
Seorang sahabat yang sedang menunaikan ibadah haji mengabarkan suaminya sakit dalam perjalanan pulang dari kampus IPB ke Jakarta. Tiba-tiba menggigil berat dan bagian badan sebelah kiri mati rasa. Kontak terakhir sahabat kami ini dengan suaminya melalui watsapp hanya berbunyi ",Mi (mungkin maksudnya Ummi atau Mami), aku sakit, kaki kiri mati rasa. Sekarang istirahat dalam mobil di parkiran Yogya". Selanjutnya suaminya tak lagi bisa dihubungi. Dalam panik, dari Madinah, dia minta bantuan kami mencari sang suami.
Berbekal nomor polisi mobil yang diberikan, ketemulah saya dengan suami sahabat ini, meringkuk di depan stir seperti kedinginan dengan demam tinggi. Bergegas saya evakuasi ke UGD RS Islam Bogor tak jauh dari situ.
Alhamdulillah, pasangan suami istri -sahabat kami ini- memiliki Asuransi Kesehatan yang sangat baik. Saya tunjukkan KTP dan kartu Asuransi Kesehatannya, dilayanilah sahabat ini dengan sangat baik. Menjelang tengah malam, dia dipindahkan dari UGD ke Suite Room RS Islam tanpa bertele-tele.
Saat menunggu observasi dan proses pemindahan sahabat ini dari UGD, saya saksikan pemandangan sebaliknya.
Beberapa pasien yang menggunakan asuransi negara tampak kebingungan, terombang-ambing karena apotik bilang obat yang diresepkan tak dijamin (artinya harus menebus obat dengan biaya sendiri), atau tak bisa masuk kamar perawatan karena kamar penuh tak tersedia. Untuk naik kelas kamar, tentu tak murah. Dari tabel yang diberikan Rumah Sakit, bila tak memiliki asuransi atau pindah kelas harus menyetor sejumlah juta sebagai jaminan. Membayangkan saja tak sanggup.
Beberapa dari pasien UGD memilih kompromi : ada yang nego dengan apotik mengurangi jumlah obat, ada yang tak jadi mengambil obat dan memilih membawa pasien (yang pasti sedang sakit berat) ke tempat lain. Mungkin pulang, mungkin ke RS lain. Entahlah.
Semalam, hingga menjelang tengah malam, saya merenung. Kadang saya merasa "capek", marah, sedih, dongkol karena ditolak, ditertawakan, diremehkan teman saat menawarkan Asuransi Kesehatan.
Tapi melihat sahabat saya ini, semalam, yang bisa dilayani dengan baik oleh Rumah Sakit di kamar terbaik karena Asuransi Kesehatan yang dimilikinya... Semua capek, marah, dongkol itu luruh.
Banyak orang memilih ngomel, protes, menyalahkan pemerintah karena pelayanan (sektor kesehatan) yang belum sempurna, tapi tak mencoba berikhtiar mencari jalan keluar agar bisa "LAYAK" dilayani dengan sempurna.
Itu seperti hidup miskin, berkekurangan tapi tak mau berusaha keras... lalu berteriak kencang menyalahkan orang tua : Wahai ayah dan bunda mengapa kau miskin, jadi kau lahirkan aku juga jadi miskin.
Dalam perjalanan pulang ke rumah, di atas ojek, saya tersenyum sendiri. Bangga juga bisa memberi manfaat bagi orang lain. Walau bentuknya "hanya" menjadi seorang agen asuransi.
Comments
Post a Comment