Skip to main content

Posts

Showing posts from July, 2013

Sehat, atau sakit yang Mahal ?

Mana yang benar, Sehat itu mahal atau Sakit itu mahal?  Jaman sudah sedemikian berubah. Kemajuan ilmu kedokteran, selain membuat tak lagi ada penyakit bisa disembunyikan, namun juga berimplikasi pada makin mahalnya biaya kesehatan.  Tak heran, investasi Rumah sakit pada peralatan medis beserta manusianya tentu membutuhkan biaya besar. Dimuat di Radar Depok 10 juli 2013 Dalam beberapa artikel yang sempat dimuat Koran ini, dijumpai beberapa kasus pasien meninggal dunia karena tak sempat menikmati penanganan medis yang cukup, akibat keterbatasan biaya.  Rumah sakit bersikukuh, bahwa mereka juga –sebagai lembaga bisnis- punya aturan main yang harus ditepati.  Tak ada uang muka, tak ada pelayanan.  Lantas dalam kasus seperti ini siapa yang salah? Hal di atas tak pantaslah untuk diperdebatkan.  Sebagian orang memilih cara bijak untuk mempersiapkan dana kesehatan.  Ibarat membeli mobil, pilihlah mobil yang dilengkapi “airbag system”, yang walau kita tak berharap akan dipakai, tapi me

Bersekolah dimana anak anda?

dimuat di Radar Depok 9 Juli 2013 Hiruk pikuk kenaikan kelas dan penerimaan murid baru sudah hampir usai.  Hiruk pikuk yang sudah hamper usai itu masih menyisakan persoalan –yang bagi sebagian orang tua- lebih rumit.  Benar adanya biaya bulanan sekolah sudah digratiskan oleh pemerintah, tapi tak semua gratis rupanya.  Apalagi buat orangtua yang memasukkan anaknya ke Perguruan Tinggi, silakan rogoh rekening cukup dalam, hingga ratusan juta. Biaya sekolah yang mahal, bukan lagi persoalan baru.  Setidaknya ini paparan Ira Maulani, yang berprofesi sebagai Konsultan Keuangan Keluarga pada Jurnal Depok.  Menurutnya, “Biaya yang dibutuhkan seorang anak-ketika memutuskan kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta di Depok- sejak dia masuk hingga selesai, tak kurang dari Rp 500 juta”.   Tak berhenti sampai disana, Ibu dua anak  ini menambahkan bahwa,” pada akhirnya, banyak orangtua memutuskan anaknya tak lagi bisa meneruskan kuliah karena ke-tak tersediaan biaya, padahal penyediaan biaya

Membuat Perbedaan dalam Hidup

Alhamdulillah, kemarin atas undangan BEM Undip saya diberi kesempatan berbagi di depan peserta Gerakan Undip Mengajar.  Aura semangat aula Prof Soedarto sungguh berbeda.  Pancaran semangat para peserta gerakan ini, membuat gedung yang dingin karena AC menjadi hangat. Maka inilah hidup.  Hanya sedikit orang yang mau dan mampu membuat perbedaan diri dalam hidup yang pendek ini. Bayangkan, setiap orang mendapat jatah waktu yang sama -24 jam sehari, tetapi, sebegian besar masih mengeluh kehabisan waktu, dengan hasil rasa penat saja.  Tetapi, ironisnya, sebagian lagi dengan jatah waktu yang sama, bekerja dengan sangat cerdas, memberikan manfaat maksimal dalam hidupnya; tak cuma untuk dirinya namun juga untuk orang-orang di sekelilingnya. Dalam sesi di Gerakan Undip Mengajar, saya sampaikan : Kegagalan rencana kita, lebih banyak karena kita gagal merencanakannya.  Kita tak mau cukup cerdas untuk belajar dan mengajar.  Menggali banyak ilmu dan berbagi ilmu itu pada lingkungan kita.  Kit

Orang Miskin Sulit Jadi Kaya; Orang Kaya Lebih Sulit Jadi Miskin

Saya penikmat media sosial.  Beberapa teman menjuluki saya dengan "aktivis socmed".  Tidak bisa dibanggakan, karena apa juga yang mau dibanggakan. Thema yang banyak berkeliaran dua minggu terakhir, tentu saja salah satunya, adalah soal harga BBM yang naik.  Katanya memicu inflasi naik hingga 7.3 % tahun ini.  Artinya apa? kita lebih miskin 7.3% dibandingkan tahun lalu.  Dengan catatan, pendapatan kita tetap, nilai harta kita juga tetap.  Kita lebih miskin dari tahun lalu. Banyak yang memekik sambil menunjuk pemerintah gagal, bahkan ada yang mendorong pagar mau menggulingkan pemerintah.  Mereka benar, pemerintah salah. Tapi coba plihat apa yang telah kita lakukan sendiri.  Kita adalah manusia boros.  terima gaji langsung makan-makan, tak berhenti di satu atau dua restoran.  Memilih bermobil, walau dikunci macet, dengan alasan kenyamanan.  Tak menabung, apalagi ber-investasi. Dalam pemahaman puak melayu ini, gaji = pengeluaran.  Tak tersisa ruang untuk menabung.  Asuran