Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2020

NAMANYA UNTUNG

Namanya Untung, usia 12 tahun namun nasibnya tak sebaik namanya yang untung itu. Ayahnya meninggal saat Untung masih dalam kandungan, overdosis. Ibunya Untung setali tiga uang dengan almarhum suaminya, kecanduan narkoba dalam taraf yang akut. Hingga kadang untuk memenuhi keinginannya mengkonsumsi obat, si Ibu mencuri (atau mengutil) barang di toko. Tiga empat kali berurusan dengan polisi, dan mertuanya - kakek si Untung- yang terpaksa turun tangan membantu "membereskan" urusan dengan polisi. Ketika saya bertemu dengan kakeknya Untung, masalahnya belum selesai di sana. Kakeknya Untung adalah pengusaha yang sukses. Hartanya banyak hasil dari ketekunannya mengelola empat bengkel motor di kota X. Anak si kakek tiga orang, dua perempuan dan bungsu lelaki : ayah si Untung. "Saya risau dengan apa yang mungkin akan terjadi saat nanti saya meninggal nanti, nak Basri", Kata si kakek. Anda pasti sudah bisa menebak kemana arahnya... Ya, soal warisan. Hubungan Ibu Untung denga

CERITA BAPAK DARI GERBANG BIRU

Susah payah tiap hari mengukur jalanan, presentasi, jualan... hanyalah untuk ini. Menunjukkan pada mereka bahwa para pendahulu mereka memiliki jejak peradaban yang luar biasa.  Masjid ini sudah digunakan sejak tahun 1616, dan memiliki enam minaret yang berdiri karena Mehmet Aga -sang Arsitek- salah dengar. Sultan Ahmet -sang penggagas - minta minaret dengan puncak emas (alten), terdengar oleh sang Arsitek "alte" yang artinya enam. Sultan Ahmet memilih membangun masjid yang sangat megah, untuk menandingi Hagia Sophia di seberangnya, gereja yang sempat menjadi Pusat Keuskupan Romawi Timur selama 1000 tahun lamanya. Pelajarannya : membangun yang lebih baik, bukan menghancurkan milik orang lain Masjid yang usianya sudah empat abad ini tak ada semut, kecoa dan laba-laba hidup di dalamnya. Bersih. "hanya" karena telor burung onta. Bukan bangga bisa minum kencing onta. Maka anak-anak terkagum mendengarnya. Nenek moyang mereka hebat sekali rupanya. Dan jejak kejayaan itu

KELUARGA ATAU TEAM?

"Dari Bogor jam berapa?",demikian teman-teman selalu bertanya kalau kami ada "meeting" di Jakarta. Kadang-kadang satu setengah jam, kadang bisa tiga jam. Jadi mengukur jarak memakai waktu tempuh. Kemarin kami blusukan dari Osaka ke Kyoto, setelah sebelumnya kami menjelajah dari Tokyo ke kota Kanazawa, Toyama dan dusun bersejarah Shirakawago. Jarak dari Kanazawa ke Osaka sekitar 390 kilometer, dengan kereta cepat Shinkasen, cukup ditempuh tiga jam. Osaka ke Kyoto, setara jarak dari rumah saya ke Cawang (54 kilometer), cukup 15 menit saja. Naik turun kereta, menyeret-nyeret koper tentu lumayan repot. Tapi tunggu, ini di Jepang. Petunjuk jalan sangat jelas, semua serba teratur dan antri, membuat kerepotan banyak tereduksi. Ketepatan kedatangan kereta tepat sampai hitungan menit. Bermodal JR Pass dan Suica (semacam octopus di Hongkong, atau e-money di kampung saya) kami leluasa blusukan ke stasiun yang kadang saking besarnya sampai ada 5 susun, dengan tiap susun memil