Skip to main content

BUKAN UNTUNG APALAGI RUGI

Pak C mengkontak saya malam kemarin, jauh dari Singkawang. Nasabah ibu Liana Juliani ini “menghadapi” masalah yang yang banyak dihadapi calon nasabah lainnya : ketika saya ditawari Produk Asuransi Unit Link : musti bayar seumur hidup atau jangka waktu pendek saja (misal 10 tahun).

Banyak agen asuransi “newbie” yang menawarkan produk unit link yang seharusnya masa pembayarannya panjang namun bilang “,Cukup bayar 10 tahun saja”.

Begini, sambil saya gambar grafik sederhana, setiap produk disusun dengan fiturnya sendiri. Perhitungan orang aktuaria -yang jago statistik dan matematika- tidak sederhana. Sebuah produk disusun bayar seumur hidup, ya bayarlah seumur hidup. Kalau mau bayar 10 tahun, cari produk yang memang masa bayarnya 10 tahun.

“Saya rugi dong pak”, kata pak C.

Untung dan rugi, tergantung tujuan akhirnya. Coba perhatikan gambar, Produk Unit Link dirancang supaya memberikan premi tetap sepanjang masa perlindungan.
Itu sebenarnya fungsi investasi dalam produk unit link. Antara premi yang kita bayarkan Dengan Biaya Asuransi (Cost of Insurance/CoI) SAAT INI, ada selisih yang namanya UNAPPLIED PREMIUM atau Premi yang tak terpakai.

Ingat, CoI itu naik terus setiap tahun mengikuti resiko kita yang semakin naik. Ya dong, makin tua-makin beresiko.

Premi tak terpakai inilah yang disimpan, dalam bentuk investasi mirip reksadana, untuk membayar kekurangan biaya Asuransi ketika posisinya sudah di B, saat premi yang dibayarkan sudah “kalah” sama CoI.

“Di bagian A, ada duit lebih (plus) yang dipakai untuk membayar saat kondisi B (minus)”,tegas saya.


Lalu kenapa jangan mempersingkat masa pembayaran? Supaya agennya untung, komisinya jalan terus?

TIDAK. Rata-rata komisi agen asuransi hanya dibayar penuh selama dua tahun, untuk masa pelayanan seumur hidup. Jadi tak ada hubungan dengan komisi agen.

Mempersingkat masa pembayaran, membuat Unapplied Premium-nya berpotensi tidak cukup untuk membayar kekurangan biaya di posisi B. Ingat Unapplied Premium itu diinvestasikan, nilainya bisa naik, bisa jug turun ...tergantung dinamika pasar.

“Kalau itu terjadi, jangan kaget kalau asuransinya tiba-tiba batal. Karena duit yang tersisa di akun tidak cukup untuk membayar biaya”, tegas saya lagi.

Dengan membayar seumur hidup, itu juga membuat semakin lama, pembayaran kita menjadi semakin murah. Bayangkan Rp 1 juta sekarang kelihatannya mahal , namun Rp 1 juta duapuluh tahun lagi... kan preminya tetap.

“Oh begitu ya pak”,kata pak C di seberang (jauh) sana.

Jadi, jangan percaya pada agen yang menawarkan bisa “melipat” masa pembayaran. Agen seperti ini hanya mengejar komisi besar (ya dong, masa pembayaran makin pendek, premi makin mahal), namun berpotensi membuat masalah di masa depan.

“Pastikan Bapak mendapatkan manfaat yang diinginkan, jangan menghitung untung rugi. Semua sudah ada hitungannya”, Tutup saya.

Pembicaraan ditutup dengan permintaan dari pak C agar boleh mengkontak kalau ada pertanyaan lagi.

Jengkerik sudah tidur, lampu saya matikan. Tidur.

Comments

Popular posts from this blog

MAU JUAL GINJAL? BACA SAMPAI SELESAI !

Sudah dua tahun tak bertemu, seorang teman mengirimkan "broadcast message" (BM) di perangkat Blackberry saya. BM-nya agak mengerikan : dia mencari donor ginjal untuk saudaranya yang membutuhkan. Soal harga -bila pendonor bermaksud "menjual" ginjalnya bisa dibicarakan dengannya. Membaca BM itu, saya teringat kisah pak Dahlan Iskan dalam bukunya GANTI HATI. Dengan jenaka beliau bercanda, bahwa kini dia memiliki 2 bintang seharga masing-masing 1 milyar, satu bintang yang biasa dia kendarai kemana-mana (logo mobil Mercedez) dan satu bintang jahitan di perutnya hasil operasi transplatasi hati. Ya, hati pak Dahlan "diganti" dengan hati seorang anak muda dari Cina, kabarnya harganya 1 miliar. Lalu, iseng-iseng saya browsing, dan ketemulah data ini, Data Harga organ tubuh manusia di pasar gelap (kondisi sudah meninggal dibawah 10 jam, sumber :http://namakuddn.wordpress.com/2012/04/27/inilah-daftar-harga-organ-tubuh-manusia-di-pasar-gelap/) 1. Sepasang bola mata: U

KAN SAYA MASIH HIDUP ...

“Harta, sebenarnya belum bisa dikatakan pembagian harta karena saya masih hidup. Tetapi saya tetap akan membagikan hak mereka masing-masing sesuai dengan peraturan agama,” ujar ibu Fariani. Ibu Fariani adalah seorang ibu dengan empat orang anak yang baru saja ditinggalkan suaminya Ipda Purnawirawan Matta. Almarhum meninggalkan harta waris berupa tanah, rumah dan mobil senilai Rp 15 Miliar. Pada bulan Maret 2017, ketiga anak ibu Fariani mendaftarkan gugatan ke Pengadilan Agama Kota Baubau, Sulawesi Tenggara dengan nomor 163/ptg/ 2013/PA/2017, yang inti gugatannya : Meminta bagian mereka selaku ahli waris yang sah atas harta waris almarhum ayah mereka. Dunia makin aneh? Anak kurang ajar? Tidak. Banyak orang yang memiliki pendapat seperti ibu Fariani, sebagaimana yang saya kutip di paragraf pertama di atas. Pendapat yang KELIRU. Begitu seorang suami meninggal dunia, maka hartanya tidak serta merta menjadi miliki istri atau anak-anaknya. Harta itu berubah menjadi h

CERITA 19 EKOR SAPI

Dul Kemit, Dede dan Khomsul datang ke rumah pak Lurah sambil bersungut-sungut. Mereka mencari orang yang bisa menyelesaikan masalah mereka. Pak Lurah menyambut mereka, dan tiga bersaudara ini menyampaikan masalahnya. Ayah Dul Kemit, Dede dan Khomsul baru saja meninggal seminggu lalu. Ceritanya, almarhum ayah meninggalkan WASIAT bahwa 19 ekor sapi yang ditinggalkan dibagi untuk mereka bertiga dengan porsi : Dul Kemit 1/2 bagian, Dede 1/4 bagian dan Khomsul 1/5 bagian. Pak Lurah pusing menghitung pembagiannya, karena pesan almarhum adalah saat membagi : sapi tidak boleh disembelih, dijual atau dikurangi. Untuk itu dia minta bantuan pak Bhabin dan Babinsa. Lalu pak Bhabin bilang", Sapi ada 19. Mau dibagi untuk Anak pertama 1/2, anak kedua 1/4 dan anak ketiga 1/5 tanpa menyembelih, tanpa mengurangi". Ketiga bersaudara itu menangguk-angguk. "Oke kalau begitu, supaya tidak berantem, saya akan sumbangkan satu ekor sapi milik saya untuk MENGG