Di meja dekat TV tergeletak sebuah undangan dengan kualitas cetakan yang sangat sederhana. Saya lirik nama yang mengundang. Di dalam undangan tercantum nama anak perempuan pembantu rumah tangga kami -sebut saja namanya Mawar- yang akan menikah dengan seorang lelaki (ya, iyalah...mosok perempuan juga). Saya cek tanggalnya, kelihatannya kami bisa hadir. tak ada agenda pada tanggal itu. Istri saya kepo. Dia panggil Teteh (begitu kami memanggil pembantu kami), dan mulai asyik ngobrol teras belakang, saya cuma nguping sambil leyeh-leyeh nonton TV. "Teh, si Mawar mau nikah. emang umurnya berapa?",tanya istri saya. "Delapan belas, bu",Jawab Teteh. "Calon suaminya kerja di mana?",Tanya istri saya lagi. "Tadinya di pabrik sepatu Kedunghalang, tapi sejak tahun baru nganggur bu, kena PHK. Kadang ngojek",jawab Teteh lagi. "Kenapa buru-buru nikah, nggak cari kerjaan dulu aja",Desak istri saya, mungkin heran. "N