tutorial yang diajarkan di Yutub, beberapa teknik yang diajarkan antara lain menggunakan asam sitrat dan cuka, ada pula yang menggunakan soda kue. Saya coba semua setelah saya catat dan hafalkan caranya.

Tiga hari saya berkutat di dapur, sampai istri saya marah-marah karena dapur bau kecut akibat cuka.

Setelah digosok sampai badan
berkeringat (barangkali itu juga yang bikin dapur jadi makin bau kecut), percobaan pakai asam sitrat dan cuka berakhir gagal total. Demikian juga pakai soda kue. Endingnya pantat penggorengan tetap saja hitam legam berkerak.

Istri saya bilang", Itulah pelajaran hidup".

Kita kadang berfokus, memikirkan sisi berkerak-berjelaga hidup kita, tapi lupa bahwa sisi dalam panci kita masih bagus, masih bisa dipakai memasak dengan baik. Justru kita harus bersyukur memiliki sisi itu dan mengilapkannya sebisa mungkin.

Demikian juga saat mengelola sebuah team. Sering kita habiskan energi, waktu, pemikiran (bahkan biaya) -mencoba berbagai teknik dan cara - untuk menggosok anggota team yang sebenarnya sudah tak bisa (atau tak mau) "digosok" lagi, sampai lupa memoles anggota team yang masih bersih, siap bekerja dan berkontribusi.

Walhasil alih-alih team kita maju, yang ada justru bau kecut dapur kita meruap ke mana-mana...

Dari Pantat Panci, kami belajar pagi ini. Yang mau dipoles, kita kilapkan. Yang membandel hanya jadi kerak membandel, ya tinggalkan jangan jadi fokus dalam fikiran.

#selfreminder

Comments

Popular posts from this blog

MAU JUAL GINJAL? BACA SAMPAI SELESAI !

Sudah dua tahun tak bertemu, seorang teman mengirimkan "broadcast message" (BM) di perangkat Blackberry saya. BM-nya agak mengerikan : dia mencari donor ginjal untuk saudaranya yang membutuhkan. Soal harga -bila pendonor bermaksud "menjual" ginjalnya bisa dibicarakan dengannya. Membaca BM itu, saya teringat kisah pak Dahlan Iskan dalam bukunya GANTI HATI. Dengan jenaka beliau bercanda, bahwa kini dia memiliki 2 bintang seharga masing-masing 1 milyar, satu bintang yang biasa dia kendarai kemana-mana (logo mobil Mercedez) dan satu bintang jahitan di perutnya hasil operasi transplatasi hati. Ya, hati pak Dahlan "diganti" dengan hati seorang anak muda dari Cina, kabarnya harganya 1 miliar. Lalu, iseng-iseng saya browsing, dan ketemulah data ini, Data Harga organ tubuh manusia di pasar gelap (kondisi sudah meninggal dibawah 10 jam, sumber :http://namakuddn.wordpress.com/2012/04/27/inilah-daftar-harga-organ-tubuh-manusia-di-pasar-gelap/) 1. Sepasang bola mata: U

KAN SAYA MASIH HIDUP ...

“Harta, sebenarnya belum bisa dikatakan pembagian harta karena saya masih hidup. Tetapi saya tetap akan membagikan hak mereka masing-masing sesuai dengan peraturan agama,” ujar ibu Fariani. Ibu Fariani adalah seorang ibu dengan empat orang anak yang baru saja ditinggalkan suaminya Ipda Purnawirawan Matta. Almarhum meninggalkan harta waris berupa tanah, rumah dan mobil senilai Rp 15 Miliar. Pada bulan Maret 2017, ketiga anak ibu Fariani mendaftarkan gugatan ke Pengadilan Agama Kota Baubau, Sulawesi Tenggara dengan nomor 163/ptg/ 2013/PA/2017, yang inti gugatannya : Meminta bagian mereka selaku ahli waris yang sah atas harta waris almarhum ayah mereka. Dunia makin aneh? Anak kurang ajar? Tidak. Banyak orang yang memiliki pendapat seperti ibu Fariani, sebagaimana yang saya kutip di paragraf pertama di atas. Pendapat yang KELIRU. Begitu seorang suami meninggal dunia, maka hartanya tidak serta merta menjadi miliki istri atau anak-anaknya. Harta itu berubah menjadi h

CERITA 19 EKOR SAPI

Dul Kemit, Dede dan Khomsul datang ke rumah pak Lurah sambil bersungut-sungut. Mereka mencari orang yang bisa menyelesaikan masalah mereka. Pak Lurah menyambut mereka, dan tiga bersaudara ini menyampaikan masalahnya. Ayah Dul Kemit, Dede dan Khomsul baru saja meninggal seminggu lalu. Ceritanya, almarhum ayah meninggalkan WASIAT bahwa 19 ekor sapi yang ditinggalkan dibagi untuk mereka bertiga dengan porsi : Dul Kemit 1/2 bagian, Dede 1/4 bagian dan Khomsul 1/5 bagian. Pak Lurah pusing menghitung pembagiannya, karena pesan almarhum adalah saat membagi : sapi tidak boleh disembelih, dijual atau dikurangi. Untuk itu dia minta bantuan pak Bhabin dan Babinsa. Lalu pak Bhabin bilang", Sapi ada 19. Mau dibagi untuk Anak pertama 1/2, anak kedua 1/4 dan anak ketiga 1/5 tanpa menyembelih, tanpa mengurangi". Ketiga bersaudara itu menangguk-angguk. "Oke kalau begitu, supaya tidak berantem, saya akan sumbangkan satu ekor sapi milik saya untuk MENGG