Skip to main content

MIMPI BERTEMU PAK KASIR


"Dik, pak Kasir sudah meninggal dunia awal tahun kemarin",kata Ibu saya melalui telepon di seberang sana.
Didik adalah nama penggilan masa kecil saya, dan Ibu saya bisa memanggil saya dengan panggilan itu hingga kini.

Semalam saya bermimpi ketemu pak Kasir, dan segera saya telpon Ibu saya menanyakan kabarnya. Walau namanya Kasir, tak berarti nasibnya menjadi kasir alias pengumpul uang. Pak Kasir adalah tukang becak (panggilan orang Semarang untuk para penarik, eh pendorong becak) yang menjadi langganan keluarga kami sejak almarhum Bapak masih ada.

"Memorandum of Understanding" pak Kasir dengan Bapak dan Ibu saya terjadi begitu saja dimulai ketika adik terkecil saya mulai sekolah TK, empatpuluh tahun lalu. Pak Kasir bertugas mengantar jemput adik saya, seminggu sekali mengambil sayur di pasar pesanan Ibu saya. Kadang-kadang kalau ada perlu mengantar saya ke terminal bis (zaman saya kuliah) pak Kasir juga yang mengantar.

Pak Kasir memiliki dua anak, dua-duanya bekerja di rantau. Satu orang menjadi Teknisi di PLTU Muara Enim, dan adiknya bekerja menjadi staf IT di sebuah bank swasta di kota Jakarta.

Yang unik dari pak Kasir adalah dia memastikan anak-anaknya sampai ke sekolah dengan mengantarnya sendiri menggunakan becak. Kadang, kalau hari hujan, dia minta izin pada Ibu dan Bapak, membarengkan anak-anaknya satu becak dengan adik saya. Tentu, Bapak dan Ibu saya tak pernah keberatan.

Pak Kasir, meninggal dunia di usianya yang mengancik 66 tahun. Dia sukses meninggalkan anak-anak lepas dari "kemiskinan struktural" atau miskin turunan dengan pendidikan.

Mengapa pak Kasir sangat istimewa? Selain karena semalam tiba-tiba saja dalam mimpi saya ditawari naik becaknya, juga karena prinsip hidup yang disampaikannya pada Almarhum Bapak saya sambil "ndeprok" di lantai teras rumah kami di Semarang menikmati teh yang disajikan ibu sembari menunggu adik saya siap ke sekolah.

Dalam bahasa Indonesia, ini yang dia selalu bilang mengapa anak-anaknya harus rajin ke sekolah (dan menjadi pintar) :

"Menghadapi Orang Bodoh jauh lebih mudah daripada menghadapi Orang Malas".

Maksudnya mungkin anak-anaknya saat itu bodoh, tapi hanya dengan rajin belajar dia akan menjadi pintar. lain halnya bila malas. Bahkan orang pintar sekalipun kalau malas bisa menjadi bodoh ...

Karena mimpi bertemu pak Kasir, saya seolah diingatkan kebenaran kata-katanya.

-----

Foto illustrasi milik mas Baskoro Endrawan (dimuat di Kompasiana 28 Agustus 2013)

Comments

Popular posts from this blog

MAU JUAL GINJAL? BACA SAMPAI SELESAI !

Sudah dua tahun tak bertemu, seorang teman mengirimkan "broadcast message" (BM) di perangkat Blackberry saya. BM-nya agak mengerikan : dia mencari donor ginjal untuk saudaranya yang membutuhkan. Soal harga -bila pendonor bermaksud "menjual" ginjalnya bisa dibicarakan dengannya. Membaca BM itu, saya teringat kisah pak Dahlan Iskan dalam bukunya GANTI HATI. Dengan jenaka beliau bercanda, bahwa kini dia memiliki 2 bintang seharga masing-masing 1 milyar, satu bintang yang biasa dia kendarai kemana-mana (logo mobil Mercedez) dan satu bintang jahitan di perutnya hasil operasi transplatasi hati. Ya, hati pak Dahlan "diganti" dengan hati seorang anak muda dari Cina, kabarnya harganya 1 miliar. Lalu, iseng-iseng saya browsing, dan ketemulah data ini, Data Harga organ tubuh manusia di pasar gelap (kondisi sudah meninggal dibawah 10 jam, sumber :http://namakuddn.wordpress.com/2012/04/27/inilah-daftar-harga-organ-tubuh-manusia-di-pasar-gelap/) 1. Sepasang bola mata: U

KAN SAYA MASIH HIDUP ...

“Harta, sebenarnya belum bisa dikatakan pembagian harta karena saya masih hidup. Tetapi saya tetap akan membagikan hak mereka masing-masing sesuai dengan peraturan agama,” ujar ibu Fariani. Ibu Fariani adalah seorang ibu dengan empat orang anak yang baru saja ditinggalkan suaminya Ipda Purnawirawan Matta. Almarhum meninggalkan harta waris berupa tanah, rumah dan mobil senilai Rp 15 Miliar. Pada bulan Maret 2017, ketiga anak ibu Fariani mendaftarkan gugatan ke Pengadilan Agama Kota Baubau, Sulawesi Tenggara dengan nomor 163/ptg/ 2013/PA/2017, yang inti gugatannya : Meminta bagian mereka selaku ahli waris yang sah atas harta waris almarhum ayah mereka. Dunia makin aneh? Anak kurang ajar? Tidak. Banyak orang yang memiliki pendapat seperti ibu Fariani, sebagaimana yang saya kutip di paragraf pertama di atas. Pendapat yang KELIRU. Begitu seorang suami meninggal dunia, maka hartanya tidak serta merta menjadi miliki istri atau anak-anaknya. Harta itu berubah menjadi h

CERITA 19 EKOR SAPI

Dul Kemit, Dede dan Khomsul datang ke rumah pak Lurah sambil bersungut-sungut. Mereka mencari orang yang bisa menyelesaikan masalah mereka. Pak Lurah menyambut mereka, dan tiga bersaudara ini menyampaikan masalahnya. Ayah Dul Kemit, Dede dan Khomsul baru saja meninggal seminggu lalu. Ceritanya, almarhum ayah meninggalkan WASIAT bahwa 19 ekor sapi yang ditinggalkan dibagi untuk mereka bertiga dengan porsi : Dul Kemit 1/2 bagian, Dede 1/4 bagian dan Khomsul 1/5 bagian. Pak Lurah pusing menghitung pembagiannya, karena pesan almarhum adalah saat membagi : sapi tidak boleh disembelih, dijual atau dikurangi. Untuk itu dia minta bantuan pak Bhabin dan Babinsa. Lalu pak Bhabin bilang", Sapi ada 19. Mau dibagi untuk Anak pertama 1/2, anak kedua 1/4 dan anak ketiga 1/5 tanpa menyembelih, tanpa mengurangi". Ketiga bersaudara itu menangguk-angguk. "Oke kalau begitu, supaya tidak berantem, saya akan sumbangkan satu ekor sapi milik saya untuk MENGG