Skip to main content

Posts

Showing posts from 2020

PUNGGUK MERINDUKAN CUAN

"Mas Basri, kenapa ya sepertinya kinerja para manajer investasi di perusahaan asuransi tak bisa sebagus manajer investasi tempat aku beli resadana. NAV (Nilai Aktiva Bersih) Fund Ekuitasku di Unitlink nggak tumbuh dan manajer investasinya kayaknya nggak mau ngubah komposisi saham yang ada di portfolio-nya. Mereka nggak kerja apa ya. Rugi saya punya Unitlink", Kata seorang teman, seorang agen asuransi. Saya terus terang sedih mendengarnya. Kenapa? karena TAK SEHARUSNYA seorang agen asuransi memandang unitlink sebagai instrumen investasi. Saya lebih sering menggunakan teori Satpam kalau berbicara soal produk Unitlink (baca : https://www.facebook.com/basri.adhi/posts/10224057518852423 ) dan postingan di Yutub : https://youtu.be/qRskuQmb9ZY Kembali ke pertanyaan di atas, lalu ada investasi di Unitlink buat apa sih?  Investasi dalam produk Unitlink dimaksudkan untuk "nombokin" bayar biaya-biaya asuransi ketika biayanya naik, sementara kita biaya preminya tetap. Ya, karen

SEPIKUL SAGENDONGAN

Salah satu keasyikan membuka Kelas Perencanaan Waris adalah memiliki Grup Alumni. Karena nyaris semua peserta grup adalah Pelaku Industri Asuransi, maka cerita tak pernah habis. Salah satunya adalah cerita yang berasal dari salah satu peserta ini. Tentang pemberlakukan prinsip Sapikul Sagendongan dalam Hukum Waris secara Adat Jawa. Apa sih Sapikul Sagendongan itu? Maka lihatlah orang memikul dan menggendong. Seorang pemikul, pasti menggunakan sebatang bambu sebagai tuas untuk menopang dua keranjang dan menggendong adalah meletakkan satu keranjang di pinggul atau pinggang. Sehingga dalam hukum waris menurut adat jawa, seorang lelaki adalah memikul, seorang perempuan menggendong. Seorang lelaki berhak menerima dua bagian (dari harta waris) dan perempuan satu bagian. Ini mirip dengan apa yang diatur dalam Hukum Waris Islam.  Namun apakah aturan itu menjamin tak terjadinya sengketa? Tidak.  Bahkan Hukum Waris Islam yang sudah jelas diatur dengan detil dalam Al Quran saja masih dipersengket

SUKSES

Suatu kali terjadi dialog, saya dan seorang teman sesama pelaku industri asuransi.Saya mengawalinya dengan Pertanyaan",Bro, setelah enam tahun berada di industri asuransi, apa yang sudah kamu dapat?". Dia menjawab ",Rumah yang cukup mewah, mobil dan motor bagus, saldo rekening selalu penuh, serta barang-barang yang aku belum pernah punya sebelumnya". "Good for you, bro",kata saya lagi. Dan dia balik bertanya",Kalau kamu, Bas. Apa yang kamu dapat setelah enam tahun di Industri asuransi? "Enam tahun di industri membuat aku bisa punya (kumpulan tulisan yang jadi) dua buku, ratusan tulisan di medsos dan blog, puluhan kesempatan mengajar kelas terbuka, ratusan teman baru sesama pelaku industri dan pengalaman-pengalaman yang belum pernah aku miliki sebelumnya". Itulah hidup, kadar penentu semangat tiap orang berbeda. Dan definisi sukses tiap orang juga berbeda. Kehilangan semangat biasanya karena tak punya cita-cita dan patokan sukses yang jelas.

OBROLAN

Obrolan Satu. "Ayo bergabung di team saya pak, karena ini profesi selain menghasilkan uang juga membantu orang lho", kata saya. "Waduh pak, masalah saya sendiri aja udah banyak, Pak. SPP anak belum kebayar, cicilan kompor gas udah nunggak dua bulan... Gimana mau bantu orang, bantu diri sendiri aja susah Pak". (Fokus pada masalah, bukan Solusi). Obrolan Dua. "Ibu, kami mau bantu ibu. Saya berikan peluang usaha di team saya, supaya ibu bisa mandiri secara ekonomi", Kata kami. "Ngapain musti mandiri secara ekonomi kalau suami saya masih mampu beliin saya tas, baju. Toh nanti juga harta suami saya bakalan jadi harta saya semua. Repot amat. (Sedang berada pada Zona Nyaman tanpa pengetahuan). Obrolan Tiga. "Dengan bergabung di team kami, Bapak akan menjadi seorang entrepreneur", Kata saya meyakinkan. "Udahlah pak, saya mending jadi pegawai, sering dimarahain bos nggak masalah yang penting ada penghasilan pasti walau pas-pasan. (Kesulitan meng

KABAR PLTS DIY

Ini adalah foto dari instalasi PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) di rumah saya, usianya tepat satu bulan.  Seingat saya, waktu itu belum cerita soal bagaimana sampai ada ide aneh bikin instalasi PLTS. Awalnya dari ide anak saya (dua-duanya lagi kuliah dari rumah) untuk memasang AC di rumah. "Tetangga kiri kanan sudah pada pasang AC, cuma rumah kita aja yang enggak pasang AC", demikian argumen mereka.  Saya menolak ide itu. Rumah kami di kota Bogor, dengan desain "terbuka" tak ada sekat, angin dengan leluasa keluar masuk rumah, jadi tak alasan kepanasan di dalam rumah, apalagi kalau malam. Alasan kedua, karena seharusnya semakin panjang perjalanan hidup, kita makin bijaksana dengan uang. Kita musti mengerti konsekuensi dari barang atau asset yang kita beli. Kemarin hal ini saya bahas di kelas Terbuka "Pajakmu adalah Pajakku" yang digelar oleh BHR Academy. Lumayan seru, pesertanya 50 orang dari nyaris semua perusahaan asuransi di Indonesia.  Saya bilang

AKROBAT KE BALI

"Pak, kami mau minta pak Basri menjadi pembicara, berbagi inspirasi di Forum Entrepreneur Muslim Bali. Sharing soal cara mengembangkan Misterblek. namun, kami terus-terang tidak ada bujet untuk honor atau fee, Pak. Kami hanya ak an mengganti biaya transportasi dan penginapan nanti di tempat anggota kami", Demikian suara dari Seberang, suatu siang di akhir Juni 2009. Panitia mau menyediakan tiket pesawat, tentu kelas Ekonomi. Dan saya membicarakan undangan ini dengan istri saya.  Tahun-tahun itu keadaan ekonomi kami masih morat-marit. MISTERBLEK sudah berjalan dengan baik, namun secara keuangan belum stabil. Masih ada beberapa sisa hutang pribadi yang belum beres. Jadi jangankan jalan-jalan piknik (katakan ke Bali), bisa mengajak anak-anak ke makan di "luar" saja itu kemewahan tersendiri. Tiba-tiba terbetik ide, dan saya menelpon panitia", Pak boleh nggak tiket pesawatnya saya minta dalam bentuk uang tunai saja. Saya ke Bali pakai kendaraan sendiri". Deal.

OPEK VERSUS CAPEX BUKAN CAPEK

Jadi ini masih sekitar "pola pikir" di belakang proyek DIY (Do It Yourself) Pembangkit Listrik tenaga Surya di Rumah saya. kali ini saya tak membahas soal teknologi atau modalnya, tapi lebih ke "cara pandang" soal uang... lho, apa hubungannya. Sudah pernah diceritakan dalam dua postingan sebelumnya, untuk pembangunan proyek PLTS berkekuatan 800 Watt Peak (800Wp) ini saya berinvestasi sekitar Rp 8 juta. Energi listrik yang dihasilkan dipakai untuk menghidupi PC dengan dua monitor dari jam 8 -17, dua tivi bergantian, dua laptop, modem router dan charger hape. Kira-kira perangkat itu makan energi 2 Kilowatt per hari, artinya saya bisa hemat Rp 100ribuan per bulan. Ada komentar ",Lama balik modalnya ya. Investasi Rp 8 juta, hemat tagihan listrik hanya 100ribuan perak per bulan. Bakalan 8 tahun baru BEP. Mending Rp 8 juta itu dimasukkin reksadana saham, asumsi return 10% pa, tahun ke 10 jadi Rp 20 jutaan". Betul, itu kalau kita memiliki cara pandang PLTS ini ma

NGILO GITHOK

  NGILO GITHOK "Maaf pak, saya nggak bisa hadir kelas. Anak saya rewel nggak mau disuruh belajar. Udah dibayarin les juga males-malesan", Kata seorang peserta kelas yang "membolos" hari itu. Tahukah anda, bahwa orang tua adalah teladan bagi anak. Anak akan melihat kalau orangtuanya rajin belajar, maka dia juga akan otomatis rajin belajar. Karena apa yang dia lihat, akan dia tiru. Anak pembelajar pasti lahir dari orang tua yang pembelajar pula. Maka, ada baiknya sebelum ngamuk ke anak yang malas belajar, ingat-ingat dulu pepatah dalam bahasa Ukraina : Ngilo Githokmu Dhewe. Terjemahan dalam bahasa +62 : ngaca dulu ke tengkuk sendiri... Lha orangtuanya datang ke kelas saja males, belajar ogah, ya bagaimana anaknya. Banyak orangtua hanya bisa memberi INSTRUKSI tapi gagal total dalam memberi INSPIRASI bagi anaknya.

MALING TERIAK MALING

  Saya ceritakan sebuah kisah yang klien saya sudah setuju dan membolehkan saya menceritakannya pada anda semua. Sebuah pelajaran tentang rumitnya persoalan waris. Sebut saja klien saya bernama Joko. Dia menikah dan memiliki dua anak yang perempuan yang sudah beranjak remaja. Joko dan istrinya adalah tipe pekerja keras yang memutuskan merantau dan berpisah dari orang tua sejak mereka SMA. Mereka memilih untuk susah payah menghidupi diri dan keluarga dengan keringat sendiri, walau melalui berbagai badai cobaan terutama dari sisi ekonomi. Joko dan istrinya, setidaknya, sampai hari ini memiliki hidup yang aman damai. Istri Joko memiliki adik, katakan namanya Bowo. Tipe lelaki flamboyan, tukang tebar pesona namun otaknya kosong. Terbukti beberapa kali ngemplang utang di bank (tanpa memikirkan konsekuensi, minimal konsekuensi akherat), kejeblos investasi bodong (maklum otak kosong, kata Joko) bahkan bubar rumah tangganya. Sekarang Bowo yang usianya kepala 4, sudah menikah lagi dengan seoran

BERSATULAH REMUKAN REMPEYEK

Kalau ditanya, bila ada kesempatan (bukan uang), maukah anda membangun Rumah Ibadah atau Rumah Sakit untuk melayani kaum Dhuafa? Saya kira, jawaban hampir semua orang adalah : MAU. Mungkin ada yang bertanya lagi, kok yang ditanya "Ada Kesempatan", bukan "Ada Uang"? Barangkali ada yang belum tahu, beberapa hari lalu Pemerintah RI meluncurkan Sukuk Wakaf Ritel (SWR) 001 dan Cash Sukuk Linked Sukuk (CWLS) Ritel, dengan masa penawaran pada publik mulai 9 Oktober -12 November 2020. Dulu, kalau berbicara Wakaf, maka kita berbicara untuk orang kaya raya yang tanahnya berserakan di mana-mana. Orang kaya seperti ini memiliki "privilege" mendapatkan Satu dari Tiga amal perbuatan yang menurut Hadits Riwayat Muslim dari Abu Hurairah : tak putus pahalanya walau orangnya sudah meninggal. Lalu bagaimana halnya dengan "remukan rempeyek" seperti saya ini, yang tanahnya cuma satu pengki? Bisakah ikut menikmati "privilege" seperti orang-orang kaya itu? Ja

PAK TUA DAN GAS ELPIJI

Sesi Client Gathering untuk sebuah Bank minggu lalu, materi yang saya bawakan : Mempersiapkan Dana Pensiun untuk Masa Keemasan.  Di akhir sesi ada seorang peserta bertanya ",Pak, buat apa susah payah mengumpulkan duit buat pensiun. Toh nanti kebutuhan hidup kita juga nggak banyak". Lalu saya ceritakan kisah nyata ini pada nasabah tersebut. Suatu hari datang ke distributor gas elpiji seorang lelaki tua yang membawa satu tabung gas elpiji gas 12 kilogram. Pada pemilik toko gas, dia menyampaikan keluhannya. "Jaman sekarang berbeda, makin banyak koruptor. Bahkan isi gas elpiji dalam tabung saja dikurangi". Si pemilik toko dengan rada tersinggung, bertanya balik", Maksudnya apa nih pak". "Iya, jaman dulu saya punya gas 12 kilo ini bisa dipakai selama 30-45 hari. Sekarang baru 20 hari sudah habis", Jelas si Kakek. Pemilik toko langsung ngeh. "Bapak pensiunan ya? Tiap pagi dan sore mandi pakai air panas? Makan harus yang hangat supaya nggak masuk a

KIAMAT KECIL

Mau cerita sedikit tentang pertanyaan dari seorang peserta Temu Nasabah Prioritas Region 3 (Jatim, Bali, NTB) sebuah Bank Pemerintah, kemarin. Setelah saya menyampaikan materi tentang "Suksesi Kendali Bisnis tanpa Kendala" ditinjau dari sisi Perencanaan Waris, seorang Ibu bertanya. "Pak, kemampuan saya membayar premi saat ini baru XX puluh juta, apakah itu cukup buat mengalahkan INFLASI?", Demikian tanyanya. Saya jawab secara diplomatis, karena sebagai pembicara saya terikat aturan tak boleh jualan produk", Pertanyaan yang bagus bu". Inflasi adalah situasi saat uang ada, barang ada, tapi uangnya tak cukup untuk mendapatkan barang itu sebagaimana dua atau tiga tahun lalu. Bukan barangnya yang makin mahal, namun Nilai Uang kita yang turun. Kalau sekarang inflasi 3% per tahun, artinya tahun depan nilai uang kita turun 3%. Inflasi yang paling berbahaya, dan itu pasti terjadi adalah saat barang yang mau dibeli ada, tapi uangnya sama sekali tak ada.Kenapa uan

SATPAM PELIPAT GANDA UANG

Masih dengan Bank yang sama, hanya saja kemarin sesi Webinar "Temu Nasabah Prioritas" untuk Nasabah mereka di wilayah Kanwil 2, Greater Jakarta. Ada pertanyaan mendasar yang dilontarkan salah satu peserta yang namanya menyerupai Menteri Keuangan kita, ibu Sri Mulyani. Atau jangan-jangan itu kemarin bu Menteri ya... "Saya mau ada produk asuransi jiwa yang tak membuat saya rugi?", Demikian tanyanya. Saya bingung dan bertanya," Maksud Ibu rugi, apa ya?". "Ya pak, ada nggak produk asuransi yang tidak membuat uang kita berkurang?", Lanjutnya. Maka saya bercerita. Ibaratkan Ibu memiliki sebuah rumah, yang rumah itu dan isinya bernilai Rp 1 Miliar. Karena rumah dan isinya itu sangat berharga, ibu mau merekrut Satpam untuk menjaga rumah itu. Ibu nggak ngerti cara merekrut Satpam, maka ibu mencari Agen Penyalur Satpam. Singkat cerita, Agen Penyalur Satpam sudah bekerja dengan baim serta menerima Fee dari jerih payahnya.  Pak Satpam sudah tersedia dan dia

SELESAI

Kalau sudah selesai mempersiapkan yang Wajib (Waris), maka sudah waktunya memikirkan yang Sunah. Dan yang Sunah itu kalau bisa yang pahalanya tidak putus-putus. Seorang Nasabah Prioritas dari kota Palu bertanya",Apakah manfaat asuransi jiwa saya bisa berikan pada yayasan-yayasan sosial yang ingin saya bantu?". Maka itulah jawaban saya pada pertanyaan tersebut. Makanya saya belajar dalam Konsep agama Hindu ada ASHRAMA, atau empat Tahapan Hidup Manusia. Tahapan paripurna kehidupan manusia adalah "Sannyasa". Pada tahapan ini, diharapkan manusia "selesai dengan urusan (dunia) dirinya sendiri". Dalam agama Nasrani-menurut referensi yang saya baca- dikenal dengan istilah Asketis atau Askese. Maka, pada tahapan mempersiapkan warisan yang baik dan cukup, serta wakaf yang tanpa pamrih : bukan lagi soal mampu membayar. Namun, lebih ke urusan "selesai dengan urusan diri sendiri". Dan itulah "Masa Keemasan" yang saya maksud dalam materi saya tadi.

PLTS ITU MAHAL?

Katakan tulisan ini untuk menjawab beberapa pertanyaan, apakah membangun sebuah instalasi PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) "off grid" seperti yang saya share kemarin itu "mahal"? Sebelum saya jawab, saya ceritakan dulu sebuah kisah untuk anda semua. Tahun 2006, saya memulai usaha saya bernama "MISTERBLEK COFFEE". Dimulai dari ide -atau tepatnya mimpi- yang sederhana, membuat dan menyajikan kopi ala Starbucks tapi dengan harga yang bisa dijangkau khalayak umum. Rasa dan penampilan bintang lima, tapi harga kaki lima. Tentu ada saja orang yang bertanya (bahkan mencibir) : Mana bisa bikin kopi "seperti itu" dengan harga murah? Alat bikin kopi kan mahal, bahan baku kopi nggak gampang didapat, sewa lokasi memang gampang, operasionalnya juga tak murah. Bikin usaha kopi seperti cafe dan menjual produknya dengan harga murah? Impossible to the max lah ... Tapi pertanyaan harus dijawab. Saya "pulang ke kampus" bertanya pada teman-teman yang

PANEN GRATIS

Sejak bekerja sepenuhnya dari rumah bulan Maret 2020 lalu, praktis kami tak bepergian ke tempat yang lebih jauh dari radius 50 kilometer dari rumah. Termasuk "liburan long weekend" kali ini. Sederhana, kami mencoba sebisa mungkin menghindari kerumunan yang berujung pada potensi penularan Covid. Penakut banget ya? Ya, karena kami sudah menjadi saksi bagaimana beberapa orang dekat -teman dan nasabah- harus "pulang" duluan karena Covid setelah menjalani perawatan di RS yang menelan biaya RATUSAN JUTA rupiah! Untuk membunuh rasa bosan, kami mengalihkan bujet travelling ke kegiatan lain. Istri saya berkebun dan saya membangun instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Serba DIY (Do It Yourself) bermodal tutorial di Yutub, ilmu Fisika jaman SMA dan hasil Ekskul Elektronika saat SMP. Dan inilah hasilnya, saya mau berbagi untuk anda semua.  Dengan dua panel surya berkekuatan 400 Watt Peak (Wp) yang disalurkan ke aneka peralatan seperti di gambar serta dua aki @150 Am

BERKAH JADI MASALAH

Dengan kursi roda yang didorong oleh cucunya, Angga, nenek Darmina memasuki ruang sidang dengan badan gemetar. Tak terbayang di usianya yang ke 78, dalam deraan osteoporosis akut dia harus menghadapi sidang gugatan waris dari anak-anaknya sendiri. Ibu, atau Nenek, Darmina tentu hidup bahagia saat almarhum suaminya masih ada bersama empat anak perempuan dan satu anak lelakinya (yang belakangan meninggal duluan sebelum ayahnya). Beberapa bidang tanah di sekitar kampungnya mereka miliki, termasuk 3 bidang tanah seluas 12 meter persegi yang belakangan menjadi obyek sengketa waris. Situasi berubah saat almarhum suami Nenek Darmina meninggal pada April 2019. Sebelum meninggal, almarhum berwasiat : sepeninggalnya kelak anah yang dimilikinya jangan dijual, supaya bisa jadi modal untuk kehidupan anak dan cucunya kelak. Pesan yang mulia. Tapi dari sisi Hukum Waris (Islam) bolehlah berwasiat seperti itu? Jawabannya : Boleh. Karena ketentuan wasiat dalam Hukum Islam adalah tidak boleh membagi hart

OMNIBUS LAW dan PENGALAMAN SAYA

Saya mau menulis soal -sebagian kecil- dari apa yang diatur dalam Omnibus Law kluster Cipta Kerja berdasar pengalaman pribadi. Tahun 2012-2013 saya dipertemukan dengan teman yang dekat dengan keluarga seorang Konglomerat. "Aku mau minta tolong mas Basri, ini pak Konglomerat mau bikin harian olahraga. Bantu kami set-up dari sisi komersial". Setelah melalui maju-mundur lama, saya putuskan ikut : dengan syarat saya hanya aktif sebagai konsultan, ngantor paruh waktu tiga hari seminggu dan kompensasi sebuah besaran angka tertentu. Sayang ilmu perkoranan tak dipakai, pikir saya waktu itu. Deal, bungkus. Singkat cerita, koran terbit. Dan atas pertimbangan koran ini masih bayi, saya diminta bergabung Penuh Waktu. Kompensasi dinaikkan. Namun, di tengah jalan, mulai terbuka satu persatu "masalah" ketika saya mulai ikut rapat manajemen. Puncaknya, saya baru tahu semua ketika ikut diajak dengan pak Konglomerat (yang berperan sebagai pemasok modal). Saya baru tahu kalau manajeme

KOMPLIT BIKIN TAK BERBELIT

Kemarin saya diberi kepercayaan untuk berbagi pada para Kepala Cabang bank BTN se Indonesia Timur mengenai tinjauan harta dari Tiga Sisi. Apa Tiga Sisi itu?  Pertama, Pajak. Punya uang tidak bisa asal simpan atau asal beli asset. Kita musti tahu karakteristik dan perbedaan asset, serta konsekuensi pajaknya.  Kemarin saya berikan simulasi, dengan awal yang sama Rp 1 Miliar, satu skenario diletakkan penuh di deposito dan skenario lain dipecah dalam deposito dan reksadana pasar uang. Hasilnya di akhir tahun ada perbedaan hasil yang cukup lumayan.  Skenario dua memberikan hasil yang lebih besar di akhir tahun, pada asumsi imbal hasil yang sama hanya karena selisih pajak.  Kedua, Likuiditas. Tabungan dan Investasi akan likuid saat pemiliknya masih hidup, sedangkan Kontrak Pertanggungan Proteksi tentu belum dapat dicairkan. Tapi kan kita tak mungkin hidup terus. Namun sebaliknya, saat pemiliknya meninggal : Tabungan dan Investasi akan berubah menjadi asset tidak likuid. Untuk Pencairannya di

SELESAI DENGAN DIRI SENDIRI

Hari ini Tuhan memberi saya rezeki : pertemuan dengan mas Syarif Yunus, tokoh intelektual di belakang gerakan literasi masyarakat Sukaluyu, Tamansari Bogor.  Beliau adalah pendiri sekaligus penggerak Taman Bacaan Masyarakat Lentera. Latar belakangnya bukan ecek-ecek. Beliau mantan pejabat tinggi di sebuah perusahaan jasa keuangan yang memilih mengabdikan diri pada masyarakat desa, yang sebelumnya tak dikenalnya. Tiap sabtu dan minggu, mas Syaiful berkendara dari rumahnya di Jakarta ke pinggiran kota Bogor ini, mengabdi pada visi besar bernama "Anak-anak pinggiran kota yang pintar dan bercita-cita" Kami berdiskusi panjang soal rendahnya 6 Literasi (Baca Tulis, Numerasi, Sains, Finansial, Digital dan Budaya warga) di negeri +62 ini, teknik membaca buku, menulis sebagai pekerjaan untuk keabadian, kemiskinan struktural hingga radikalisme. Pertanyaannya, kenapa seseorang dengan jalur karir cemerlang, dosen di menara gading bernama kampus mau mengabdikan diri pada anak-anak di kamp

EUDORIA PADA ENOLA

Sebut saja namanya pak Fulan. Usianya sepantaran saya : Balita. Bawahnya Limapuluh Tahun. Perjalanan karirnya dihabiskannya di sebuah perusahaan jasa pembiayaan. Empat bulan lalu, karena pandemi, kantornya memutuskan melakukan pengurangan karyawan besar-besaran, terutama karyawan yang sudah "berumur" seperti pak Fulan. Pada akhir 23 tahun karirnya, dia mengantongi gaji sekitar Rp 12 jutaan per bulan. Setidaknya itu yang dia ceritakan saat kami interview untuk menjadi agen di agensi kami. Dia melamar melalui iklan yang saya buka di Facebook, tapi dengan harapan menjadi karyawan sebagaimana yang dilakukannya 23 tahun terakhir. "Saya sudah jenuh di rumah, pak. Uang pesangon sudah mulai habis dan tetangga mulai ngomongin melihat saya ada di rumah terus", Jelasnya. Lalu saya mulai bercerita bahwa bisnis di agensi adalah partnership, bukan hubungan boss-karyawan, tak ada Gaji. "Di sini anda bukan cari Penghasilan Tetap, tapi usaha agar Tetap Berpenghasilan". Kam

ILLUSTRASI

"Mas, aku minta illustrasinya saja. Suamiku mau baca-baca dulu", Kata seorang calon nasabah. Maka, siap-siaplah. Itu tanda-tanda seorang nasabah menunda keputusan atau bahasa orang kampung ibu saya di Pemalang : buying time. Mungkin belum ada bujet, mungkin sedang belanja jendela (window shopping) alias membanding-bandingkan dengan penawaran lain. Tahu dari mana? Dari kata-kata "suami atau istriku mau baca illustrasi". Sebuah illustrasi yang dibuat seorang agen asuransi saat ini di-generate dari sistem hitungan yang dibangun oleh perusahaan asuransi dalam sebuah sistem/aplikasi dalam gajet si agen. Gunanya untuk memudahkan agen menerangkan pada calon nasabah, bukan supaya calon nasabah bisa membacanya. Karena membaca illustrasi juga perlu ILMU, ada pelatihan dan kelasnya. Maka jangankan nasabah yang awam (istilah) asuransi, agen asuransi saja yamg baru bergabung satu dua bulan kalau jarang ikut kelas juga pasti belepotan menceritakan isi illustrasi. Terutama terkait

SSST...BUAT YANG TAHU SAJA

Hidup punya banyak hutang akan banyak masalah? Terutama saat seseorang yang berhutang meninggal dunia, hutangnya akan langsung jatuh tempo. Bagaimana halnya bila hutangnya banyak, tapi piutangnya juga banyak? Apalagi kalau jumlah piutangnya piutangnya berkali-kali lipat dari hutangnya. Nah, ada satu kontrak unilateral, yang memenuhi syarat syah perjanjian sebagaimana diatur dalam Buku 3 KUHPerdata (Soal Perikatan) pasal 1320 dan pasal 246 KUHD yang memungkinkan ketika seseorang meninggal dunia : saat hutang langsung jatuh tempo dan itu harus dibereskan oleh ahli waris... Namun pada saat yang sama Ahli Waris yang ditunjuk oleh almarhum bisa menagih "piutang" dalam bentuk penggantian atas dampak financial karena kematian tersebut. Dan Kontrak Unilateral itu bernama Kontrak Pertanggungan berbentuk Polis Asuransi Jiwa. "Piutang" itu bernama Manfaat Uang Pertanggungan yang bisa ditagihkan ke Perusahaan Asuransi selaku Penanggung. Jumlah "piutang" itu bisa jauh