Skip to main content

OBROLAN


Obrolan Satu.

"Ayo bergabung di team saya pak, karena ini profesi selain menghasilkan uang juga membantu orang lho", kata saya.

"Waduh pak, masalah saya sendiri aja udah banyak, Pak. SPP anak belum kebayar, cicilan kompor gas udah nunggak dua bulan... Gimana mau bantu orang, bantu diri sendiri aja susah Pak". (Fokus pada masalah, bukan Solusi).

Obrolan Dua.

"Ibu, kami mau bantu ibu. Saya berikan peluang usaha di team saya, supaya ibu bisa mandiri secara ekonomi", Kata kami.

"Ngapain musti mandiri secara ekonomi kalau suami saya masih mampu beliin saya tas, baju. Toh nanti juga harta suami saya bakalan jadi harta saya semua. Repot amat. (Sedang berada pada Zona Nyaman tanpa pengetahuan).

Obrolan Tiga.

"Dengan bergabung di team kami, Bapak akan menjadi seorang entrepreneur", Kata saya meyakinkan.

"Udahlah pak, saya mending jadi pegawai, sering dimarahain bos nggak masalah yang penting ada penghasilan pasti walau pas-pasan. (Kesulitan mengubah mindset)

Obrolan Empat.

"Kalau ibu bergabung dengan kami, mau sedikit kerja keras dan cerdas, akan terbuka kesempatan ibu jalan-jalan ke luar negeri", Kata kami.

Walah ngapain jauh-jauh ke luar negeri. Saya diajak jalan suami saya ke Indomart aja udah hepi (Impian yang terlalu rendah)

Obrolan Lima.

"Kami berniat membantu ibu, agar walaupun saat ini ibu berstatus janda (diceraikan suami yang punya istri baru), namun mampu mandiri secara ekonomi" Kata kami.

Ah, ngapain repot nyari nasabah, ngejar target. Saya mau cari suami baru aja yang kaya. Urusan selesai (Suka jalan pintas).
-------------
Demikian obrolan saya dengan tanaman Aglonema, Sirih Gading, Janda Bolong, Talas dan Anggrek Tanah pagi ini.

Terimakasih.

Comments

Popular posts from this blog

MAU JUAL GINJAL? BACA SAMPAI SELESAI !

Sudah dua tahun tak bertemu, seorang teman mengirimkan "broadcast message" (BM) di perangkat Blackberry saya. BM-nya agak mengerikan : dia mencari donor ginjal untuk saudaranya yang membutuhkan. Soal harga -bila pendonor bermaksud "menjual" ginjalnya bisa dibicarakan dengannya. Membaca BM itu, saya teringat kisah pak Dahlan Iskan dalam bukunya GANTI HATI. Dengan jenaka beliau bercanda, bahwa kini dia memiliki 2 bintang seharga masing-masing 1 milyar, satu bintang yang biasa dia kendarai kemana-mana (logo mobil Mercedez) dan satu bintang jahitan di perutnya hasil operasi transplatasi hati. Ya, hati pak Dahlan "diganti" dengan hati seorang anak muda dari Cina, kabarnya harganya 1 miliar. Lalu, iseng-iseng saya browsing, dan ketemulah data ini, Data Harga organ tubuh manusia di pasar gelap (kondisi sudah meninggal dibawah 10 jam, sumber :http://namakuddn.wordpress.com/2012/04/27/inilah-daftar-harga-organ-tubuh-manusia-di-pasar-gelap/) 1. Sepasang bola mata: U

KAN SAYA MASIH HIDUP ...

“Harta, sebenarnya belum bisa dikatakan pembagian harta karena saya masih hidup. Tetapi saya tetap akan membagikan hak mereka masing-masing sesuai dengan peraturan agama,” ujar ibu Fariani. Ibu Fariani adalah seorang ibu dengan empat orang anak yang baru saja ditinggalkan suaminya Ipda Purnawirawan Matta. Almarhum meninggalkan harta waris berupa tanah, rumah dan mobil senilai Rp 15 Miliar. Pada bulan Maret 2017, ketiga anak ibu Fariani mendaftarkan gugatan ke Pengadilan Agama Kota Baubau, Sulawesi Tenggara dengan nomor 163/ptg/ 2013/PA/2017, yang inti gugatannya : Meminta bagian mereka selaku ahli waris yang sah atas harta waris almarhum ayah mereka. Dunia makin aneh? Anak kurang ajar? Tidak. Banyak orang yang memiliki pendapat seperti ibu Fariani, sebagaimana yang saya kutip di paragraf pertama di atas. Pendapat yang KELIRU. Begitu seorang suami meninggal dunia, maka hartanya tidak serta merta menjadi miliki istri atau anak-anaknya. Harta itu berubah menjadi h

CERITA 19 EKOR SAPI

Dul Kemit, Dede dan Khomsul datang ke rumah pak Lurah sambil bersungut-sungut. Mereka mencari orang yang bisa menyelesaikan masalah mereka. Pak Lurah menyambut mereka, dan tiga bersaudara ini menyampaikan masalahnya. Ayah Dul Kemit, Dede dan Khomsul baru saja meninggal seminggu lalu. Ceritanya, almarhum ayah meninggalkan WASIAT bahwa 19 ekor sapi yang ditinggalkan dibagi untuk mereka bertiga dengan porsi : Dul Kemit 1/2 bagian, Dede 1/4 bagian dan Khomsul 1/5 bagian. Pak Lurah pusing menghitung pembagiannya, karena pesan almarhum adalah saat membagi : sapi tidak boleh disembelih, dijual atau dikurangi. Untuk itu dia minta bantuan pak Bhabin dan Babinsa. Lalu pak Bhabin bilang", Sapi ada 19. Mau dibagi untuk Anak pertama 1/2, anak kedua 1/4 dan anak ketiga 1/5 tanpa menyembelih, tanpa mengurangi". Ketiga bersaudara itu menangguk-angguk. "Oke kalau begitu, supaya tidak berantem, saya akan sumbangkan satu ekor sapi milik saya untuk MENGG