Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2020

PUNGGUK MERINDUKAN CUAN

"Mas Basri, kenapa ya sepertinya kinerja para manajer investasi di perusahaan asuransi tak bisa sebagus manajer investasi tempat aku beli resadana. NAV (Nilai Aktiva Bersih) Fund Ekuitasku di Unitlink nggak tumbuh dan manajer investasinya kayaknya nggak mau ngubah komposisi saham yang ada di portfolio-nya. Mereka nggak kerja apa ya. Rugi saya punya Unitlink", Kata seorang teman, seorang agen asuransi. Saya terus terang sedih mendengarnya. Kenapa? karena TAK SEHARUSNYA seorang agen asuransi memandang unitlink sebagai instrumen investasi. Saya lebih sering menggunakan teori Satpam kalau berbicara soal produk Unitlink (baca : https://www.facebook.com/basri.adhi/posts/10224057518852423 ) dan postingan di Yutub : https://youtu.be/qRskuQmb9ZY Kembali ke pertanyaan di atas, lalu ada investasi di Unitlink buat apa sih?  Investasi dalam produk Unitlink dimaksudkan untuk "nombokin" bayar biaya-biaya asuransi ketika biayanya naik, sementara kita biaya preminya tetap. Ya, karen

SEPIKUL SAGENDONGAN

Salah satu keasyikan membuka Kelas Perencanaan Waris adalah memiliki Grup Alumni. Karena nyaris semua peserta grup adalah Pelaku Industri Asuransi, maka cerita tak pernah habis. Salah satunya adalah cerita yang berasal dari salah satu peserta ini. Tentang pemberlakukan prinsip Sapikul Sagendongan dalam Hukum Waris secara Adat Jawa. Apa sih Sapikul Sagendongan itu? Maka lihatlah orang memikul dan menggendong. Seorang pemikul, pasti menggunakan sebatang bambu sebagai tuas untuk menopang dua keranjang dan menggendong adalah meletakkan satu keranjang di pinggul atau pinggang. Sehingga dalam hukum waris menurut adat jawa, seorang lelaki adalah memikul, seorang perempuan menggendong. Seorang lelaki berhak menerima dua bagian (dari harta waris) dan perempuan satu bagian. Ini mirip dengan apa yang diatur dalam Hukum Waris Islam.  Namun apakah aturan itu menjamin tak terjadinya sengketa? Tidak.  Bahkan Hukum Waris Islam yang sudah jelas diatur dengan detil dalam Al Quran saja masih dipersengket

SUKSES

Suatu kali terjadi dialog, saya dan seorang teman sesama pelaku industri asuransi.Saya mengawalinya dengan Pertanyaan",Bro, setelah enam tahun berada di industri asuransi, apa yang sudah kamu dapat?". Dia menjawab ",Rumah yang cukup mewah, mobil dan motor bagus, saldo rekening selalu penuh, serta barang-barang yang aku belum pernah punya sebelumnya". "Good for you, bro",kata saya lagi. Dan dia balik bertanya",Kalau kamu, Bas. Apa yang kamu dapat setelah enam tahun di Industri asuransi? "Enam tahun di industri membuat aku bisa punya (kumpulan tulisan yang jadi) dua buku, ratusan tulisan di medsos dan blog, puluhan kesempatan mengajar kelas terbuka, ratusan teman baru sesama pelaku industri dan pengalaman-pengalaman yang belum pernah aku miliki sebelumnya". Itulah hidup, kadar penentu semangat tiap orang berbeda. Dan definisi sukses tiap orang juga berbeda. Kehilangan semangat biasanya karena tak punya cita-cita dan patokan sukses yang jelas.

OBROLAN

Obrolan Satu. "Ayo bergabung di team saya pak, karena ini profesi selain menghasilkan uang juga membantu orang lho", kata saya. "Waduh pak, masalah saya sendiri aja udah banyak, Pak. SPP anak belum kebayar, cicilan kompor gas udah nunggak dua bulan... Gimana mau bantu orang, bantu diri sendiri aja susah Pak". (Fokus pada masalah, bukan Solusi). Obrolan Dua. "Ibu, kami mau bantu ibu. Saya berikan peluang usaha di team saya, supaya ibu bisa mandiri secara ekonomi", Kata kami. "Ngapain musti mandiri secara ekonomi kalau suami saya masih mampu beliin saya tas, baju. Toh nanti juga harta suami saya bakalan jadi harta saya semua. Repot amat. (Sedang berada pada Zona Nyaman tanpa pengetahuan). Obrolan Tiga. "Dengan bergabung di team kami, Bapak akan menjadi seorang entrepreneur", Kata saya meyakinkan. "Udahlah pak, saya mending jadi pegawai, sering dimarahain bos nggak masalah yang penting ada penghasilan pasti walau pas-pasan. (Kesulitan meng

KABAR PLTS DIY

Ini adalah foto dari instalasi PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) di rumah saya, usianya tepat satu bulan.  Seingat saya, waktu itu belum cerita soal bagaimana sampai ada ide aneh bikin instalasi PLTS. Awalnya dari ide anak saya (dua-duanya lagi kuliah dari rumah) untuk memasang AC di rumah. "Tetangga kiri kanan sudah pada pasang AC, cuma rumah kita aja yang enggak pasang AC", demikian argumen mereka.  Saya menolak ide itu. Rumah kami di kota Bogor, dengan desain "terbuka" tak ada sekat, angin dengan leluasa keluar masuk rumah, jadi tak alasan kepanasan di dalam rumah, apalagi kalau malam. Alasan kedua, karena seharusnya semakin panjang perjalanan hidup, kita makin bijaksana dengan uang. Kita musti mengerti konsekuensi dari barang atau asset yang kita beli. Kemarin hal ini saya bahas di kelas Terbuka "Pajakmu adalah Pajakku" yang digelar oleh BHR Academy. Lumayan seru, pesertanya 50 orang dari nyaris semua perusahaan asuransi di Indonesia.  Saya bilang

AKROBAT KE BALI

"Pak, kami mau minta pak Basri menjadi pembicara, berbagi inspirasi di Forum Entrepreneur Muslim Bali. Sharing soal cara mengembangkan Misterblek. namun, kami terus-terang tidak ada bujet untuk honor atau fee, Pak. Kami hanya ak an mengganti biaya transportasi dan penginapan nanti di tempat anggota kami", Demikian suara dari Seberang, suatu siang di akhir Juni 2009. Panitia mau menyediakan tiket pesawat, tentu kelas Ekonomi. Dan saya membicarakan undangan ini dengan istri saya.  Tahun-tahun itu keadaan ekonomi kami masih morat-marit. MISTERBLEK sudah berjalan dengan baik, namun secara keuangan belum stabil. Masih ada beberapa sisa hutang pribadi yang belum beres. Jadi jangankan jalan-jalan piknik (katakan ke Bali), bisa mengajak anak-anak ke makan di "luar" saja itu kemewahan tersendiri. Tiba-tiba terbetik ide, dan saya menelpon panitia", Pak boleh nggak tiket pesawatnya saya minta dalam bentuk uang tunai saja. Saya ke Bali pakai kendaraan sendiri". Deal.

OPEK VERSUS CAPEX BUKAN CAPEK

Jadi ini masih sekitar "pola pikir" di belakang proyek DIY (Do It Yourself) Pembangkit Listrik tenaga Surya di Rumah saya. kali ini saya tak membahas soal teknologi atau modalnya, tapi lebih ke "cara pandang" soal uang... lho, apa hubungannya. Sudah pernah diceritakan dalam dua postingan sebelumnya, untuk pembangunan proyek PLTS berkekuatan 800 Watt Peak (800Wp) ini saya berinvestasi sekitar Rp 8 juta. Energi listrik yang dihasilkan dipakai untuk menghidupi PC dengan dua monitor dari jam 8 -17, dua tivi bergantian, dua laptop, modem router dan charger hape. Kira-kira perangkat itu makan energi 2 Kilowatt per hari, artinya saya bisa hemat Rp 100ribuan per bulan. Ada komentar ",Lama balik modalnya ya. Investasi Rp 8 juta, hemat tagihan listrik hanya 100ribuan perak per bulan. Bakalan 8 tahun baru BEP. Mending Rp 8 juta itu dimasukkin reksadana saham, asumsi return 10% pa, tahun ke 10 jadi Rp 20 jutaan". Betul, itu kalau kita memiliki cara pandang PLTS ini ma

NGILO GITHOK

  NGILO GITHOK "Maaf pak, saya nggak bisa hadir kelas. Anak saya rewel nggak mau disuruh belajar. Udah dibayarin les juga males-malesan", Kata seorang peserta kelas yang "membolos" hari itu. Tahukah anda, bahwa orang tua adalah teladan bagi anak. Anak akan melihat kalau orangtuanya rajin belajar, maka dia juga akan otomatis rajin belajar. Karena apa yang dia lihat, akan dia tiru. Anak pembelajar pasti lahir dari orang tua yang pembelajar pula. Maka, ada baiknya sebelum ngamuk ke anak yang malas belajar, ingat-ingat dulu pepatah dalam bahasa Ukraina : Ngilo Githokmu Dhewe. Terjemahan dalam bahasa +62 : ngaca dulu ke tengkuk sendiri... Lha orangtuanya datang ke kelas saja males, belajar ogah, ya bagaimana anaknya. Banyak orangtua hanya bisa memberi INSTRUKSI tapi gagal total dalam memberi INSPIRASI bagi anaknya.

MALING TERIAK MALING

  Saya ceritakan sebuah kisah yang klien saya sudah setuju dan membolehkan saya menceritakannya pada anda semua. Sebuah pelajaran tentang rumitnya persoalan waris. Sebut saja klien saya bernama Joko. Dia menikah dan memiliki dua anak yang perempuan yang sudah beranjak remaja. Joko dan istrinya adalah tipe pekerja keras yang memutuskan merantau dan berpisah dari orang tua sejak mereka SMA. Mereka memilih untuk susah payah menghidupi diri dan keluarga dengan keringat sendiri, walau melalui berbagai badai cobaan terutama dari sisi ekonomi. Joko dan istrinya, setidaknya, sampai hari ini memiliki hidup yang aman damai. Istri Joko memiliki adik, katakan namanya Bowo. Tipe lelaki flamboyan, tukang tebar pesona namun otaknya kosong. Terbukti beberapa kali ngemplang utang di bank (tanpa memikirkan konsekuensi, minimal konsekuensi akherat), kejeblos investasi bodong (maklum otak kosong, kata Joko) bahkan bubar rumah tangganya. Sekarang Bowo yang usianya kepala 4, sudah menikah lagi dengan seoran