Dia berdiri tegak di kawasan timur (PuDong) kota
Shanghai. Dari puncaknya, terlihat kecil
kapal-kapal besar yang hilir mudik di sepanjang sungai Huang Pu. Gedung ini, Shanghai World Financial Centre
(SWFC) adalah bukti, sebuah cerita soal keteguhan hati.
HANYA CERITA FIKSI
Tengoklah Shanghai awal tahun 1990-an. Deretan gedung megah dengan gaya kolonial
berderet di kawasan barat kota ini, kawasan PuXi. Dengan sungai Huang Pu sebagai pembelah, Puxi
adalah kawasan mapan sedangkan Pudong adalah daerah yang ingin bangkit serta
berkembang. Ide membangun sebuah gedung
pencakar langit adalah cerita fiksi belaka.
Hanya impian di siang bolong.
Struktur tanah berlempung, cuaca dan angin yang kerap tak
bersahabat adalah hantu menakutkan untuk pengembangan kawasan Pudong. Zhao Qizheng, wakil walikota Shanghai yang
bertugas untuk pengembangan kawasan Pudong sempat pusing tujuh keliling. Hingga datang sebuah gagasan, yang dilontarkan
oleh seorang Jepang -musuh bebuyutan negerinya- seperti membawa cerita fiksi
itu menjadi kenyataan. Minoru Mori,
menawarkan sebuah gagasan membangun sebuah gedung tertinggi, ikon landmark yang
lebih tinggi dari Oriental TV Tower dan Jin Mao Tower yang dibangun sebelumnya
: gedung bernama Shanghai World Financial Centre (SWFC).
Tahun 1995, dua ratus
tiang pancang sudah mulai ditancapkan.
Kedalaman tiang pancang tak main-main, mencapai 78 meter. Ini adalah upaya menancapkan kekuatan “cakar”
sebuah gedung yang direncanakan setinggi 406 meter dari atas permukaan tanah. Persoalan selesai ? belum !.
Pada tahun 1997, penggarapan fondasi mulai terlihat wujudnya dan itu
berlangsung hingga dua tahun berikutnya ketika krisis keuangan dunia mulai melanda. Perusahaan konstruksi yang menggarap gedung
ini : Leslie E. Robertson Associates (LERA) mendapatkan tawaran yang menarik
dari perusahaan produsen besi baja Jepang. Nippon Steel Corp untuk
menyelesaikan masalah bahan baku konstruksi yang mahal dengan model konstruksi
besi baja yang lebih murah dan mudah.
TANTANGAN YANG TAK
KUNJUNG USAI
Pada tahun itu juga, 1999, Mori mendengar bahwa Taiwan 101
Tower yang baru saja dipancangkan di Taiwan, akan direncanakan sebagai gedung
tertinggi di dunia dengan ketinggian 449 meter.
Dan itu, jelas mengalahkan SWFC yang dia rencanakan “hanya” 406
meter. Mori panas dan berfikir keras,
ini adalah hal yang tak dapat diterima.
SWFC harus tetap menjadi gedung tertinggi di dunia. Mori kemudian memutuskan untuk mengubah
struktur gedung ini, membuatnya lebih tinggi 90 meter dengan menambahkan
menjadi 101 lantai.
Penambahan ketinggian gedung hingga 20% dari tinggi aslinya
tentu memusingkan para insiyur di LERA.
Dari rancangan awal, sebenarnya bisa ditoleransi penambahan 10%
ketinggian saja. Tapi bukan tantangan
namanya kalau itu tak bisa diselesaikan, para insinyur di LERA menambahkan
dimensi dasar gedung dari 55.8 meter menjadi 59 meter. Persoalan selesai ? Belum.
Serangan “teroris” ke menara kembar WTC di Amerika mengagetkan
dunia, 11 September 2001. Ini seakan
meniupkan gelombang paranoia pada para konstruktor gedung bertingkat tinggi
tentang perlunya sebuah rancangan gedung yang tahan serangan teroris. Dan ini membuat Mori, para insinyur serta
tukang bekerja keras membuktikan kepiawaian mereka membangun sebuah terobosan
struktur gedung yang tak Cuma anti gempa, badai namun juga anti teroris. Maka lahirlah sebuah gedung 101 lantai,
dengan struktur inti di tengah ditopang struktur baja di sekeliling sebagai
jawaban atas berbagai tantangan itu.
Artinya sudah 8 tahun sejak gagasan digulirkan, gedung ini
belum selesai. Bukankah memang seperti
itu dalam hidup? Membangun mimpi yang
besar tak bisa instan?
LINGKARAN ATAU KOTAK
Gedung megah ini sudah berdiri, dia sudah hampir mencatatkan
diri sebagai gedung tertinggi di dunia saat itu. Tapi tantangan belum juga selesai. Masalahnya adalah struktur anti badai gedung
ini dirancang dengan sebuah lobang di atas puncaknya. Dia berbentuk lingkaran dimaksudkan sebagai
“gerbang bulan” sebagaimana dalam mitologi China. Namun, tak disangka lingkaran ini
dipermasalahkan oleh otoritas China, karena lingkaran ini seolah melambangkan
bendera Jepang. Wajar saja, Mori adalah
orang Jepang asli, dan meletakkan lingkaran “seolah bendera Jepang” itu semacam
penjajahan baru atas China. Pemerintah
China berkata keras pada Mori : hentikan pembangunan gedung (yang sudah 75%
jalan) atau ganti lingkaran di atas gedung itu.
Bukan Mori bila menyerah begitu saja, maka dia
berkompromi. Diubahlah lingkaran itu,
menjadi kotak. Hingga dari kejauhan
gedung yang akhirnya selesai dalam waktu 10 tahun ini, sering dijuluki sebagai
“pembuka botol”. Investasi USD 1 milyar
tak sia-sia. Kini SWFC menjadi ikon
belanja, wisata dan juga sejarah kota Shanghai.
Dia tegak berdiri di pinggir sungai Huang Pu menantang dunia. Tak heran bila SWFC diganjar penghargaan
sebagai Best Building 2008 dari The Council of tall Building and Urban
Habitat. Tak berhenti sampai di
sana, Minoru Mori –sang penggagas- pada
tahun yang sama diganjar “The Best Businessman of the Year” dari majalah
FORTUNE.
Maka, SWFC bukan hanya soal membangun gedung paling
tinggi. Ini soal cerita keteguhan hati.
mukacasino.com beh.. cerita nya bener2 sangat menginspirasai >,<
ReplyDeleteHi,
ReplyDeleteI'm Susan Evangelina
Thank’s for your sharing
This article it’s very helpfully
Webpage >> Judi Slot Online Gacor Terpercaya
Heloo,
ReplyDeleteI'm Hilda Fransiska
Thank’s for your sharing
This article it’s very helpfully
Visit | Bocoran Situs Judi Slot Gacor