Skip to main content

HIDUP PADA DUA SKENARIO

"Polisku sudah banyak, bertumpuk tuh. Buat apa lagi aku musti punya Polis baru dari kamu", Demikian kata Koh Fulan (sebut saja namanya begitu), calon nasabah Dini, salah satu team di agency kami.  "Bagus kalau begitu , Koh", Jawab Dini. Koh Fulan kebingungan dengan jawaban itu. "Sini saya bantuin bacain manfaat semua polis yang Koh Fulan sudah miliki", Lanjut Dini.

Satu persatu polis di buka.

Inilah sebenarnya tantangan di Industri Asuransi. Tantangannya bukan pada nasabah yang belum memiliki kesadaran ber-asuransi. Tantangannya justru pada pelaku industri (cq. Agen Asuransi, bahkan Leader-nya) yang kurang kompeten dalam bekerja.

Banyak dari pelaku industri hanya sekedar mengambil keuntungan sesaat, komisi besar, tanpa mengindahkan kebutuhan nasabah.

Koh Fulan memiliki 12 polis Asuransi dari berbagai perusahaan. Tapi tumpang tindih "tidak genah" alias acak-adul. Satu tahun dia mengeluarkan bujet Rp 280 jutaan untuk membayar premi asuransi dengan manfaat total Uang Pertanggungan "hanya" Rp 800 juta.

Belum Lagi, Koh Fulan memiliki tiga asuransi kesehatan "cashless" dari tiga perusahaan asuransi yang berbeda, karena agen-agennya bilang : bisa "double claim"-tidak dijelaskan bahwa di Indonesia berlaku aturan "Koordinasi Manfaat" antar asuransi kesehatan non BPJS. Ditambah semua asuransi kesehatan Koh Fulan itu masih memakai sistem plafon kamar, tanpa dilengkapi Cash Plan.

Fakta yang diceritakan Dini ini terus terang agak menyedihkan. Ini seperti potret buruk (pelaku) industri asuransi kita.

Semua polis asuransi koh Fulan (jauh) lebih berat ke sisi investasi. Padahal sisi Investasi di dalam produk Asuransi Unit Link adalah manfaat tidak pasti, manfaat pasti produk Asuransi justru datang dari Uang Pertanggungan.

Maka, selalu kami mewanti-wanti pada teman-teman kami di agency, kalau nasabah minta dibuatkan Program dengan target investasi -misalnya- Rp 5 miliar (dalam beberapa tahun ke depan), buatlah Uang Pertanggungannya juga Rp 5 Miliar.

Hal yang sama juga berlaku untuk persiapan Dana Pensiun serta Dana Pendidikan.

Karena Uang Pertanggungan itu yang akan menyelamatkan nasabah dan ahli warisnya saat terjadi skenario "umur pendek", hal yang tak bisa nasabah dapatkan ketika berinvestasi di instrumen investasi lainnya.

Kalau nasabah keberatan, buatlah kompromi berdasar bujet dia tanpa menyalahi prinsip dasar di atas. Kalau masih keberatan juga, minta saja nasabah berinvestasi di Reksa Dana.

Produk Asuransi -bilapun itu ada unsur nvestasi - seharusnya menyiapkan manfaat untuk DUA SKENARIO HIDUP : Skenario Panjang Umur dan Skenario Pendek Umur.

Skenario yang tak bisa kita rencanakan, hanya bisa kita antisipasi. Karena semua skenario itu milik Tuhan YME semata. Sang Pemilik Kehidupan.

Comments

Popular posts from this blog

MAU JUAL GINJAL? BACA SAMPAI SELESAI !

Sudah dua tahun tak bertemu, seorang teman mengirimkan "broadcast message" (BM) di perangkat Blackberry saya. BM-nya agak mengerikan : dia mencari donor ginjal untuk saudaranya yang membutuhkan. Soal harga -bila pendonor bermaksud "menjual" ginjalnya bisa dibicarakan dengannya. Membaca BM itu, saya teringat kisah pak Dahlan Iskan dalam bukunya GANTI HATI. Dengan jenaka beliau bercanda, bahwa kini dia memiliki 2 bintang seharga masing-masing 1 milyar, satu bintang yang biasa dia kendarai kemana-mana (logo mobil Mercedez) dan satu bintang jahitan di perutnya hasil operasi transplatasi hati. Ya, hati pak Dahlan "diganti" dengan hati seorang anak muda dari Cina, kabarnya harganya 1 miliar. Lalu, iseng-iseng saya browsing, dan ketemulah data ini, Data Harga organ tubuh manusia di pasar gelap (kondisi sudah meninggal dibawah 10 jam, sumber :http://namakuddn.wordpress.com/2012/04/27/inilah-daftar-harga-organ-tubuh-manusia-di-pasar-gelap/) 1. Sepasang bola mata: U

KAN SAYA MASIH HIDUP ...

“Harta, sebenarnya belum bisa dikatakan pembagian harta karena saya masih hidup. Tetapi saya tetap akan membagikan hak mereka masing-masing sesuai dengan peraturan agama,” ujar ibu Fariani. Ibu Fariani adalah seorang ibu dengan empat orang anak yang baru saja ditinggalkan suaminya Ipda Purnawirawan Matta. Almarhum meninggalkan harta waris berupa tanah, rumah dan mobil senilai Rp 15 Miliar. Pada bulan Maret 2017, ketiga anak ibu Fariani mendaftarkan gugatan ke Pengadilan Agama Kota Baubau, Sulawesi Tenggara dengan nomor 163/ptg/ 2013/PA/2017, yang inti gugatannya : Meminta bagian mereka selaku ahli waris yang sah atas harta waris almarhum ayah mereka. Dunia makin aneh? Anak kurang ajar? Tidak. Banyak orang yang memiliki pendapat seperti ibu Fariani, sebagaimana yang saya kutip di paragraf pertama di atas. Pendapat yang KELIRU. Begitu seorang suami meninggal dunia, maka hartanya tidak serta merta menjadi miliki istri atau anak-anaknya. Harta itu berubah menjadi h

CERITA 19 EKOR SAPI

Dul Kemit, Dede dan Khomsul datang ke rumah pak Lurah sambil bersungut-sungut. Mereka mencari orang yang bisa menyelesaikan masalah mereka. Pak Lurah menyambut mereka, dan tiga bersaudara ini menyampaikan masalahnya. Ayah Dul Kemit, Dede dan Khomsul baru saja meninggal seminggu lalu. Ceritanya, almarhum ayah meninggalkan WASIAT bahwa 19 ekor sapi yang ditinggalkan dibagi untuk mereka bertiga dengan porsi : Dul Kemit 1/2 bagian, Dede 1/4 bagian dan Khomsul 1/5 bagian. Pak Lurah pusing menghitung pembagiannya, karena pesan almarhum adalah saat membagi : sapi tidak boleh disembelih, dijual atau dikurangi. Untuk itu dia minta bantuan pak Bhabin dan Babinsa. Lalu pak Bhabin bilang", Sapi ada 19. Mau dibagi untuk Anak pertama 1/2, anak kedua 1/4 dan anak ketiga 1/5 tanpa menyembelih, tanpa mengurangi". Ketiga bersaudara itu menangguk-angguk. "Oke kalau begitu, supaya tidak berantem, saya akan sumbangkan satu ekor sapi milik saya untuk MENGG