Skip to main content

#cariangin (2)


Masjid ini mepet tembok dengan Hotel Bencoolen, di Bencoolen Street, Singapura. Merbotnya ramah-ramah, Ahmad dan Azzam orang Pakistan. Melihat wajah asing, mereka selalu menyambut mesra "Assalamu'alaikum, Brother". Dengan senyum lebar.

Hotel Bencoolen di sebelahnya. Nora, resepsionis yang menyambut saya orang Filipina. Pak Cik, turunan China Melayu yang bantu-bantu tunjukkin arah lift dan tempat makan pagi, super ramah. Bagi yang suka baca review di Trip Advisor pasti juga baca keramahan Pak Cik ini dari para reviewer.

Di lobby hotel sudah ada pohon cemara besar lengkap dengan lampu kelap-kelip dan hiasan-hiasannya. Di depan masjid, tersedia jadwal waktu sholat beserta brosur-brosur tentang Islam.

Masjid Bencoolen berdiri tahun 1845, sempat direnovasi di tahun 2001 sebagai bagian dari kawasan CBD Bencoolen dan Prinsep Street. Kini bisa menampung sekitar 1100 jemaah.
Hotel Bencoolen dibangun 1968. Sebelahan begitu saja, rukun. Nggak pakai tebang-tebangan, rubuh-rubuhan. Energinya dipakai untuk membangun MRT Donwtown Line baru, dengan stasiun Bencoolen yang megah berdiri di depannya.

Kadang benar kata orang, manusia yang merugi adalah manusia yang tiap bangun tidur menjumpai hidupnya "sama" dengan kemarin, sebulan, setahun bahkan sewindu lalu. Bahkan makin stress, pusing, kliyengan.

Lebih rugi lagi, hidupnya tak ada perubahan, tapi inginnya merusak "penghidupan" orang lain. Senang melihat orang susah, susah melihat orang senang.

Oya, penduduk Singapura hanya 5 juta saja. Lima juta kepala, belum sampai 7 juta.

Comments

Popular posts from this blog

MAU JUAL GINJAL? BACA SAMPAI SELESAI !

Sudah dua tahun tak bertemu, seorang teman mengirimkan "broadcast message" (BM) di perangkat Blackberry saya. BM-nya agak mengerikan : dia mencari donor ginjal untuk saudaranya yang membutuhkan. Soal harga -bila pendonor bermaksud "menjual" ginjalnya bisa dibicarakan dengannya. Membaca BM itu, saya teringat kisah pak Dahlan Iskan dalam bukunya GANTI HATI. Dengan jenaka beliau bercanda, bahwa kini dia memiliki 2 bintang seharga masing-masing 1 milyar, satu bintang yang biasa dia kendarai kemana-mana (logo mobil Mercedez) dan satu bintang jahitan di perutnya hasil operasi transplatasi hati. Ya, hati pak Dahlan "diganti" dengan hati seorang anak muda dari Cina, kabarnya harganya 1 miliar. Lalu, iseng-iseng saya browsing, dan ketemulah data ini, Data Harga organ tubuh manusia di pasar gelap (kondisi sudah meninggal dibawah 10 jam, sumber :http://namakuddn.wordpress.com/2012/04/27/inilah-daftar-harga-organ-tubuh-manusia-di-pasar-gelap/) 1. Sepasang bola mata: U

KAN SAYA MASIH HIDUP ...

“Harta, sebenarnya belum bisa dikatakan pembagian harta karena saya masih hidup. Tetapi saya tetap akan membagikan hak mereka masing-masing sesuai dengan peraturan agama,” ujar ibu Fariani. Ibu Fariani adalah seorang ibu dengan empat orang anak yang baru saja ditinggalkan suaminya Ipda Purnawirawan Matta. Almarhum meninggalkan harta waris berupa tanah, rumah dan mobil senilai Rp 15 Miliar. Pada bulan Maret 2017, ketiga anak ibu Fariani mendaftarkan gugatan ke Pengadilan Agama Kota Baubau, Sulawesi Tenggara dengan nomor 163/ptg/ 2013/PA/2017, yang inti gugatannya : Meminta bagian mereka selaku ahli waris yang sah atas harta waris almarhum ayah mereka. Dunia makin aneh? Anak kurang ajar? Tidak. Banyak orang yang memiliki pendapat seperti ibu Fariani, sebagaimana yang saya kutip di paragraf pertama di atas. Pendapat yang KELIRU. Begitu seorang suami meninggal dunia, maka hartanya tidak serta merta menjadi miliki istri atau anak-anaknya. Harta itu berubah menjadi h

CERITA 19 EKOR SAPI

Dul Kemit, Dede dan Khomsul datang ke rumah pak Lurah sambil bersungut-sungut. Mereka mencari orang yang bisa menyelesaikan masalah mereka. Pak Lurah menyambut mereka, dan tiga bersaudara ini menyampaikan masalahnya. Ayah Dul Kemit, Dede dan Khomsul baru saja meninggal seminggu lalu. Ceritanya, almarhum ayah meninggalkan WASIAT bahwa 19 ekor sapi yang ditinggalkan dibagi untuk mereka bertiga dengan porsi : Dul Kemit 1/2 bagian, Dede 1/4 bagian dan Khomsul 1/5 bagian. Pak Lurah pusing menghitung pembagiannya, karena pesan almarhum adalah saat membagi : sapi tidak boleh disembelih, dijual atau dikurangi. Untuk itu dia minta bantuan pak Bhabin dan Babinsa. Lalu pak Bhabin bilang", Sapi ada 19. Mau dibagi untuk Anak pertama 1/2, anak kedua 1/4 dan anak ketiga 1/5 tanpa menyembelih, tanpa mengurangi". Ketiga bersaudara itu menangguk-angguk. "Oke kalau begitu, supaya tidak berantem, saya akan sumbangkan satu ekor sapi milik saya untuk MENGG