"Ah, aku baru tahu, ternyata si Fulan itu dari asuransi ABCDEF. Tahu gitu aku nggak follow dia. Perusahaan asuransi kita kan yang terbaik",Kata Mawar kepada Melati, dua-duanya agen asuransi JKLMNOP.
Teman-teman, bulan-bulan ini adalah bulan di perusahaan melaporkan Laporan Keuangannya ke Publik. Salah satunya adalah perusahaan asuransi.
Nah, salah satu cara melihat bagaimana sehat, besar atau amannya sebuah perusahaan asuransi ya bukan dari klaim semata, namun dari laporan keuangannya.
Apa yang harus dilihat pada laporan keuangan Perusahaan Asuranai Konvensional?
PERTAMA, Asset yang dikelola. Karena Asset yang dikelola menggambarkan banyaknya uang nasabah yang "dititipkan" pada perusahaan asuransi. Seperti diketahui, Premi yang dibayarkan oleh nasabah sebagian akan menjadi milik perusahaan asuransi (dalam.bentuk biaya-biaya) dan sisanya diinvestasikan sebagai "cadangan" uang nasabah.
Asset yang dikelola mulai dari ratusan juta sampai puluhan trilyun rupiah. Makin besar assetnya, berarti makin besar pula bisnis asuransinya. Itu bisa pula menjadi indikasi "tingkat kepercayaan" nasabahnya.
Maka dulu, ketika jaman krisis tahun 2008 ada istilah "Too Big To Fail".
KEDUA, alokasi asset. Ada asset yang likuid, ada yang tidak. Masih ingat kasus sebuah perusahaan lokal yang kolaps karena sebagian besar assetnya berbentuk tanah dan bangunan? Yang ketika nasabah klaim jatuh tempo pencairan manfaat hidup asuransinya, duitnya tak ada?
Makin banyak asset yang berbentuk tanah, bangunan dengan hak strata atau tanah dan bangunan : itu bukan sinyal bagus.
Kemudian, ada asset tang berbiaya tinggi, seperti Reksadana. Karena ada dua "Cost of Fund" yang itu akan ditanggung oleh nasabah, dan itu menggerus "cadangan uang" nasabah dalam investasinya. "Cost of Fund" yang tinggi, kecil kemungkinan akan muncul pada perusahaan asuransi yang mengelola sendiri investasi nasabahnya.
KETIGA, Pertumbuhan pendapatan premi. Perhatikan dari laporan tahun-tahun sebelumnya tumbuh atau tidak. Kalau tidak ada pertumbuhan, ya anda sudah tahu sendiri artinya apa...
KEEMPAT, Pertumbuhan laba perusahaan. Ini juga sama dengan point ketiga. Enak kan bekerjasama dengan perusahaan yang untungnya naik terus?
KELIMA, cari tabel "Tingkat Kesehatan Keuangan" dan cari kolom "MMBR" atau Modal Minimum Berbasis Risiko. MMBR minimum sesuai Pasal 3 ayat 1-3 POJK no 71/POJK.05/2016 adalah 120%, maka pastikan dalam laporan keuangannya MMBR jauh di atas 120%. Makin jauh makin bagus
KEENAM. Selaras nggak tingkat pertumbuhan industri, tingkat prtumbuhan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan bisnis kita?
Jadi, tidak ada guna merasa bahwa perusahaan yang kita kerjasamai paling bagus atau tidak bagus. Nasabah membeli pertama kali karena percaya pada kita. Baru pada perusahaan kita.
Justru tugas kita memberi edukasi yang benar supaya semua perusahaan yang kita kerjasamai tumbuh besar, bersama (bisnis) kita sebagai agennya serta tentu juga nasabah-nasabah kita : tanpa harus mengkotak-kotakkan diri. Saling support sesama pelaku industri.
Apalagi sudah fanatik sama perusahaan, tapi bisnisnya sendiri tidak tumbuh. Segitu-segitu aja. Buat apa coba?
** Foto hanya illustrasi, saya ambil tadi pagi di Harian Kompas hari ini.
Teman-teman, bulan-bulan ini adalah bulan di perusahaan melaporkan Laporan Keuangannya ke Publik. Salah satunya adalah perusahaan asuransi.
Nah, salah satu cara melihat bagaimana sehat, besar atau amannya sebuah perusahaan asuransi ya bukan dari klaim semata, namun dari laporan keuangannya.
Apa yang harus dilihat pada laporan keuangan Perusahaan Asuranai Konvensional?
PERTAMA, Asset yang dikelola. Karena Asset yang dikelola menggambarkan banyaknya uang nasabah yang "dititipkan" pada perusahaan asuransi. Seperti diketahui, Premi yang dibayarkan oleh nasabah sebagian akan menjadi milik perusahaan asuransi (dalam.bentuk biaya-biaya) dan sisanya diinvestasikan sebagai "cadangan" uang nasabah.
Asset yang dikelola mulai dari ratusan juta sampai puluhan trilyun rupiah. Makin besar assetnya, berarti makin besar pula bisnis asuransinya. Itu bisa pula menjadi indikasi "tingkat kepercayaan" nasabahnya.
Maka dulu, ketika jaman krisis tahun 2008 ada istilah "Too Big To Fail".
KEDUA, alokasi asset. Ada asset yang likuid, ada yang tidak. Masih ingat kasus sebuah perusahaan lokal yang kolaps karena sebagian besar assetnya berbentuk tanah dan bangunan? Yang ketika nasabah klaim jatuh tempo pencairan manfaat hidup asuransinya, duitnya tak ada?
Makin banyak asset yang berbentuk tanah, bangunan dengan hak strata atau tanah dan bangunan : itu bukan sinyal bagus.
Kemudian, ada asset tang berbiaya tinggi, seperti Reksadana. Karena ada dua "Cost of Fund" yang itu akan ditanggung oleh nasabah, dan itu menggerus "cadangan uang" nasabah dalam investasinya. "Cost of Fund" yang tinggi, kecil kemungkinan akan muncul pada perusahaan asuransi yang mengelola sendiri investasi nasabahnya.
KETIGA, Pertumbuhan pendapatan premi. Perhatikan dari laporan tahun-tahun sebelumnya tumbuh atau tidak. Kalau tidak ada pertumbuhan, ya anda sudah tahu sendiri artinya apa...
KEEMPAT, Pertumbuhan laba perusahaan. Ini juga sama dengan point ketiga. Enak kan bekerjasama dengan perusahaan yang untungnya naik terus?
KELIMA, cari tabel "Tingkat Kesehatan Keuangan" dan cari kolom "MMBR" atau Modal Minimum Berbasis Risiko. MMBR minimum sesuai Pasal 3 ayat 1-3 POJK no 71/POJK.05/2016 adalah 120%, maka pastikan dalam laporan keuangannya MMBR jauh di atas 120%. Makin jauh makin bagus
KEENAM. Selaras nggak tingkat pertumbuhan industri, tingkat prtumbuhan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan bisnis kita?
Jadi, tidak ada guna merasa bahwa perusahaan yang kita kerjasamai paling bagus atau tidak bagus. Nasabah membeli pertama kali karena percaya pada kita. Baru pada perusahaan kita.
Justru tugas kita memberi edukasi yang benar supaya semua perusahaan yang kita kerjasamai tumbuh besar, bersama (bisnis) kita sebagai agennya serta tentu juga nasabah-nasabah kita : tanpa harus mengkotak-kotakkan diri. Saling support sesama pelaku industri.
Apalagi sudah fanatik sama perusahaan, tapi bisnisnya sendiri tidak tumbuh. Segitu-segitu aja. Buat apa coba?
** Foto hanya illustrasi, saya ambil tadi pagi di Harian Kompas hari ini.
Comments
Post a Comment