Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2015

CERITA SOAL KETEGUHAN HATI

Dia berdiri tegak di kawasan timur (PuDong) kota Shanghai.   Dari puncaknya, terlihat kecil kapal-kapal besar yang hilir mudik di sepanjang sungai Huang Pu.   Gedung ini, Shanghai World Financial Centre (SWFC) adalah bukti, sebuah cerita soal keteguhan hati. HANYA CERITA FIKSI Tengoklah Shanghai awal tahun 1990-an.   Deretan gedung megah dengan gaya kolonial berderet di kawasan barat kota ini, kawasan PuXi.   Dengan sungai Huang Pu sebagai pembelah, Puxi adalah kawasan mapan sedangkan Pudong adalah daerah yang ingin bangkit serta berkembang.   Ide membangun sebuah gedung pencakar langit adalah cerita fiksi belaka.   Hanya impian di siang bolong. Struktur tanah berlempung, cuaca dan angin yang kerap tak bersahabat adalah hantu menakutkan untuk pengembangan kawasan Pudong.   Zhao Qizheng, wakil walikota Shanghai yang bertugas untuk pengembangan kawasan Pudong sempat pusing tujuh keliling.   Hingga datang sebuah gagasan, yang dilontarkan oleh seorang Jepang -musuh bebuyut

NEGERI GAJAH YANG BEBENAH

Matahari mulai tinggi saat kaki saya jejakkan di Svarnabhumi Airport, Bangkok awal tahun 2015 lalu.   Kulit langsung tersengat terik matahari sekeluar dari pesawat yang selama 3.5 jam membawa saya dari Jakarta. Saya berfikir, ah pasti bandaranya mirip-mirip bandara kita di Cengkareng, atau agak modern sedikit desainnya dibanding bandara Kuala Namu di Medan yang masih kinyis-kinyis itu.    BERKALI-KALI KECELE DAN SALAH Bandara Svarnabhumi Bangkok ternyata diluar dugaan saya.   Kemegahannnya tak kalah dari beberapa bandara modern yang pernah saya injak : Changi di Singapura, Pudong di Shanghai atau HKIA di Hong Kong.   Asli, saya kaget dan tersipu malu dalam hati.   Memasuki area antrian imigrasi, saya seperti merasa berada di Eropa.   Para pengantre di konter imigrasi semua “bule”,   tak banyak saya temukan kulit sawo matang seperti saya, kecuali petugas yang sibuk berlalu lalang.    Iseng–iseng saya colek, pria yang mengatre di depan saya. ”I am from Russia, looking fo

Kali ini kisah Tukang Tahu

Namanya Tohir, asli Cirebon. Lajang tidak lulus SMP, usianya -menurut pengakuannya- belum genap 25 tahun. Sudah 10 tahun merantau, dengan segala macam pekerjaan telah digelutinya. Kini, sudah hampir genap tiga tahun ditekuni profesi terakhirnya sebagai Tukang Tahu : menjual segala macam tahu berkeliling dengan motor Supra Fit-nya. Dia muncul tiap pagi di depan rumah saya, pagi ini dia nongol ketika saya sedang mencuci mobil. Dengan percaya diri, pagi tadi, dia menggoda setiap pembantu rumah tangga yang lewat di depan rumah saya. Lalu dia riang bercerita. Menjadi tukang tahu selama 3 tahun terakhir adalah ladang rejeki yang baik baginya. Kehidupan sebagai kuli angkut di Pasar Induk, tukang bangunan hingga pedagang kakli lima -yang sempat berkali digaruk Tramtib- sudah dilewatinya. Tohir, ingin berumahtangga. Saya kira itu jawaban kenapa dengan pede dia menggoda setiap pembantu rumah tangga yang lewat depan rumah saya. Tidak ada nada keraguan ketika dia bercerita

Menimbang Peluang di Masa Krisis

BHR bekerjasama dengan bareksa.com dan Trimegah Asset Management mengadakan Seminar 'Menimbang Peluang di Masa Krisis". Kami mengundang teman-teman hadir di ac ara ini untuk mendapatkan sedikit kedalaman informasi soal situasi ekonomi terkini, komolit dengan tantangan serta peluangnya. Ada tiga pembicara yang akan sharing, mulai dari topik makro ekonomi, peluang investasi dengan instrumen reksadana dan peluang mendapatkan sebuah informasi tentang jaminan asuransi kesehatan yang meng-cover kesehatan hingga usia 80 tahun dengan jaminan premi yang disetor kembali 100%. Harga undangan hanya Rp 50.000,- sudah mendapatkan informasi terkini, makan siang plus ....FREE pembukaan satu buah rekening Reksadana dengan nilai saldo awal Rp 100.000,- untuk masing-masing undangan. Seminar ini diadakan di Hotel Horison-Bogor, Sabtu 29 Agustus 2015. Informasi dan pendaftaran, bisa menghubungi sdri. DIDI di 0251-8394485 atau 08567813774

Bukan Cuma Materi ...

Dia hanya berjualan kerupuk. Apa artinya kerupuk, yang sebungkus isi 5 gelundung harganya hanya 1000 rupiah, dibandingkan bisnis miliaran para pegawai wangi berdasi dan pengusaha besar di republik ini. Tapi, karena hanya berjualan kerupuk, beliau sangat mengisnpirasi saya. Namanya -sebut saja- Pak Amin. Saya tak berjumpa langsung dengannya, hanya ngobrol dengan Maman, seorang anak buahnya : pengecer kerupuk dengan sepeda, yang kebetulan numpang rehat di gardu siskamling depan rumah saya. Dari Maman-lah saya mendapat banyak cerita, tentang pak Amin dan perjuangannya. Keluar dari sebuah pabrik kerupuk di Tangerang akhir tahun 2007, pak Amin memutuskan untuk memulai perjuangannya sendiri. Dengan modal dan peralatan seadanya, dia memulai usaha : membuat pabrik kerupuk di pojokan daerah POMAD - Ciluar Bogor. Di bedeng sewaan ukuran 6 x 6 yang disewanya untuk pabrik, tempat tinggal dan "asrama" bagi 4 orang tetangga kampungnya (2 orang membantu produksi, dan