Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2016

HIDUP MEMANG SEPENGGALAN GALAH SAJA

Ketika ketemu terakhir sekitar setahun lalu beliau hanya bilang ",Aku pengen punya anak perempuan , Bas". Dua anaknya sudah menjelang remaja, semua lelaki, dan rupanya beliau ingin melengkapi hidupnya. Badannya gagah, masih sangat gagah. Pangkat terakhirnya Kolonel hingga saat beliau tutup usia.. Dan memiliki anak perempuan yang lahir dua bulan lalu nampaknya adalah kebahagiaan paripurna dirinya. Dua tahun lalu, meyakinkan beliau untuk memiliki Program Asuransi untuk warisan dan Dana Pensiun susahnya setengah mati. Mungkin sebagai tentara, beliau merasa bakal hidup prima.  Istrinyapun kelihatan "tidak rela" suaminya menyisihkan uang untuk premi asuransi. Tapi beliau akhirnya memutuskan mengambil Program yang saya tawarkan, walau tak lama. Entah atas "bisikan" siapa, delapan bulan lalu, sang istri "keukeuh" ingin membatalkan program Asuransi yang dimiliki suaminya. Saya tak bisa lagi menahannya, dan polis asuransipun di

SMASH DAVIDSON IS BACK

Ya, setelah dipakai oleh Iyus, karyawan di kantor selama dua tahun, Smash Davidson, motor legendaris ikon dari Misterblek kembali pulang kandang. Iyus sudah bisa beli motor baru. Alhamdulillah. Ini motor sudah sebelas tahun umurnya. Setiap ada karyawan "kepercayaan" yang tak punya motor, Smash Davidson inilah yang selalu dibawa oleh mereka. Setidaknya sudah empat orang yang "bawa" motor ini. Jadi sebelas tahun umurnya, si Smash Davison ini ada kali sembilan tahun "merantau". Dan hari ini dia pulang. Dia pulang seperti membawa banyak sekali cerita. Dari catnya yang mulai pudar, lampu-lampunya yang mati, sampai kembangan bannya yang mulai mulus. Belum lagi BPKB nya yang kumel saking dulu sering keluar masuk "sekolahan". Ibaratnya, setelah sebelas tahun dia ini udah S-3. Dia saksi yang sebenar-benarnya bahwa kalau hidup mau sedikit keluar dari zona nyaman, mau sakit-sakit dikit, mentok sana sini, nggak gengsian dan b

SIAPKAN DANA PENDIDIKAN ANAK, BUAT APA?

"Mas, untuk dana pendidikan anak, saya mau nabung aja di bank. Nggak perlu lah investasi-investasian seperti yang mas tadi sampaikan", kata calon klien saya ini. Saya baru saja memaparkan program untuk dana pendidikan anaknya. Pada dasarnya program yang ditawarkan adalah Program Unit Link, yaitu program yag menggabungkan Asuransi (Proteksi) dengan Investasi. Dimana Investasinya mirip 99,9% dengan Reksa Dana (Mutual Fund). Bedanya, dalam Unit Link selain ada Uang Pertangg ungan, juga ada fitur WAIVER, yaitu fitur pembebasan premi serta program tabungan akan jalan terus bila pembayar meninggal dunia atau mengalami kondisi yang sangat memaksa tak bisa membayar premi lanjutan (cacat total tetap, misalnya). Bila rentang waktu "menabung" nya lama, instrumen investasi ala mutual fund di Unit Link ini bisa memberikan imbal hasil rata-rata di atas 20% per tahun. Apalagi bila diinvestasikan di instrumen yang progresif, saham/ekuitas misalnya. "

SURAT UNTUK ALIFA DAN DIVA

Hari ini, Senin yang malas 6 September 2021. Surat ini Bapak tulis di pelatihan Transphosis, pada September yang mulai basah oleh hujan lima tahun lalu. Sekarang kita berdua sedang berdebat di sebuah sudut Junus Straat Wageningen, dalam kedai kopi Columbus yang tua, bersahaja namun hangat. Aku bilang kopi Gayo lebih intens, dan kamu - Alifa Putri Anarghya - tak sepakat. Sebagaimana biasa, kamu bersikukuh pada pendapatmu sendiri, kopi Jamaika lebih intim dan wangi. Sementara adikmu, Divaprillia Putri seperti biasa sedang sibuk berdebat dengan mamahmu soal konsep Video Blog yang akan dia unggah minggu ini. Alifa dan Diva, saat menulis surat ini untuk kalian, Bapakmu hanyalah semacam ulat bulu di mata sebagian orang. Beberapa orang akan jijik takut terkena buluku yang gatal, dan takut daun yang mereka miliki akan habis kumakan. Tapi saat menulis surat ini pula, Bapak ingat tutur guru yang mengajar di sekolah pertanian dulu, seekor ulat kelak akan menjadi kempo

TADI MALAM KETEMU RATIMAN

Hujan belum lelah turun sedari siang, suaranya gemeretak menghantam atap seng warung Bubur tempatku "hang out" menunggu si bungsu selesai les tambahan. Aroma indomie rebus yang sedang dinikmati pria sebelah sangat menggoda. Kopi tubruk liong bulan di hadapan saya tinggal separo, indomie rebus di mangkoknya sudah tandas pula. Hujan masih deras, dan kami mengobrol begitu saja. "Ratiman",katanya mengenalkan diri. Dia sudah empat tahun tinggal di Bogor, mengontrak sebuah bilik di Jl. Malabar Ujung bersama (lebih pasnya bergantian) dengan seorang teman sekampungnya yang berjualan nasi goreng keliling. Dia menempati bilik itu malam hari, temannya tidur pada siang hari. Saat dia menyebut Jl. Malabar Ujung, ingatanku terlempar ke tahun 1990. Di kost-an sahabat saya Fikri Satriawan Fachrudin , tempatku menumpang sementara-kadang tidur beralas karton tebal bekas bungkus kulkas dulu saat kost ku di Bagunde habis masa sewanya. Foto Illustrasi, ini

DIPATUK ULAR KOBRA

Lama tak muncul, tak berkabar seorang anggota team BHR menitip kabar pada temannya -yang juga di BHR- bahwa dia memutuskan berhenti sebagai Financial Consultant di BHR. "Aku merasa ini bukan pekerjaan yang cocok buat aku, aku sudah berusaha menawarkan, menjual tapi setiap orang yang aku tawari menolak. Bahkan kadang mau bikin janji aja susah",katanya. Rekan saya ini dulu kariernya bagus, termasuk petinggi lah. Mau ketemu dia saja harus melewati setidaknya empat meja : satpam, resepsionis, sekretaris dan asisten. Susah. Janjian minimal harus seminggu sebelumnya, itu juga belum tentu bisa dapat waktu ketemu. Klien kalau dia yang telpon langsung "leleh" karena dia pasti hanya akan menelepon untuk masalah yang sangat penting. Setahun lalu dia memutuskan mengambil pensiun dini setelah perusahaan tempatnya bekerja diakusisi sebuah mogul bisnis dari mancanegara. "Mengubah kebiasaan dihubungi menjadi menghubungi ternyata sulit",imbu

DARI PRAMBANAN MEMBAWA CERITA

Ini foto mas Soleh, bersama asistennya. Sebut saja Solihun. Mereka bukan sedang membangun candi Prambanan, tapi memasang atap untuk calon "padepokan" di halaman belakang rumah saya. Saya menemukan mas Soleh lewat sebuah situs penyedia jasa. Sepuluh tahun lalu, mas Soleh merantau ke Jakarta dari Prambanan. "Nggak kebagian sawah pak",jawabnya saat ditanya kenapa merantau ke Jakarta. Bersama lima orang teman sekampungnya, mereka berpindah dari satu bedeng proyek ke bedeng proyek lain. Dari hanya kuli batu "biasa", mas Soleh naik pangkat jadi juru las. Empat tahun lalu, setelah upah jadi kuli yang dikumpulkannya cukup : mereka berenam membuat bengkel las. Menerima order membuat pagar, atap kanopi untuk garasi. Cukup waktu dua tahun, usaha itu bangkrut. Dua tahun, tiga kali bengkel digusur dan berkali-kali terendam banjir kali Pesanggrahan. Belum persaingan dengan bengkel las lain yang modalnya lebih besar. Ditambah orang mulai

HEBAT ITU SEDERHANA : JADI DIRI SENDIRI

Saya pikir rekan satu tim yang pernah ada dalam koordinasi saya di koran, masih bekerja di koran itu. "Sudah enam bulan saya nggak (kerja) disitu bos, ada perampingan",katanya kemarin. Dia selalu memanggil saya Bos, padahal nama saya Bas. Rekan saya ini laki-laki, jadi tak bisa disebut sebagai Mawar, sebut saja Kumbang. Umur kami sebaya. Oya, bagi yang belum tahu, umur saya 45 dengan semangat 25. Kumbang dulu Sales manager jagoan, tidak pernah tak mencapai target penjualan . Tapi sejak dulu dia memang paling sebal kalau diajak meeting, merancang paket-paket jualan. "Males mikir bikin-bikin gitu bos, pokoknya apa produknya saya jualin deh",itu kata-katanya dulu tiap diajak meeting. "Saya sudah dua bulan ini jualan bakso bos, tapi susah ya. Kemarin abis sakit seminggu, mungkin kecapekan. Tiap hari udah bangun jam 3, belanja, ngolah daging, bikin bakso dan dagang sampai jam 9 malam. Jualan juga masih sepi, sering banyak sisa",k

TUGAS KITA MENYALAKAN LILIN, BUKAN MEMBAKAR KANTOR

Bukan, bukan hendak menulis soal aksi tanggal 4 November kemarin. Saya tak punya kapasitas, pengetahuan saya terbatas. Mau disebut tak taat, sekuler...terserah saja. Label tak terlalu penting buat saya. Saya mau menulis hal lain, yang langsung atau tak langsung tekait dengan 411 kemarin dan keseharian kita. Semacam curhat soal media, dunia yang saya pernah tahu. Di beberapa grup whatsapp beredar ajakan, atau semacam "agitasi" untuk memboikot, menutup beberapa media yang dianggap tidak pro kelompok tertentu, tidak senafas. Saya pikir anda semua tahu media apa itu. Bahkan ada yang terangan copas sebuah pesan, ajakan untuk membakar kantor media-media itu. Mengerikan. Tahun 1994-1998 saya pernah bekerja di Republika. Sebuah koran yang digadang-gadang bisa menjadi "pembela" umat islam. Saat diluncurkan, pak BJ Habibie mendeklarasikan "Oplah Satu Juta Eksemplar". Dengan "potensi pasar" di atas 100 juta orang islam yang mam