INTERMEZZO : Engkau adalah Hayati yang beruntung, aku adalah Zainuddin yang berhasil (Catatan dari Film tenggelamnya kapal van der Wijck)
Menulis catatan ini , saya mencoba merekonstruksi imajinasi saat membaca Novel ini, kira-kira tigapuluh tahun lalu. Sewaktu saya masih duduk di bangku kelas dua SMP. Membaca novel ini, sekali lahap, di perpustakaan Gereja, di dalam kompleks SMA Sedes Sapientiae dekat rumah. Tempat anak-anak kecil haus bacaan berkumpul siang hari -yang selalu gerah menekan- sepulang sekolah. Perpustakaan yang adem, tak memungut biaya dengan koleksi bacaan anak yang komplit adalah surga. Dengan syarat kami tak berisik, saya diperbolehkan melumat buku-buku yang ada di sana. Syarat yang mudah kami patuhi, saat itu. Novel "Tenggelamnya Kapal Van der Wijck" yang ditulis Hamka tahun 1938 dan diterbitkan sebagai buku tahun 1939, entah karena untain bahasanya yang indah atau sampulnya yang bagus -gambar kapal tenggelam- menenggelamkan sore saya, hingga perpustakaan hampir tutup waktu itu. Saya masih ingusan, belum tahu apa itu cinta dan dimana itu nagari Andalas. Buku itu membawa imajinasi