Ini cerita tentang pak Budiman. Dia adalah teman “nongkrong” bila pas saya
tak sedang ada pekerjaan di malam minggu.
Pak Diman –begitu dia suka disapa- bekerja di sebuah instansi pemerintah
di Jakarta. Karena pekerjaannya, saya
lihat dia sudah harus keluar dari rumah pukul 5 pagi, dan kadang pukul 10 malam
baru pulang ke rumahnya.
Malam minggu ini pak Diman tak kelihatan muncul di tempat
kami biasa nongkrong, di bawah pohon jambu depan rumah pak RT. Dari tetangga lain saya mendengar beliau
sakit tipus dan harus dirawat rumah sakit.
Minggu siangnya, kami berbegas menengok pak Diman.
Di Rumah Sakit mengalirlah “obrolan malam minggu” yang biasa
kami lakukan di bawah pohon jambu.
Pak Diman bercerita,” Saya sakit bukan lebih karena sedang
banyak yang saya pikirkan pak. Dua anak
saya, yang SMP dan SMP, tahun ini ikut Ujian Akhir Nasional dan tahun ini
berbarengan mereka masuk SMA dan Kuliah.
Saya merasa belum siap biayanya pak”.
Saya angsurkan air putih untuk diminum saat pak Diman meminta. “Saya merasa, gaji saya tak mencukupi untuk
tabungan anak-anak sekolah,” sambungnya.
Saya terdiam sejenak, saya lihat “dari luar” pak Diman
termasuk berkecukupan. Rumahnya lumayan
bagus, ada mobiil niaga keluaran tiga tahun lalu plus motor skutik yang biasa
dibawa anak-anaknya sekolah di garasinya.
Jadi, saya duga, persoalannya bukan di penghasilan yang kurang.
Saya jadi teringat beberapa klien yang pernah saya bantu,
persoalan mereka sama seperti pak Diman.
Dan, saya selalu memberi advis sederhana untuk menyelesaikan persoalan
seperti itu : Hanya Empat Langkah.
Langkah Pertama.
Milikilah Tujuan Pendapatan.
Semua orang yang memiliki pendapatan, seharusnya memiliki tujuan
pendapatan. Mulai dari memenuhi
kebutuhan primer (sandang, pangan, papan) serta kebutuhan lain. Namun, banyak pula orang yang memiliki
pendapatan, tapi tak punya tujuan penggunaan pendapatan. Tanda-tandanya sederhana : sebelum datang
pendapatan yang baru, uangnya sudah habis.
Langkah Kedua.
Milikilah Tabungan Darurat.
Tabungan darurat adalah sebagian (kecil) uang yang disisihkan dari
pendapatan yang bisa dipakai dalam kondisi yang tak terencana, misalnya aki
motor rusak, genteng bocor atau kondisi tak terduga lain. Nasehat saya, tabungan darurat ini minimal 3
bulan pendapatan bulanan. Lebih baik
lagi bila tabungan itu bisa mecapai 12 kali pendapatan bulanan.
Langkah Keempat.
Milikilah Proteksi. Proteksi apabila pencari nafkah sakit atau terkena
resiko meninggal dunia. Proteksi ini
sebenarnya untuk kepentingan orang yang dicintai para pencari nafkah, seperti
anak atau istri (bila suami sebagai pencari nafkah). Proteksi ini menghindarkan keluarga tertimpa
bencana finansial bila pencari nafkahnya terkena resiko (sakit, meninggal,
kecelakaan, cacat). Bila kendaraan saja
diproteksi asuransi, pemiliknya kenapa tidak?
Langkah Kelima.
Milikilah Investasi. Investasi
bisa berbentuk saham, reksadana, logam mulia, property dan lainnya. Intinya, Investasi adalah cara untuk
“mengembangkan” kekayaan, sehingga kita tak kalah terus oleh inflasi yang pasti
terjadi tiap tahun. Harga barang tiap
tahun naik, maka harta kita juga harus naik nilainya tiap tahun. Salah satu instrumen yang bisa dimiliki
adalah Unit Link, terutama bagi yang belum cukup memiliki proteksi, juga
investasi.
Pak Diman manggut-manggut mengerti. Sambil mengunyah bubur yang disuapkan
istrinya, dia berbisik,” Ya pak, saya mau mulai menyiapkan Empat Langkah itu
sepulang dari Rumah Sakit”.
-------------------
Dimuat di harian INILAH BOGOR, 27 April 2015
Comments
Post a Comment