Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2018

TUHAN TAHU, TAPI MENUNGGU

Pernah ketemu orang yang "terjebak" di masa lalu?.  Kemarin saya ketemu orang model seperti itu. Menemani salah satu anggota team saya melakukan "Joint Field Work" (JFW),  kemarin kami ketemu dengan calon nasabahnya, seorang pria usia 42 tahun di sebuah warung kopi di daerah Cibubur. Team saya bilang, dia sudah tiga keli ketemu calon nasabahnya ini, namun belum berhasil meyakinkannya juga. "Masih mbulet, banyak pertanyaan, mas", Ujarnya. Maka saya putuskan melakukan JFW. Kami sudah tiba di lokasi setengah jam sebelum pertemuan, dan dia hadir 25 menit dari waktu yang dijanjikan. Kalau itu calon nasabah saya, sudah saya tinggal dari tadi. "sori, macet", katanya berbasa-basi. Seperti biasa, setelah diperkenalkan, saya mengeluarkan dua kartu nama. Kartu nama pertama ada logo MDRT (Million Dollar Round Table), sambil menyampaikan bahwa saya adalah agen yang menjadi anggota MDRT Internasional, organisasi elit pelaku industri asuransi. K

KAN SAYA MASIH HIDUP ...

“Harta, sebenarnya belum bisa dikatakan pembagian harta karena saya masih hidup. Tetapi saya tetap akan membagikan hak mereka masing-masing sesuai dengan peraturan agama,” ujar ibu Fariani. Ibu Fariani adalah seorang ibu dengan empat orang anak yang baru saja ditinggalkan suaminya Ipda Purnawirawan Matta. Almarhum meninggalkan harta waris berupa tanah, rumah dan mobil senilai Rp 15 Miliar. Pada bulan Maret 2017, ketiga anak ibu Fariani mendaftarkan gugatan ke Pengadilan Agama Kota Baubau, Sulawesi Tenggara dengan nomor 163/ptg/ 2013/PA/2017, yang inti gugatannya : Meminta bagian mereka selaku ahli waris yang sah atas harta waris almarhum ayah mereka. Dunia makin aneh? Anak kurang ajar? Tidak. Banyak orang yang memiliki pendapat seperti ibu Fariani, sebagaimana yang saya kutip di paragraf pertama di atas. Pendapat yang KELIRU. Begitu seorang suami meninggal dunia, maka hartanya tidak serta merta menjadi miliki istri atau anak-anaknya. Harta itu berubah menjadi h

PROBLEM ORANG KAYA

Sequel ini tidak lagi berbicara soal dilema cinta Rachel Chu dan Nicholas “Nick” Young. Rachel adalah wanita biasa, profesor ilmu ekonomi yang ibunya imigran dari Cina daratan yang terdampar di Amerika. Nick Young adalah anak keluarga super kaya Singapura, yang dengan kekayaannya, dia bisa lebih "berkuasa" dari Perdana Menteri Singapura. Tapi benarkah orang kaya tak punya problem? Mari kita kupas cerita fiksi yang sesungguhnya nyata dan banyak terjadi itu dari sudut pandang Hukum Waris Indonesia. Setelah kejadian “Crazy Rich Asian” akhirnya Nick Young dan Rachel Chu menikah. Mereka memilih tinggal di New York, hingga suatu kali ibu Nick, Eleanor, memberi kabar bahwa nenek Nick (Su Yi) sedang sakit keras. Nick memutuskan pulang ke Singapura untuk menengok Neneknya. Tapi rencana tinggallah rencana. Kedatangan Nick di Singapura tidak dikehendaki, niatnya menengok neneknya yang super duper kaya dihalangi oleh Edison Cheng, sepupunya sendiri. Su Yi, sang nenek,

MULAI BESOK, JADI RAYAP

Mungkin karena hujan lebat dan beberapa daerah terendam banjir, koran Kompas datang telat pagi ini ke rumah. Maka, saya buka-buka lagi koran kemarin. Hari ini anak saya yang SMA ujian mata pelajaran Ekonomi. Dia tanya soal inflasi. “Apa itu Inflasi, Kenapa bisa terjadi inflasi dan bisa nggak nanti kita terbebas dari inflasi?”, tanyanya. Saya sodorkan gambar dari Kompas edisi Rabu 21/11/2018 ini. Apa itu inflasi. Jumlah penduduk Indonesia tahun 2013 sekitar 247juta jiwa, tahun 2018sudah menjadi sekitar 267juta jiwa. Dalam lima tahun ada PENAMBAHAN “jumlah mulut dan perut” sekitar 8%. Kelihatannya kecil, tapi itu setara dengan 5 kali penduduk Singapura ! Sedangkan dari gambar di Kompas kelihatan, luas sawah justru BERKURANG 8%. Dengan produktivitas yang, saya tidak yakin, bisa digenjot signifikan, hampir dipastikan produksi beras juga -kalaupun naik- juga tidak akan signifikan. Sebagai gambaran, menurut FAO (Desember 2014) jumlah produksi beras Indonesia sepanjang 2014 sebanyak

BERAPA BAGIAN SAYA ?

Ini adalah salah satu kasus yang sedang saya tangani. Sebut saja kasus Ibu “X”. Postingan Ini sekaligus menjawab banyak sekali pertanyaan, bagaimana sih caranya menghitung harta waris menurut Hukum Waris ? Ibu X (beragama Islam) baru saja “ditinggal” oleh suaminya. Dan sebagai muslimah yang taat, beliau datang kepada saya untuk minta dihitungkan berapa porsi waris untuk Ahli Waris almarhum suaminya menurut Hukum Waris Islam. Beliau memiliki tiga orang anak, satu lelaki (AL) dan dua perempuan (AP). Ketika meninggal, kedua orangtua almarhum suaminya masih hidup, sehingga memiliki hak. Mengapa ini buat ibu X penting mengetahui ini? Karena dari pengajian yang diikutinya, ustadzah yang mengajar selalu menekankan pentingnya membagi warisan menurut hukum waris (Faraidh). Karena di dalam harta waris ada hak anak yatim (cq. anak-anaknya) yang tidak boleh dilanggar. Itu ada di dalam kitab suci Al Quran, terutama surat An Nisaa ayat 7-14. Tetapi mengapa masih banya

PECI ATAU TOPI?

Dengan tergesa, setelah memarkir X-trail putihnya, ibu muda ini bergegas masuk kantor saya. Seperti biasa, Rindy, sekretaris kami menyilakan si Ibu duduk di depannya. Namanya ibu Manurung. Dari namanya saya yakin ibu ini tidak berasal dari Boyolali. Suaminya baru saja sembuh dari sakit dan baru juga keluar dari sebuah Rumah Sakit di Bogor. "Mbak, saya mau tanya. Ini saya punya tiga polis asuransi, tapi yang mengganti biaya perawatan hanya dari asuransi ini. Dan nomboknya juga lebih dari 50%",katanya agak bersungut-sungut. Wajahnya suntuk. Saya lihat Rindy memeriksa tiga polis ibu Manurung, dari tiga perusahaan Asuransi yang berbeda. Semua atas nama suaminya, baik tertanggung maupun pemegang polis. "Ibu, ini dari tiga asuransi ibu, hanya satu yang ada asuransi kesehatannya. Dua sisanya tidak ada", Terang Rindy. "Wah, mana mungkin. Justru dua asuransi yang itu saya bayarnya mahal lho. Rp 60 juta per tahun", Sanggahnya. Rindy den

HIDUP PADA DUA SKENARIO

"Polisku sudah banyak, bertumpuk tuh. Buat apa lagi aku musti punya Polis baru dari kamu", Demikian kata Koh Fulan (sebut saja namanya begitu), calon nasabah Dini, salah satu team di agency kami.  "Bagus kalau begitu , Koh", Jawab Dini. Koh Fulan kebingungan dengan jawaban itu. "Sini saya bantuin bacain manfaat semua polis yang Koh Fulan sudah miliki", Lanjut Dini. Satu persatu polis di buka. Inilah sebenarnya tantangan di Industri Asuransi. Tantangannya bukan pada nasabah yang belum memiliki kesadaran ber-asuransi. Tantangannya justru pada pelaku industri (cq. Agen Asuransi, bahkan Leader-nya) yang kurang kompeten dalam bekerja. Banyak dari pelaku industri hanya sekedar mengambil keuntungan sesaat, komisi besar, tanpa mengindahkan kebutuhan nasabah. Koh Fulan memiliki 12 polis Asuransi dari berbagai perusahaan. Tapi tumpang tindih "tidak genah" alias acak-adul. Satu tahun dia mengeluarkan bujet Rp 280 jutaan untuk membayar premi asuransi dengan

BUKAN UNTUNG APALAGI RUGI

Pak C mengkontak saya malam kemarin, jauh dari Singkawang. Nasabah ibu Liana Juliani ini “menghadapi” masalah yang yang banyak dihadapi calon nasabah lainnya : ketika saya ditawari Produk Asuransi Unit Link : musti bayar seumur hidup atau jangka waktu pendek saja (misal 10 tahun). Banyak agen asuransi “newbie” yang menawarkan produk unit link yang seharusnya masa pembayarannya panjang namun bilang “,Cukup bayar 10 tahun saja”. Begini, sambil saya gambar grafik sederhana, setiap produk disusun dengan fiturnya sendiri. Perhitungan orang aktuaria -yang jago statistik dan matematika- tidak sederhana. Sebuah produk disusun bayar seumur hidup, ya bayarlah seumur hidup. Kalau mau bayar 10 tahun, cari produk yang memang masa bayarnya 10 tahun. “Saya rugi dong pak”, kata pak C. Untung dan rugi, tergantung tujuan akhirnya. Coba perhatikan gambar, Produk Unit Link dirancang supaya memberikan premi tetap sepanjang masa perlindungan. Itu sebenarnya fungsi investasi dalam produk unit link. Antara

KABAR BAIK ATAU KABAR BURUK?

Ini adalah potongan berita yang saya baca dari Kompas edisi Senin 5 November 2018. Kalau ditanya ini kabar baik atau buruk, maka saya bilang ini adalah kabar baik. Lho kok? Pernah kan didatangi agen asuransi? Kebanyakan dari mereka datang menawarkan PRODUK (Product Push), sehingga ketika ditanya agak sedikit lebih detil soal konsep, mereka gelagapan. Sebagian lagi dari agen asuransi datang menawarkan INVESTASI. Agak rancu, mereka ini datang sebagai Wakil (Perusahaan) Manager Investasi atau Perusahaan Asuransi? Lebih hebatnya lagi, beberapa datang dengan tawaran INVESTASI DIJAMIN, alias produk investasi dengan hasil investasi dijamin. Sudah dengar masalah yang membelit PT AJB Bumiputera dan PT Jiwasraya (Persero) belakangan ini ? Intinya kedua perusahaan asuransi itu kesulitan membayar klaim nasabah. Khususnya Jiwasraya, terlambat membayar BUNGA polis yang per tanggal 10 Oktobet 2018 besarnya sebesar Rp 802 Milyar. Sebagian besar datang dari produk JS Proteksi Pl