Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2013

Uang Kecil Mengamankan Uang Besar

Kemarin, saya bertemu mitra bisnis saya di sebuah kota Sukabumi.  Seperti biasa, kami bertukar kisah karena sudah lama juga tidak ketemu.  Sambil nyeruput kopi "dagangan" sendiri, kami ngobrol ngalor ngidul. Mitra bisnis saya ini masih muda, bersemangat tinggi.  Walau masih bekerja di sebuah Bank Swasta, tapi semangatnya untuk mengelola usaha "mini coffee shop" di sebuah pusat perbelanjaan tak pernah pupus.  Sudah empat tahun usaha ini berjalan, dan kelihatan hasilnya.  Hingga topik pembicaraan kami mengarah ke rencana beliau memberikan "tambahan pengaman" untuk hasil usahanya dan sekaligus menabung berinvestasi untuk putra keduanya.  Tadinya, mitra saya ini masih berfikir kalau membeli "proteksi" lagi berarti harus mengeluarkan dana tambahan ekstra.  Hingga saya berikat illustrasi. Outlet milik Mitra Bisnis Saya di Sukabumi Pertama , dengan adanya tambahan pendapatan dari usaha, maka NILAI EKONOMIS beliau otomatis naik.  Ya, karena sel

Tidak tahu Harusnya Tanya, Bukan Protes

Tulisan saya di Blog dan Facebook, tentang 10 Tips Menghindari Agen Asuransi menuai hasil juga. Seorang kenalan -maksud saya saya cuma kenal di FB saja- protes keras dengan isi  tulisan saya.  Katanya ", Anda kok seolah menjustifikasi kalau ada orang tidak membelikan asuransi buat keluarganya, itu nggak sayang sama keluarganya". Saya tanggapi chat nya di FB dengan senyum-senyum. Saya : Mas, sebenernya inti protesnya apa? apakah karena soal mas yang belum punya asuransi atau karena saya menuduh mas tidak sayang keluarga?. Dia : saya protes, anda terlalu menggenalisir, saya sayang keluarga saya tanpa harus membelikan asuransi. Saya : Oh ya, bagus kalau begitu, anda seorang seuami dan ayah yang hebat lho.  Jarang lho ada yang mau ngaku terus terang gini sayang sama keluarga.... tapi by the way, jadi apa dong wujud sayang keluarganya...saya jadi penasaran nih. hehehehe.... (*saya becandain dia*) Dia : Owwhh... ya standar mas, saya kerja keras; gaji saya buat keluarga,

Tips "Mengapa Agen Asuransi Patut Dihindari"

Iseng-iseng, di tempat saya biasa istirahat, saya mau berbagi Tips Satire ini. Di aktivitas baru ini, saya bertemu banyak sekali pengalaman baru.  Maka ini Tips lucu-lucuan saya, jangan tersinggung ya.. 10 Tips Mengapa Agen Asuransi Patut Dihindari 1. Karena agen asuransi, adalah profesi paling beriman .  Bayangkan hanya mereka yang konsistem mengingatkan bahwa hidup kita di dunia ini hanya sementara, kita pasti mati.   Sementara sales KTA menawarkan Berhutanglah, dan cicilah sampai mati; agen asuransi mengingatkan, jangan banyak hutang karena mungkin besok kita mati.  Kenyataan bahwa kita PASTI mati kapan saja selalu berusaha diingkari. 2.  Karena Agen Asuransi selalu mikirin masa depan keluarga anda, sementara anda sendiri enggak gitu-gitu amat .  Kalau pak kyai mengingatkan bahwa kalau mati anda harus bawa banyak "bekal amal" buat diri kita sendiri ke akherat, Agen Asuransi mengingatkan -untuk kepentingan keluarga yang ditinggalkan- "nilai ekonomis" kita d

Mau Berkah Barokah, ya Syariah

Sepulang Umroh beberapa hari lalu, entah kesambet malaikat apa, teman saya- sebut saja namanya- Hadi tergopoh-gopoh menelpon saya.  Nadanya bersemangat, mengajak saya makan siang.  Rezeki nomplok pikir saya. Hadi, beberapa minggu sebelum umroh berdiskusi dengan saya soal rencananya menginvestasikan dananya ke Manulife, supaya juga ada proteksinya.  Mungkin, pikir dia, kali aja dapat berkah bisa meninggal di Mekkah maka ada yang dia bisa wariskan buat keluarga-tentunya selain tabungan yang dia investasikan.  Tapi diskusi itu belum berlanjut, karena konsentrasi mempersiapkan umroh rupanya mengalahkan segalanya. Dan hari ini, raut mukanya nampak bersinar dan berbeda.  Pertanyaan pertama yang dia ajukan," Bro, bisa nggak aku berinvestasi di Produk Syariah? .  Maka pertanyaan ini saya sambut dengan antusias. "Begini, bagus kalo Hadi sudah ada kesadaran berinvestasi dan mendapatkan proteksi secara syariah, karena itu akan membawa berkah", kata saya.  Dia penasaran,"M

JANGAN SALAH MEMILIH !

Jumat lalu, dalam rangkaian perjalanan, saya menyempatkan mampir menemui seorang kerabat.  Dari sekedar bertegur sapa ,menengok rumah baru beliau. Hingga topik pembicaraan mengarah ke asuransi dan tabungan.  Beliau bercerita bahwa kini sudah memiliki satu produk Asuransi dari sebuah perusahaan Asuransi lokal, yang beliau yakini adalah produk investasi/tabungan.  Saya minta diperlihatkan polisnya. Ternyata, dari polis yang saya baca, produk asuransinya bukan investasi/tabungan yang sebagaimana difikirkan beliau selama ini.  Bayangkan, dengan premi sebesar Rp 500ribu/3 bulan, masa kontrak 10 tahun, nilai Uang Pertanggungan "hanya" Rp 20 juta.  Nominal yang hampir tak ada nilainya, apalagi dihadapkan pada kondisi 10 tahun depan.  Nilai Bonus Asuransinya pun kecil sekali, sepuluh tahun lagi tak sampai Rp 3 juta. Rupanya, selidik punya selidik, sang Agen Asuransi yang menawarkan produk asuransi itu dulu kepada beliau tak menerangkan dengan detil.  Entah tak mau, atau tak bis

MARI BERHITUNG (Sequel 2)

Tadi siang, saya makan siang dengan seorang klien usaha.  Sambil berbincang santai, saya tanyakan apakah dia memiliki asuransi? Dengan sedikit tertawa - mengira pertanyaan saya hanya bercanda - dia menjawab : "asuransi, buat apa? ngabis-ngabisin duit aja". Terus terang saya terperanjat, tapi dengan berseloroh saya bilang. apakah anda tidak belajar ilmu perencanaan keuangan, hingga berpendapat bahwa asuransi hanya menghabiskan uang belaka. Lalu, kami mulai berdebat dan berhitung. Saya tanyakan pertama adalah, berapa NILAI EKONOMIS dia?  Dengan terperanjat, dia bilang tak tahu apa maksud saya.  Sayapun nyerocos.  Katakan pendapatan dia per bulan yang dipakai untuk memenuhi standar hidup keluarganya adalah Rp 20 juta/bulan, maka NILAI EKONOMIS dia adalah Rp 20 juta x 12 = Rp 240 juta/tahun. Lalu pertanyaan saya kedua, kapankah anda akan mati ?  Dia lebih kaget dan wajahnya tersirat agak marah mendengar pertanyaan saya.  Saya bilang, "Bung, setiap orang akan mati,

Mari Berhitung !

Ini bulan slogan, dan juga bukan judul acara di stasiun televisi.  Ini adalah kenyataan, bahwa hari ini kita musti berhitung, untuk anak-anak kita kelak. Siapkan kalkulator, secarik kertas dan pena. Berapa penghasilan anda sekarang?  Katakanlah Rp 10 juta per bulan.  Atau total Rp 120 per tahun.  Pas-pasan atau berlebih, jujur, hanya anda yang tahu.  Syukur kalau berlebih (artinya ada tabungan). Kalaupun tabungan itu ada, berapa persen dari penghasilan itu yang ditabung ? Katakan 20%, atau Rp 2 juta per bulan.  jadi total Rp 24 juta per tahun.  Bila -Alhamdulillah dan InsyaAllah- umur anda panjang, bisa memberikan penghasilan hingga 20 tahun lagi; maka bila anda menabung mulai hari ini, akan ada Rp 24 juta x 20 tahun = Rp 480 juta.  Bila disimpan di tabungan Bank, Riba yang akan diperoleh kira-kira selama 20 tahun itu adalah -katakan- 80%, maka tabungan akan menjadi Rp 864 juta.  Alhamdulillah. Catatan : 1. Anda sehat sepanjang umur itu (karena Bank cuma terima setoran dari an

Kemana Larinya Keuntungan Usaha Anda (Berdasar Pengalaman Pribadi)

* Saya share juga tulisan ini di website MISTERBLEK Coffee (http://bazz-misterblek.blogspot.com) * Saya, seperti juga hasil sharing dengan teman-teman sesama Entrepreneur, pernah juga mengalami masa-masa sulit.  Maklum, usahanya masih gurem, persoalan utama soal cash flow dan keterbatasan modal uang untuk pengembangan.  Kesalahan kami sama : terlalu cepat ingin menikmati. Masa sulit itu meninggalkan satu pelajaran berharga.  Pentingnya punya pengetahuan dan mempraktekkan pengelolaan uang dengan baik. Kemarin, saya ikut sebuah kursus soal pengelolaan keuangan keluarga.  Kursus yang bagi sebagian besar keluarga di Indonesia dianggap sebagai kursus omong kosong, karena pada dasarnya kebiasaan kita adalah : Uang masuk = Uang Keluar.  Tapi saat darurat kebingungan.  Sehingga Indonesia adalah ladang subur para Lintah Darat (Lintah Darat di gedung pencakar langit ataupun Lintah darat di Emper warung). dari mulai KTA, Pinjaman 3 menit cair, Pinjaman jaminan BPKB ... Salah

Hidup ini Seperti Perang Krimea (Kisah Nyata ibu Melani)

Pernah mendengar soal Perang Krimea ? Perang ini terjadi tahun 1853-1856 antara Kekaisaran Rusia melawan sekutu antara Britania Raya, Perancis, Kerajaan sardinia dan Kekaisaran Utsmaniyah.  Perang yang terjadi di semenanjung Krimean (sebagian lagi di Turki Barat dan Baltik); adalah perang yang menjadi inspirasi perang modern masa depan; karena kemenangan Perang bukan cuma ditentukan oleh kekuatan pasukan, tapi juga kekuatan perencanaan dan taktik Logistik.  Logistik tak cuma soal barang, namun pengaturan uang dan pembelanjaan keperluan pasukan. Surat Tanda Bukti Dan Pendidikan Terjadwal Ibu Melan Hari kemarin saya mendengar kisah Ibu Melan.  Beliau menyampaikan ini, saat 145 hari sejak ditinggalkan sang suami tercinta Alm. H Edis. Almarhum semasa hidupnya terkenal ulet dan rajin.  Usaha outlet telepon selulernya sempat meraja di kota Bogor, sebelum akhirnya tutup karena ditipu oleh rekan bisnisnya.  Tak cuma ulet, beliau ternyata memberi perhatian lebih pada Strategi Perencanaa

Berapa Nilai Uang Rp 500.000,- Anda ?

Pertanyaan yang aneh.  Ya, ini memang pertanyaan yang aneh. Maka, mari bersama, kita bayangkan uang Rp 500.000,- di dompet atau rekening kita.  Dia tak cukup untuk makan berdua di Tony Roma's.  Tapi dia hanya cukup dua kali makan berempat, di Pizza Hut.  Dia tak cukup untuk membeli oli mesin dan oli transmisi mobil saat servis rutin bulanan, namun dia hanya cukup untuk tiga kali isi bensin dalam dua minggu kerja kita. Dia tak cukup untuk membeli gajet Blackberry -bahkan yang seri paling underdog , karena dia hanya cukup untuk beli pulsa selama satu bulan. Uang Rp 500.000,- di dompet kita bahkan tak cukup untuk membayar biaya taxi menuju rumah saki,  saat kita sakit. Tapi, bacalah penawaran hebat ini (saya menemukan terselip di buku notes saya), bahwa setiap bulan dengan mengeluarkan atau menyisihkan  "sejumlah uang yang kurang berharga" itu, skema Proteksi Kesehatan MANULIFE bisa memberikan : a. Manfaat kesehatan berupa biaya kamar saat rawat inap (tak terb

Istri yang Tak Beruntung

Begini ceritanya.  Sore itu, dua tahun lalu,  saya ketemu calon klien.  Katakan namanya pak Rama, dan istrinya bu Sinta.  Pak Rama adalah seorang pengusaha, bisnisnya berdagang alat-alat kesehatan sudah lumayan moncer. Ibu Sinta seorang Ibu Rumah Tangga.   Dari beberapa kali pembicaraan, beliau tertarik dengan program Value Protector, dimana dia pengen, saat dia sakit/meninggal nanti, semua kebutuhan keluarga yang selama ini ditopang dari hasil kerja dia tetap dapat terpenuhi, tak berkurang satu peser pun.  Pak Rama ingin, saat dia meninggal, standar kehidupan keluarganya minimal tetap seperti sekarang ini; tetap bisa sekolah di sekolah terbaik, berekreasi dan menikmati hidup di kalangan menengah atas. Datanglah hari itu.  Pak Rama sudah paham 180% penjelasan saya, dan sudah confirm untuk mengambil program Value Protector dengan uang pertanggungan 3 Milyar rupiah.  Kami ngobrol sambil ngopi di teras belakang rumah, sambil menikmati semilir angin dari kolam renang.  Segepok uang tun

Kesadaran bukan soal Umur ...

Namanya Mohammad Rasyid, biasa dipanggil Rosid.  Dia adalah karyawan MISTERBLEK coffee.  Sudah bekerja Empat tahun, sejak bujangan hingga kini memiliki satu putri yang lucu.  Rosid adalah perantau yatim piatu yang datang dari Klaten, sebuah kota kecil dekat Yogyakarta.  Tujuannya satu : mencari nafkah halal untuk keluarganya. Karena ketekunan dan konsistensinya, Rosid kini sudah memiliki motor yang dicicil dari gajinya.  Kalau dibandingkan gaji seorang manager di perusahaan kelas menengah di Jakarta, jelas gaji Rosid tak ada apa-apanya.  Apalagi usianya masih sangat muda, belum genap 30 tahun. Tapi Rosid sadar, bahwa anaknya nanti akan besar dan membutuhkan banyak biaya.  Di usianya yang muda, dia sudah berfikir jauh ke depan.  Dia sisihkan dari gajinya Rp 350.000,- per bulan  untuk membayar premi asuransi dari Manulife.  Produk yang dibelinya adalah Manulife Value Protector (MVP), sebuah produk yang mengkombinasikan proteksi (pendapatan) saat sakit kritis, meninggal dan tabungan

MENGAPA ASURANSI

Posting pertama blog ini, sengaja saya sodorkan sebuah pertanyaan yang sangat mendasar :  MENGAPA ASURANSI Apa yang selalu dibayangkan orang ketika bertemu seorang agen asuransi ?  Ditakut-takutin soal kematian, atau terbayang tabungan anda akan dikuras oleh kewajiban membayar premi asuransi, ataukah karena agen asuransi selalu memaksa. Jaman sudah berubah.  Bila anda saat ini berurusan dengan Lembaga Keuangan, entah untuk urusan Pinjaman Dana atau Leasing Kendaraan, misalnya.  Mengapa mereka mengharuskan kita menandatangani perjanjian asuransi?  Adakah itu karena mereka peduli pada "jiwa" kita saat terjadi sesuatu yang membuat kita tak mampu membayar kewajiban (baca : cicilan)? TIDAK !  Perusahaan Pembiayaan justru memikirkan bagaimana uang yang mereka pinjamkan akan kembali, bahkan pada saat anda tak mampu membayar "cicilan" pada mereka.  Asuransi memberikan "proteksi" pada asset mereka, yang dipinjamkan pada anda. Karena, jiwa kita tak ada yang