Sejak bekerja sepenuhnya dari rumah bulan Maret 2020 lalu, praktis kami tak bepergian ke tempat yang lebih jauh dari radius 50 kilometer dari rumah.
Termasuk "liburan long weekend" kali ini. Sederhana, kami mencoba sebisa mungkin menghindari kerumunan yang berujung pada potensi penularan Covid.
Penakut banget ya? Ya, karena kami sudah menjadi saksi bagaimana beberapa orang dekat -teman dan nasabah- harus "pulang" duluan karena Covid setelah menjalani perawatan di RS yang menelan biaya RATUSAN JUTA rupiah!
Untuk membunuh rasa bosan, kami mengalihkan bujet travelling ke kegiatan lain. Istri saya berkebun dan saya membangun instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Serba DIY (Do It Yourself) bermodal tutorial di Yutub, ilmu Fisika jaman SMA dan hasil Ekskul Elektronika saat SMP.
Dan inilah hasilnya, saya mau berbagi untuk anda semua.
Dengan dua panel surya berkekuatan 400 Watt Peak (Wp) yang disalurkan ke aneka peralatan seperti di gambar serta dua aki @150 Ampere, instalasi ini bisa menghidupi seperangkat PC dengan dual monitor, dua laptop anak saya, TV di kamar, lampu-lampu ruang kerja, modem router serta tentu mengisi baterai Handphone.
Total kebutuhan daya untuk perangkat di atas sekitar 200 watt, dan sepanjang siang kami bisa melepas ketergantungan pada PLN untuk menghidupi perangkat di atas. Bahkan untuk laptop dan modem, bisa hidup 24 jam tanpa listrik PLN.
Kenapa PLTS?
Idenya muncul tiga bulan lalu saat saya akan mengisi sebuah Webinar untuk nasabah prioritas sebuah bank. Dua jam menjelang acara, tiba-tiba listrik PLN mati. Panik? Iya lah. Dari pengalaman itu, terbetiklah ide membangun PLTS ini sebagai "backup".
Dengan PLTS ini tiba-tiba saya merasa betapa sinar matahari ini sangat berharga.
Karena dulu, ketika belum ada PLTS ini, tiap kali matahari bersinar terik kami sering mengeluh kepanasan. Tapi kini justru berdoa semoga mstahari bersinar terang.
Dengan sinarnya yang cerah, saya bisa panen gratis tiap hari. Ngirit bayar tagihan PLN pula. Alhamdulillah. Di balik pandemi selalu ada hikmah.
Termasuk "liburan long weekend" kali ini. Sederhana, kami mencoba sebisa mungkin menghindari kerumunan yang berujung pada potensi penularan Covid.
Penakut banget ya? Ya, karena kami sudah menjadi saksi bagaimana beberapa orang dekat -teman dan nasabah- harus "pulang" duluan karena Covid setelah menjalani perawatan di RS yang menelan biaya RATUSAN JUTA rupiah!
Untuk membunuh rasa bosan, kami mengalihkan bujet travelling ke kegiatan lain. Istri saya berkebun dan saya membangun instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Serba DIY (Do It Yourself) bermodal tutorial di Yutub, ilmu Fisika jaman SMA dan hasil Ekskul Elektronika saat SMP.
Dan inilah hasilnya, saya mau berbagi untuk anda semua.
Dengan dua panel surya berkekuatan 400 Watt Peak (Wp) yang disalurkan ke aneka peralatan seperti di gambar serta dua aki @150 Ampere, instalasi ini bisa menghidupi seperangkat PC dengan dual monitor, dua laptop anak saya, TV di kamar, lampu-lampu ruang kerja, modem router serta tentu mengisi baterai Handphone.
Total kebutuhan daya untuk perangkat di atas sekitar 200 watt, dan sepanjang siang kami bisa melepas ketergantungan pada PLN untuk menghidupi perangkat di atas. Bahkan untuk laptop dan modem, bisa hidup 24 jam tanpa listrik PLN.
Kenapa PLTS?
Idenya muncul tiga bulan lalu saat saya akan mengisi sebuah Webinar untuk nasabah prioritas sebuah bank. Dua jam menjelang acara, tiba-tiba listrik PLN mati. Panik? Iya lah. Dari pengalaman itu, terbetiklah ide membangun PLTS ini sebagai "backup".
Dengan PLTS ini tiba-tiba saya merasa betapa sinar matahari ini sangat berharga.
Karena dulu, ketika belum ada PLTS ini, tiap kali matahari bersinar terik kami sering mengeluh kepanasan. Tapi kini justru berdoa semoga mstahari bersinar terang.
Dengan sinarnya yang cerah, saya bisa panen gratis tiap hari. Ngirit bayar tagihan PLN pula. Alhamdulillah. Di balik pandemi selalu ada hikmah.
Comments
Post a Comment