Skip to main content

#cariangin (3)


"Inilah nak, orang ini kutipan kata-katanya sangat terkenal hingga sekarang. Raja Adil Raja Disembah, Raja Zalim Raja Disanggah",kata saya sebelum mereka berfoto.

Nama jalan ini bisa kalian temukan di bilangan Kebayoran baru, tapi dari sinilah Hang Jebat berasal. Malaka. Hang Jebat bersahabat kental dengan empat Hang lainnya, Hang Tuah, Hang Lekir, Hang Lekiu dan Hang Kesturi.

Mengetahui bahwa sobat kentalnya, Hang Tuah sang Pahlawan Besar Malaka, diputus pidana mati oleh Sultan Malaka karena kesalahannya - walau ternyata belakangan ketahuan, atas kebaikan Bendahara (atau Perdana Menteri) Hang Tuah tak dihukum mati dan bersembunyi di hutan - Hang Jebat memendam rasa nyeri dalam hati.

Keris pusaka Taming Sari yang tadinya dipakai Hang Tuah diwariskan kepadanya, membuatnya merasa sangat digdaya. Dia rongrong kekuasaaan Sultan Malaka. Sultan Malaka terguling namun tak mau tinggal diam.

Sultan mengetahui bahwa Hang Tuah masih hidup, dan memberinya amnesti atas kesalahannya di masa lalu, asal dia bisa mengalahkan Hang Jebat. Atas dasar loyalitasnya, Hang Tuah mau melakukan tugas itu.

Setelah pertarungan tujuh hari, tujuh malam serta meliciki Hang Jebat, keris Taming Sari berhasil direbut kembali Hang Tuah. Keris itu beberapa kali bersarang di tubuh Hang Jebat, hingga dia kemudian mati di lengan sahabatnya.

Tak berselang berapa lama setelah kematian Hang Jebat, Sultan memerintahkan membelah serta membakar jasad itu beserta rumahnya ... dan Dang Wangi, istri Bendahara, melahirkan anak Hang Jebat. Sultan memerintahkan pula bayi itu dibuang ke Selat Malaka. Namun Laksamana yang diberi perintah, tak mau menjalankannya.

Laksamana membawa anak itu pada Bendahara, yang kemudian membesarkannya di Singapura setelah memberinya nama Hang Nadim. "Kamu pernah dengar nama itu kan, Nak?" Tanyaku pada dua anak gadisku. Ya, nama Bandara di Batam.

Terlepas dari kebenaran sejarahnya, cerita itu sudah menjadi legenda di kalangan orang Melayu dan Sumatra. Cerita tentang loyalitas dan pengkhiatan. Cerita tentang persahabatan sejati. Walau banyak yang meragukan cerita itu, karena pada zaman itu tak ada orang Melayu atau Sumatera yang memakai "Hang" sebagai nama depannya.

Hingga ada sebuah artikel menyatakan bahwa nama "Hang" adalah nama orang-orang keturunan China yang waktu itu sudah berakulturasi di tanah Malaka.
Jauh sebelum kita berisik soal duit (yang katanya) mirip Yuan.

Wallahu'alam.

Comments

Popular posts from this blog

MAU JUAL GINJAL? BACA SAMPAI SELESAI !

Sudah dua tahun tak bertemu, seorang teman mengirimkan "broadcast message" (BM) di perangkat Blackberry saya. BM-nya agak mengerikan : dia mencari donor ginjal untuk saudaranya yang membutuhkan. Soal harga -bila pendonor bermaksud "menjual" ginjalnya bisa dibicarakan dengannya. Membaca BM itu, saya teringat kisah pak Dahlan Iskan dalam bukunya GANTI HATI. Dengan jenaka beliau bercanda, bahwa kini dia memiliki 2 bintang seharga masing-masing 1 milyar, satu bintang yang biasa dia kendarai kemana-mana (logo mobil Mercedez) dan satu bintang jahitan di perutnya hasil operasi transplatasi hati. Ya, hati pak Dahlan "diganti" dengan hati seorang anak muda dari Cina, kabarnya harganya 1 miliar. Lalu, iseng-iseng saya browsing, dan ketemulah data ini, Data Harga organ tubuh manusia di pasar gelap (kondisi sudah meninggal dibawah 10 jam, sumber :http://namakuddn.wordpress.com/2012/04/27/inilah-daftar-harga-organ-tubuh-manusia-di-pasar-gelap/) 1. Sepasang bola mata: U

KAN SAYA MASIH HIDUP ...

“Harta, sebenarnya belum bisa dikatakan pembagian harta karena saya masih hidup. Tetapi saya tetap akan membagikan hak mereka masing-masing sesuai dengan peraturan agama,” ujar ibu Fariani. Ibu Fariani adalah seorang ibu dengan empat orang anak yang baru saja ditinggalkan suaminya Ipda Purnawirawan Matta. Almarhum meninggalkan harta waris berupa tanah, rumah dan mobil senilai Rp 15 Miliar. Pada bulan Maret 2017, ketiga anak ibu Fariani mendaftarkan gugatan ke Pengadilan Agama Kota Baubau, Sulawesi Tenggara dengan nomor 163/ptg/ 2013/PA/2017, yang inti gugatannya : Meminta bagian mereka selaku ahli waris yang sah atas harta waris almarhum ayah mereka. Dunia makin aneh? Anak kurang ajar? Tidak. Banyak orang yang memiliki pendapat seperti ibu Fariani, sebagaimana yang saya kutip di paragraf pertama di atas. Pendapat yang KELIRU. Begitu seorang suami meninggal dunia, maka hartanya tidak serta merta menjadi miliki istri atau anak-anaknya. Harta itu berubah menjadi h

CERITA 19 EKOR SAPI

Dul Kemit, Dede dan Khomsul datang ke rumah pak Lurah sambil bersungut-sungut. Mereka mencari orang yang bisa menyelesaikan masalah mereka. Pak Lurah menyambut mereka, dan tiga bersaudara ini menyampaikan masalahnya. Ayah Dul Kemit, Dede dan Khomsul baru saja meninggal seminggu lalu. Ceritanya, almarhum ayah meninggalkan WASIAT bahwa 19 ekor sapi yang ditinggalkan dibagi untuk mereka bertiga dengan porsi : Dul Kemit 1/2 bagian, Dede 1/4 bagian dan Khomsul 1/5 bagian. Pak Lurah pusing menghitung pembagiannya, karena pesan almarhum adalah saat membagi : sapi tidak boleh disembelih, dijual atau dikurangi. Untuk itu dia minta bantuan pak Bhabin dan Babinsa. Lalu pak Bhabin bilang", Sapi ada 19. Mau dibagi untuk Anak pertama 1/2, anak kedua 1/4 dan anak ketiga 1/5 tanpa menyembelih, tanpa mengurangi". Ketiga bersaudara itu menangguk-angguk. "Oke kalau begitu, supaya tidak berantem, saya akan sumbangkan satu ekor sapi milik saya untuk MENGG