Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2013

INTERMEZZO : Engkau adalah Hayati yang beruntung, aku adalah Zainuddin yang berhasil (Catatan dari Film tenggelamnya kapal van der Wijck)

Menulis catatan ini , saya mencoba merekonstruksi imajinasi saat membaca Novel ini, kira-kira tigapuluh tahun lalu. Sewaktu saya masih duduk di bangku kelas dua SMP.  Membaca novel ini, sekali lahap, di perpustakaan Gereja, di dalam kompleks SMA Sedes Sapientiae dekat rumah. Tempat anak-anak kecil haus bacaan berkumpul siang hari -yang selalu gerah menekan- sepulang sekolah.  Perpustakaan yang adem, tak memungut biaya dengan koleksi bacaan anak yang komplit adalah surga. Dengan syarat kami tak berisik, saya diperbolehkan melumat buku-buku yang ada di sana.  Syarat yang mudah kami patuhi, saat itu. Novel "Tenggelamnya Kapal Van der Wijck" yang ditulis Hamka tahun 1938 dan diterbitkan sebagai buku tahun 1939, entah karena untain bahasanya yang indah atau sampulnya yang bagus -gambar kapal tenggelam- menenggelamkan sore saya, hingga perpustakaan hampir tutup waktu itu. Saya masih ingusan, belum tahu apa itu cinta dan dimana itu nagari Andalas. Buku itu membawa imajinasi

Harta karun dalam Jajaran Keranjang (Perasan dari buku 6 Keranjang, 7 Langkah-Lim Tung Ning)

Buku ini sebenarnya sudah terbit tahun 2012 lalu, tapi saya baru saja menemukannya.  Ibarat harta karun, saya melihat isi buku ini begitu berkilau seperti emas dan permata dalam kotak baja.  Terimakasih pak Lim Tung Ning, penulis buku ini, yang -karena kesederhanaannya- buku ini menjadi sangat bisa dimengerti dan terlalu berharga untuk sekedar disimpan. Penulis adalah seorang eksekutif IT di sebuah perusahaan tambang kelas dunia yang beroperasi di Timika (pasti ketebak, perusahaan apa itu).  Hidupnya gilang gemilang, hingga tiba saat dia dipindahkan di Jakarta.  gaji yang (super) besar bahkan tak bisa membuatnya bisa memiliki rumah di Jakarta.  Dia bercerita banyak soal jebakan-jebakan hutang konsumtif lain yang memenjaranya, hingga dia menjadi orang yang "gagal secara finansial".   Perjalanan hidup membawanya pada banyak pelajaran, hingga dia tertambat menjadi "double jobber" sebuah perusahaan Asuransi menjadi agen asuransi dan Finansial Planner.  Disinila

Alqalinisi dan Gajah : Sebuah Kisah Lama dengan Inspirasi

Sambil menikmati kopi pagi di kedai, saya membaca sebuah kisah lama : Alqalinisi dan Gajah. Tersebutlah pada suatu masa, Alqalinisi hidup di sebuah kampung beserta beberapa tetangganya yang beriman di desa tepat di kaki sebuah gunung berapi.  Gunung berapi sedang batuk-batuk waktu itu, dan siap meluapkan amukannya.  Dengan bercanda, para tetangga saling melontar nadzar, apabila -misal- terjadi bencana gunung meletus mereka bisa selamat mereka akan melakukan apa.  Tadinya, Alqalinisi menolak menyampaikan nadzarnya."Aku tak terbiasa menyampaikan nadzar, karena nadzar wajib hukumnya untuk dipenuhi." kilah Alqalinisi.  tapi para tetangganya tetap memaksa.  Hingga dia bernadzar", aku tak akan memakan daging gajah". Tetangganya tertawa, sebuah nadzar yang aneh Hingga amukan itu terjadi, Alqalinisi beserta tetangganya mengungsi ke sebuah tempat yang aman, dan mereka terisolasi di sana. Di tempat pengungsian itu makanan sulit didapat, syuran habis dilibas awan

Anak Bawang Pergi ke Shanghai

Ketika menulis artikel ini, saya jadi teringat ketika tahun 2006 saya memutuskan pensiun sebagai orang kantoran.  Banyak teman yang berkenyit heran, tak sedikit yang mencibir ketika saya sampaikan keputusan saya untuk menanggalkan jabatan yang "maknyus" dan memilih jadi entrepreneur kelas kaki lima. Saya bisa mengerti, karena sebelumnya saya pernah mencoba beberapa usaha dan selalu Gagal (gagalnya pakai total).  Tapi bukankah kegagalan itu asyik?  kegagalan membuat kita makin pintar : tapi itu pendapat saya. Dalam perjalanan, tentu tak mulus, diantara teman-teman ada yang bersimpati dengan menawarkan bantuan atau sekedar informasi agar saya kembali bekerja di kantor.  Mereka iba, melihat kondisi saya yang balik lagi berjuang bersama "smash davidson", tiap hari bermuka setengah monyet karena asap knalpot, mengumpulkan omzet 100-200ribu dari konter burger di emper-emper ruko  dan sekolah. Kini, kejadian itu berulang.  Bulan Mei 2013 lalu, saya memutuskan b