
Pak Rama ingin, saat dia meninggal, standar kehidupan keluarganya minimal tetap seperti sekarang ini; tetap bisa sekolah di sekolah terbaik, berekreasi dan menikmati hidup di kalangan menengah atas.
Datanglah hari itu. Pak Rama sudah paham 180% penjelasan saya, dan sudah confirm untuk mengambil program Value Protector dengan uang pertanggungan 3 Milyar rupiah. Kami ngobrol sambil ngopi di teras belakang rumah, sambil menikmati semilir angin dari kolam renang. Segepok uang tunai sudah siap beliau setorkan ke Bank untuk pembayaran Premi... hingga datanglah Ibu Sinta.
Dengan bersungut, ibu Sinta mengambil gepokan uang yang sedianya akan disetor, dan berkata ketus ", buat apa uang banyak-banyak dibayarkan ke asuransi, tidak ada gunanya". Dibawanya gepokan uang itu pergi ke kamar. Pak Rama terbengong, saya apalagi. Singkat cerita, batallah transaksi hari itu.
Hingga datang hari itu. Pak Rama mengalami kecelakaan lalu lintas, dan meninggal di tempat. Berselang seminggu setelah itu, saya mendengar kabar dan bergegas menyambangi rumah alm. Pak Rama. Ditemui Ibu Sinta, yang masih merah matanya (karena terlalu banyak menangis), saya hampir tak bisa berkata apa-apa. Ibu Rama hanya tersedu, berkata singkat ", Saya adalah istri yang tak beruntung".
Rupanya, Tak banyak yang bisa ditinggalkan pak Rama untuk keluarga saat "kepergiannya" yang mendadak. Asuransi tak ada, tabungan tak seberapa.
Ibu Sinta tak seberuntung Istri-istri lain di luar sana yang bersuka cita melihat suaminya membeli polis asuransi untuk melindungi income-nya. Penyesalan akhir memang tak ada guna.
Maka, berkaca pada kisah ibu Sinta, adakah anda istri yang beruntung ? tanyakan pada
suami anda.
*Kisah ini Fiktif, tapi banyak terjadi di luar sana*
Comments
Post a Comment