Masih ingat Kisah Empat Langkah untuk pak Diman di Rubrik
Bengkel Uang minggu lalu? Maka kisah ini
bisa dibilang lanjutannya. Sepertinya
Pak Diman sangat penasaran dengan penjelasan saya soal Empat Langkah : Memiliki
Tujuan Penghasilan, Memiliki Tabungan,
Memiliki Proteksi atau Asuransi dan Memiliki Investasi.
Pagi-pagi, hari Sabtu saat saya bersiap mencuci mobil di
halaman, pak Diman dengan wajah segar tergopoh datang. Wajahnya sudah mulai segar sumringah paska
penyembuhan dari sakit typhus yang dideritanya kemarin. Dengan semangat 45, dia bertanya,”Pak, saya
mau banyak tanya dong soal kelanjutan empat langkah kemarin itu”.
Saya letakkan selang air, cuci tangan dari sampo mobil dan
duduk di samping pak Diman sambil menawarkan teh yang sudah dibuatkan istri
saya. Lalu saya mulai menjelaskan,”Pak Diman, langkah pertama saya kira bapak
sudah lakukan, karena aneh saja orang punya penghasilan tapi tak punya
tujuan. Selain tujuan jangka pendek
untuk biaya hidup sehari-hari, juga ada biaya jangka menengah dan panjang,
seperti misalnya memiliki dana pensiun yang cukup,”. Karena kelihatan dia masih menampakkan wajah
orang bingung, saya melanjutkan. “Kebanyakan dari kita merasa bahwa apa kita
miliki saat ini cukup untuk “membiayai” masa depan kita, padahal –mungkin-
tidak. Kita hanya bisa berusaha, tapi
masa depan kita tak pernah tahu,” Lanjut saya.
“Terus pak,” desak pak Diman penasaran. “Setelah memiliki
tujuan penghasilan, penting untuk memiliki tabungan untuk kondisi darurat
jangka pendek, genteng bocor misalnya atau mobil mogok karena akinya soak. Kan tidak mungkin aki mobil soal, kita harus
jual emas untuk beli aki baru,” canda saya.
Pak Dirman tersenyum, dan mulai paham bahwa tabungan adalah “simpanan”
jangka pendek untuk keperluan darurat.
“Kemudian proteksi,” kata saya. Banyak orang salam paham,
bahwa membeli Asuransi Jiwa adalah untuk proteksi jiwa, padahal BUKAN. Membeli Asuransi Jiwa, Asuransi Kesehatan
adalah untuk memberikan PROTEKSI pada PENGHASILAN. Begini saja, pak Dirman bekerja, gajian
setiap bulan disetor ke istri untuk biaya hidup. Tapi, saat pak Dirman nanti sudah tak bisa
bekerja atau “umurnya jatuh tempo”, kan “setoran” untuk biaya hidup keluarga ke
istri harus jalan terus kan? Umur kita
tak pernah tahu. Jangan sampai ketika
kita “tak ada” keluarga kita kesulitan keuangan, hingga harus mengalami
“bencana finansial”.
Jadi, saya menegaskan, fungsi asuransi adalah
memberikan proteksi pada penghasilan atas penghasilan kita pada keluarga.
Demikian juga bila sakit seperti pak Diman kemarin, habis
kan uang tabungan buat bayar Rumah Sakit ?
Dengan memiliki Asuransi Kesehatan, kita “dipaksa” menyisihkan sedikit
uang, tapi saat sakit sudah tak perlu membobok tabungan lagi. Ya kalau punya tabungan, kalau tidak? Repot banget kan.
Lalu yang terakhir adalah memiliki “simpanan” berbentuk
investasi. Menyimpan uang di bawah
bantal, jangan diharapkan berkembang, yang ada malah mungkin uangnya hilang
atau jamuran. Menyimpan di deposito
hanyalah untuk keperluan jangka pendek, karena “imbal hasil” dari deposito tak
akan bisa mengalahkan inflasi. Investasi
bentuknya bisa macam-macam, dan prinsipnya jangan berinvestasi hanya di satu
keranjang saja. Misalnya property, emas,
saham, reksadana.
Pak Diman mulai berseri, sambil menyeruput teh yang mulai
dingin, dia bertanya,”Wah, apa saya tidak terlambat memulai Empat Langkah
itu”. Dengan yakin saya jawab,” Tidak
ada kata terlambat, ada produk yang bisa menjadi solusi. Namanya : UNIT LINK”.
-------------------------------------
Dimuat di harian INILAH BOGOR, edisi 7 Mei 2015
Comments
Post a Comment