Alhamdulillah, kemarin atas undangan BEM Undip saya diberi kesempatan berbagi di depan peserta Gerakan Undip Mengajar. Aura semangat aula Prof Soedarto sungguh berbeda. Pancaran semangat para peserta gerakan ini, membuat gedung yang dingin karena AC menjadi hangat.
Maka inilah hidup. Hanya sedikit orang yang mau dan mampu membuat perbedaan diri dalam hidup yang pendek ini.
Bayangkan, setiap orang mendapat jatah waktu yang sama -24 jam sehari, tetapi, sebegian besar masih mengeluh kehabisan waktu, dengan hasil rasa penat saja. Tetapi, ironisnya, sebagian lagi dengan jatah waktu yang sama, bekerja dengan sangat cerdas, memberikan manfaat maksimal dalam hidupnya; tak cuma untuk dirinya namun juga untuk orang-orang di sekelilingnya.
Dalam sesi di Gerakan Undip Mengajar, saya sampaikan : Kegagalan rencana kita, lebih banyak karena kita gagal merencanakannya. Kita tak mau cukup cerdas untuk belajar dan mengajar. Menggali banyak ilmu dan berbagi ilmu itu pada lingkungan kita. Kita tak mau benar-benar merencanakan jalan hidup kita, mengambil perbedaan dengan khalayak yang berbondong-bondong di jalan yang sama dan makin sempit itu.
Kita ini manusia kaya potensi dan berpotensi kaya, Tuhan ber-investasi ratusan milyar pada badan kita yang sehat, pikiran yang pintas dan perasaan yang halus. Tapi kita mengingkarinya. Kita hanya sibuk memikirkan diri kita, dan seolah semua berpusat pada hidup kita semata. Maka 24 jam itu akan sia-sia dan kita akan merasa terus kekurangan.
Maka, bila kita masih juga merasa kekurangan jatah 24 jam kita, dan dalam lingkungan : ada atau tiada kita tak nampak bedanya. Maka berfikirlah, karena 20% manusia yang membuat perbedaan di dunia melakukan 80% pekerjaan yang tak mau dijalani khalayak yang bergerombol di sana. Pengetahuanlah yang membuat perbedaan.
Jangan tertawa bila membaca baliho sebuah produk rokok : " Nggak ada Loe, Nggak Rame". karena Baliho itu sedang mengingatkan kita, benarkah itu adanya.

Bayangkan, setiap orang mendapat jatah waktu yang sama -24 jam sehari, tetapi, sebegian besar masih mengeluh kehabisan waktu, dengan hasil rasa penat saja. Tetapi, ironisnya, sebagian lagi dengan jatah waktu yang sama, bekerja dengan sangat cerdas, memberikan manfaat maksimal dalam hidupnya; tak cuma untuk dirinya namun juga untuk orang-orang di sekelilingnya.
Dalam sesi di Gerakan Undip Mengajar, saya sampaikan : Kegagalan rencana kita, lebih banyak karena kita gagal merencanakannya. Kita tak mau cukup cerdas untuk belajar dan mengajar. Menggali banyak ilmu dan berbagi ilmu itu pada lingkungan kita. Kita tak mau benar-benar merencanakan jalan hidup kita, mengambil perbedaan dengan khalayak yang berbondong-bondong di jalan yang sama dan makin sempit itu.
Kita ini manusia kaya potensi dan berpotensi kaya, Tuhan ber-investasi ratusan milyar pada badan kita yang sehat, pikiran yang pintas dan perasaan yang halus. Tapi kita mengingkarinya. Kita hanya sibuk memikirkan diri kita, dan seolah semua berpusat pada hidup kita semata. Maka 24 jam itu akan sia-sia dan kita akan merasa terus kekurangan.

Jangan tertawa bila membaca baliho sebuah produk rokok : " Nggak ada Loe, Nggak Rame". karena Baliho itu sedang mengingatkan kita, benarkah itu adanya.
Comments
Post a Comment