* Saya share juga tulisan ini di website MISTERBLEK Coffee (http://bazz-misterblek.blogspot.com) *
Saya, seperti juga hasil sharing dengan teman-teman sesama Entrepreneur, pernah juga mengalami masa-masa sulit. Maklum, usahanya masih gurem, persoalan utama soal cash flow dan keterbatasan modal uang untuk pengembangan. Kesalahan kami sama : terlalu cepat ingin menikmati.
Masa sulit itu meninggalkan satu pelajaran berharga. Pentingnya punya pengetahuan dan mempraktekkan pengelolaan uang dengan baik.
Kemarin, saya ikut sebuah kursus soal pengelolaan keuangan keluarga. Kursus yang bagi sebagian besar keluarga di Indonesia dianggap sebagai kursus omong kosong, karena pada dasarnya kebiasaan kita adalah : Uang masuk = Uang Keluar. Tapi saat darurat kebingungan. Sehingga Indonesia adalah ladang subur para Lintah Darat (Lintah Darat di gedung pencakar langit ataupun Lintah darat di Emper warung). dari mulai KTA, Pinjaman 3 menit cair, Pinjaman jaminan BPKB ...
Salah satu pelajaran itu, saya disodorin sebuah pertanyaan menggelitik : "Mengapa bila kita ada di mall/pusat perbelanjaan/tempat umum, bila ketemu salesman, kita cenderung untuk menghindar?. Berbagai macam jawaban akan muncul, dan satu jawaban yang paling tepat adalah : Kita menghindari upaya untuk "keluar uang". Ya, karena bertemu sales artinya membeli sebuah barang dengan mengeluarkan sejumlah uang.
Tapi, di sisi lain, kita dengan mudah mengeluarkan banyak uang untuk barang yang tak kita tahu gunanya dan tak menjadi kebutuhan kita.
Lalu, bagaimana dengan kita para entrepreneur? Prinsip dasarnya adalah mengeluarkan uang boleh, namun harus cermat. Cermat tak berarti pelit. Bila uang kita 100, maka pakai 30 untuk konsumsi, 40 untuk memutar usaha dan sisanya "disimpan".
Menyimpan pun ada triknya. Pada umumnya, kebiasaan kita di Indonesia, menghindari para Financial Advisor (bahasa populernya : agen asuransi). Padahal apa yang mereka tawarkan adalah "Usaha Menyimpan dan Mengembangkan" uang simpanan kita. Anggapan yang ditanamkan pada kita selama ini, bahwa membayar sebuah Premi Investasi adalah mengeluarkan uang. Padahal itu sama sekali keliru. Dibandingkan menyimpan di tabungan Bank, apalagi bank konvesional yang menerapkan Riba, menyimpan uang dalam bentuk Investasi -katakan Unit Link Syariah - jauh lebih besar manfaatnya. Selain pengembalian bagi hasil yang lebih besar (dan pasti bukan riba), di dalamnya ada unsur proteksi pendapatan (untuk meluruskan bahwa asuransi bukanlah proteksi jiwa, tapi proteksi pendapatan buat yang ahli waris yang ditinggalkan). Hal yang bagi orang Indonesia dianggap masih aneh.
Jadi, coba cermati ada di mana dan pergi kemana uang anda. Berurusan dengan Financial Advisor anda, bukan seperti berhadapan dengan Sales Panci. Uang anda tidak pergi keluar, tapi uang tetap masuk dan
membawa "teman".
Jangan sampai masa sulit -seperti yang saya alami dulu - juga menimpa anda. *Basri Adhi, Entrepreneur tulen, pemilik MISTERBLEK coffee, basriadhi03@gmail.com*
Saya, seperti juga hasil sharing dengan teman-teman sesama Entrepreneur, pernah juga mengalami masa-masa sulit. Maklum, usahanya masih gurem, persoalan utama soal cash flow dan keterbatasan modal uang untuk pengembangan. Kesalahan kami sama : terlalu cepat ingin menikmati.
Masa sulit itu meninggalkan satu pelajaran berharga. Pentingnya punya pengetahuan dan mempraktekkan pengelolaan uang dengan baik.
Kemarin, saya ikut sebuah kursus soal pengelolaan keuangan keluarga. Kursus yang bagi sebagian besar keluarga di Indonesia dianggap sebagai kursus omong kosong, karena pada dasarnya kebiasaan kita adalah : Uang masuk = Uang Keluar. Tapi saat darurat kebingungan. Sehingga Indonesia adalah ladang subur para Lintah Darat (Lintah Darat di gedung pencakar langit ataupun Lintah darat di Emper warung). dari mulai KTA, Pinjaman 3 menit cair, Pinjaman jaminan BPKB ...
Salah satu pelajaran itu, saya disodorin sebuah pertanyaan menggelitik : "Mengapa bila kita ada di mall/pusat perbelanjaan/tempat umum, bila ketemu salesman, kita cenderung untuk menghindar?. Berbagai macam jawaban akan muncul, dan satu jawaban yang paling tepat adalah : Kita menghindari upaya untuk "keluar uang". Ya, karena bertemu sales artinya membeli sebuah barang dengan mengeluarkan sejumlah uang.
Opik sedang melayani Pembeli di Outlet CIKEAS |
Tapi, di sisi lain, kita dengan mudah mengeluarkan banyak uang untuk barang yang tak kita tahu gunanya dan tak menjadi kebutuhan kita.
Lalu, bagaimana dengan kita para entrepreneur? Prinsip dasarnya adalah mengeluarkan uang boleh, namun harus cermat. Cermat tak berarti pelit. Bila uang kita 100, maka pakai 30 untuk konsumsi, 40 untuk memutar usaha dan sisanya "disimpan".
Menyimpan pun ada triknya. Pada umumnya, kebiasaan kita di Indonesia, menghindari para Financial Advisor (bahasa populernya : agen asuransi). Padahal apa yang mereka tawarkan adalah "Usaha Menyimpan dan Mengembangkan" uang simpanan kita. Anggapan yang ditanamkan pada kita selama ini, bahwa membayar sebuah Premi Investasi adalah mengeluarkan uang. Padahal itu sama sekali keliru. Dibandingkan menyimpan di tabungan Bank, apalagi bank konvesional yang menerapkan Riba, menyimpan uang dalam bentuk Investasi -katakan Unit Link Syariah - jauh lebih besar manfaatnya. Selain pengembalian bagi hasil yang lebih besar (dan pasti bukan riba), di dalamnya ada unsur proteksi pendapatan (untuk meluruskan bahwa asuransi bukanlah proteksi jiwa, tapi proteksi pendapatan buat yang ahli waris yang ditinggalkan). Hal yang bagi orang Indonesia dianggap masih aneh.
Jadi, coba cermati ada di mana dan pergi kemana uang anda. Berurusan dengan Financial Advisor anda, bukan seperti berhadapan dengan Sales Panci. Uang anda tidak pergi keluar, tapi uang tetap masuk dan
membawa "teman".
Jangan sampai masa sulit -seperti yang saya alami dulu - juga menimpa anda. *Basri Adhi, Entrepreneur tulen, pemilik MISTERBLEK coffee, basriadhi03@gmail.com*
Comments
Post a Comment