
Tak heran bahwa -konon- beberapa Raja atau pimpinan Kesultanan di Malaysia mengalir darah Bugis dalam badannya.
Di kawasan Kallang, termasuk sekarang menjadi daerah real estat Bugis,
orang-orang keturunan Bugis berperang, berdagang, tinggal dan beranak
pinak. Di sini berdiri Bugis Junction yang keren, Bugis Street yang tak
pernah mati, dan aneka rupa stall makanan di Albert Centre termasuk
sebuah stall sate serta aneka rupa makanan Indonesia.
Dan saat tahun 1819 Inggris menyerahkan sebidang tanah pada Tengku Abdul Rahman -Sultan Johor yang keturunan Bugis- dan sebidang tanah itu kini bernama Kampung Glam, satu area dengan kawasan Kallang. Di sanalah pada 1824 dibangunlah sebuah masjid yang sangat berpengaruh hingga kini, salah satu masjid terbesar di Singapura : Masjid Sultan. Sejarah Masjid Sultan akan saya tulis di #cariangin (5) besok.
Di foto ini adalah (pasar) Bugis Street, tempat turis cari suvenir murah meriah. Dan laki-laki berkaos abu itu bukan turis apalagi tenaga kerja illegal dari Cina.
Dia cuma lelaki biasa yang napak tilas kebesaran serta kehebatan nenek moyangnya menaklukan dunia, yang tak melulu cuma berisik soal duit baru dan pilkada.
Dan saat tahun 1819 Inggris menyerahkan sebidang tanah pada Tengku Abdul Rahman -Sultan Johor yang keturunan Bugis- dan sebidang tanah itu kini bernama Kampung Glam, satu area dengan kawasan Kallang. Di sanalah pada 1824 dibangunlah sebuah masjid yang sangat berpengaruh hingga kini, salah satu masjid terbesar di Singapura : Masjid Sultan. Sejarah Masjid Sultan akan saya tulis di #cariangin (5) besok.
Di foto ini adalah (pasar) Bugis Street, tempat turis cari suvenir murah meriah. Dan laki-laki berkaos abu itu bukan turis apalagi tenaga kerja illegal dari Cina.
Dia cuma lelaki biasa yang napak tilas kebesaran serta kehebatan nenek moyangnya menaklukan dunia, yang tak melulu cuma berisik soal duit baru dan pilkada.
Comments
Post a Comment