Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2018

IBU MAWAR DAN HASARI PAL DARI ANAND NAGAR

Masih segar dalam ingatan ibu Mawar (sebut saja begitu) calon nasabah saya, kejadian empat bulan yang lalu. Pagi sebelum berangkat ke Bandung untuk urusan pekerjaan, (almarhum) suaminya sempat memintanya membereskan laci meja kerjanya di rumah. Hal yang sangat janggal, karena biasanya sang suami yang membereskan sendiri, bahkan pembantupun dilarang menyentuh meja kerja itu. “Supaya tak ada berkas yang nyelip-nyelip”,katanya tiap kali meja mau dibantu dibereskan. Bu Mawar tak menyangka, itu bakal menjadi permintaan terakhir suaminya. Menjelang pukul dua siang, dia mendapat kabar suaminya terkena serangan jantung saat “meeting” dan dibawa ke Rumah Sakit (dan ternyata dalam kedaaan sudah meninggal dunia). Bu Mawar dan suami bukanlah keluarga berkekurangan. Dari usaha suaminya, mereka memiliki banyak sekali asset dan nyaris hidup tanpa hutang pribadi. Hutang yang ada hanyalah hutang usaha. Setelah prosesi pemakaman selesai, bu Mawar mulai bergelut dengan keh

MIMPI BERTEMU PAK KASIR

"Dik, pak Kasir sudah meninggal dunia awal tahun kemarin",kata Ibu saya melalui telepon di seberang sana. Didik adalah nama penggilan masa kecil saya, dan Ibu saya bisa memanggil saya dengan panggilan itu hingga kini. Semalam saya bermimpi ketemu pak Kasir, dan segera saya telpon Ibu saya menanyakan kabarnya. Walau namanya Kasir, tak berarti nasibnya menjadi kasir alias pengumpul uang. Pak Kasir adalah tukang becak (panggilan orang Semarang untuk para penarik, eh pendorong becak) yang menjadi langganan keluarga kami sejak almarhum Bapak masih ada. "Memorandum of Understanding" pak Kasir dengan Bapak dan Ibu saya terjadi begitu saja dimulai ketika adik terkecil saya mulai sekolah TK, empatpuluh tahun lalu. Pak Kasir bertugas mengantar jemput adik saya, seminggu sekali mengambil sayur di pasar pesanan Ibu saya. Kadang-kadang kalau ada perlu mengantar saya ke terminal bis (zaman saya kuliah) pak Kasir juga yang mengantar. Pak Kasir memiliki dua

POSISIMU DI MANA?

"Pak Basri, saya lihat postingan anda di Fesbuk jarang menyebut produk?", Tanya seorang -wanita - peserta Kelas Selling 360 saat "break" makan siang. "Ya, Bu. Karena saya bukan menawarkan SOLUSI atas masalah yang dihadapi nasabah. Bukan menjual produk yang seringkali dipaksakan masuk ke masalah nasabah, yang justru membuat masalah baru",Jawab saya. Kemudian saya tunjukkan coret-coretan ini padanya. Coret-coretan dengan tulisan mirip cakar ayam kampung ini saya tempel terus di dinding Ruang Training di Kantor. "Ini adalah segmentasi pekerjaan kita, bu",Jelas saya sambil mengelap mulut dengan tisu. Seringkali Agen asuransi (atau bahasa kerennya Konsultan Keuangan, walau tidak semua agen asuransi punya kapabilitas sebagai perencana keuangan) memaksakan produknya pada nasabah tanpa melihat segmentasi masalah nasabah. Dan banyak, agen asuransi menggunakan "produk sapu jagat" untuk nasabahnya. "Maksudnya produk sapu jagat itu

MERTUA SENANG, ANAK MENANG (KASUS HUKUM WARIS PERDATA)

Kesan yang saya tangkap saat pertama kali ketemu dengan calon nasabah saya ini : mas Fulan (sebut saja namanya begitu), orangnya rada angkuh. Kami bertemu Senin lalu di sebuah restoran Jepang di Kawasan Kuningan-Jakarta, sambil makan siang. Pertanyaan saya dijawab pendek-pendek, dan aneka jurus basa basi busuk saya mentah. Dia adalah pemilik sebuah perusahaan yang bergerak dari hulu ke hilir. Perkebunan sayur hidroponik, pemasok sayur dan buah organik, event organizer dan katering. Ibarat vacuum cleaner, kalau berbisnis dengannya, semua duit klien dipastikan masuk kantongnya. Saya dikenalkan oleh istri temannya yang mengenal saya. Minta dibantu Menyusun Strategi Waris. Tiba-tiba obrolan menjadi sangat cair ketika saya tahu dia berasal dari Semarang, dan bersekolah di SD yang selalu menjadi musuh bebuyutan sekolah saya saat pertandingan kasti antar kecamatan dulu. Dunia memang sempit. "Saya tidak pernah khawatir soal kematian, mas",katanya sete

BUKAN SEKEDAR SOAL SAKIT DAN MATI

"Untung aku beli mobil ini Maret kemarin, bro. kalau aku telat transfer, belinya sekarang. Aku rugi 1 Milyar",kata mas Fulan, nasabah salah satu team saya ini di restoran kemarin sore, saat kami singgung soal mobilnya. Kebetulan dia meletakkan kunci mobil mewahnya di atas meja, sepertinya sengaja. Mas Fulan ini salah satu contoh "Silent Rich" yang hidup di negeri kita. Maksudnya, orang kaya tapi nggak kelihatan kaya. Bukan tipe BPJS : Bujet Pas-pasan Jiwa Sosialita . Usahanya cuma "makelaran" tapi omzetnya puluhan hingga nyaris ratusan milyar per tahun. Bulan Maret lalu, dia transfer pelunasan pembayaran mobil mewah sebesar US$ 700.000. Jadi, memang kalau dihitung, dari selisih dengan nilai kurs hari ini, dia nyaris "berhemat" Rp 1 Miliar. Kemarin Mas Fulan bertemu kami bertiga (saya, team saya dan seorang konsultan pajak) untuk berdiskusi soal Strategi Pajak Penghasilannya. Oya, saya ketemu dia dalam kapasitas se