Skip to main content

#cariangin (1)


"Ini lho mbak dan adik, kota Malaka. Kota yang penduduknya tak sampai satu juta orang ini dikunjungi seridaknya 4 juta wisatawan setiap tahunnya. Ini yang bikin kota Malaka bersih, hidup dan makmur.

Di bis kota kita disopiri Pak Cik Rahman keturunan Melayu, Kita berbelanja suvenir di toko encik Tan keturunan Cina, kita numpang sholat di Masjid Kampung Keling yang dimerboti Mohammad si Pakistani, dan saat pulang ke terminal Malaka Sentral kita "dipandu" oleh pak Rajiv yang nenek moyangnya datang dari Mumbai, India".

Mereka tersenyum untuk kita, untuk para wisawatan yang datang ke kotanya. Mereka merayakan perbedaan dengan manis, mencipta damai di mana-mana, ini yang membuat mereka -para wisatawan- betah dan ingin kembali.

Bukan membuang energi untuk menjadi eksklusif dan memantik berbagai konflik.

Energi mereka curahkan untuk membuat jalan mulus tak berlobang, yang meringkas jarak Jakarta -Semarang hanya dalam lima jam perjalanan. Pikiran mereka tumpahkan untuk membuat kota yang ramah, mall yang sesak pembeli menenteng belanjaan namun tanpa "sweeping" walau atribut perayaan bergelantungan serta lagu-lagu rohani dikumandangkan.

Itulah kenapa Bapak dan Mamamu mengajakmu #cariangin. Untuk melihat bahwa di luar sana orang menghargai "keberagaman", bukan mengunci pikiran dalam "keseragaman".

Merasa paling benar sendiri, tapi tak juga beranjak kemana-mana. Ini negeri yang besar, jangan kita isi dengan "pikiran yang kecil".

Comments

Popular posts from this blog

MAU JUAL GINJAL? BACA SAMPAI SELESAI !

Sudah dua tahun tak bertemu, seorang teman mengirimkan "broadcast message" (BM) di perangkat Blackberry saya. BM-nya agak mengerikan : dia mencari donor ginjal untuk saudaranya yang membutuhkan. Soal harga -bila pendonor bermaksud "menjual" ginjalnya bisa dibicarakan dengannya. Membaca BM itu, saya teringat kisah pak Dahlan Iskan dalam bukunya GANTI HATI. Dengan jenaka beliau bercanda, bahwa kini dia memiliki 2 bintang seharga masing-masing 1 milyar, satu bintang yang biasa dia kendarai kemana-mana (logo mobil Mercedez) dan satu bintang jahitan di perutnya hasil operasi transplatasi hati. Ya, hati pak Dahlan "diganti" dengan hati seorang anak muda dari Cina, kabarnya harganya 1 miliar. Lalu, iseng-iseng saya browsing, dan ketemulah data ini, Data Harga organ tubuh manusia di pasar gelap (kondisi sudah meninggal dibawah 10 jam, sumber :http://namakuddn.wordpress.com/2012/04/27/inilah-daftar-harga-organ-tubuh-manusia-di-pasar-gelap/) 1. Sepasang bola mata: U

KAN SAYA MASIH HIDUP ...

“Harta, sebenarnya belum bisa dikatakan pembagian harta karena saya masih hidup. Tetapi saya tetap akan membagikan hak mereka masing-masing sesuai dengan peraturan agama,” ujar ibu Fariani. Ibu Fariani adalah seorang ibu dengan empat orang anak yang baru saja ditinggalkan suaminya Ipda Purnawirawan Matta. Almarhum meninggalkan harta waris berupa tanah, rumah dan mobil senilai Rp 15 Miliar. Pada bulan Maret 2017, ketiga anak ibu Fariani mendaftarkan gugatan ke Pengadilan Agama Kota Baubau, Sulawesi Tenggara dengan nomor 163/ptg/ 2013/PA/2017, yang inti gugatannya : Meminta bagian mereka selaku ahli waris yang sah atas harta waris almarhum ayah mereka. Dunia makin aneh? Anak kurang ajar? Tidak. Banyak orang yang memiliki pendapat seperti ibu Fariani, sebagaimana yang saya kutip di paragraf pertama di atas. Pendapat yang KELIRU. Begitu seorang suami meninggal dunia, maka hartanya tidak serta merta menjadi miliki istri atau anak-anaknya. Harta itu berubah menjadi h

CERITA 19 EKOR SAPI

Dul Kemit, Dede dan Khomsul datang ke rumah pak Lurah sambil bersungut-sungut. Mereka mencari orang yang bisa menyelesaikan masalah mereka. Pak Lurah menyambut mereka, dan tiga bersaudara ini menyampaikan masalahnya. Ayah Dul Kemit, Dede dan Khomsul baru saja meninggal seminggu lalu. Ceritanya, almarhum ayah meninggalkan WASIAT bahwa 19 ekor sapi yang ditinggalkan dibagi untuk mereka bertiga dengan porsi : Dul Kemit 1/2 bagian, Dede 1/4 bagian dan Khomsul 1/5 bagian. Pak Lurah pusing menghitung pembagiannya, karena pesan almarhum adalah saat membagi : sapi tidak boleh disembelih, dijual atau dikurangi. Untuk itu dia minta bantuan pak Bhabin dan Babinsa. Lalu pak Bhabin bilang", Sapi ada 19. Mau dibagi untuk Anak pertama 1/2, anak kedua 1/4 dan anak ketiga 1/5 tanpa menyembelih, tanpa mengurangi". Ketiga bersaudara itu menangguk-angguk. "Oke kalau begitu, supaya tidak berantem, saya akan sumbangkan satu ekor sapi milik saya untuk MENGG